35

4.8K 840 241
                                    




Jisung terbangun dan melihat sisi tempat tidur di sebelahnya kosong. Ia mengernyit sebelum terbangun dan melihat tidak ada siapapun disana. Aneh, setaunya ia tidur bersama Chenle, atau kemarin hanyalah mimpi semata?

Ia membuka selimutnya sambil menghela nafas pelan. Dengan perlahan ia keluar kamar dan jantungnya berdegup kencang. Disana Chenle berdiri membelakanginya di dapur.

Bagian dari dirinya merasa tak percaya namun ia pun cukup senang. Perlahan ia mendekati lelaki itu dan berdehem pelan, menarik atensi lelaki yang lebih pendek darinya. Si blonde berbalik lalu menyunggingkan senyum hangat saat melihatnya, pipinya merona merah dan kulitnya terlihat bersinar pagi itu.

"Pagi Park."

"Kau sudah bangun dari kapan?"

"Setengah jam yang lalu."

Jisung meringis. Ia menggaruk tengkuknya, "Maaf aku bangun terlambat."

"Tidak apa." ucapnya.

Chenle hanya tersenyum kecil sebelum menaruh omelet di piring. Ia berjalan kesulitan dan menaruh piring itu di meja. "Ayo makan Park."

"Oke. Sebelum itu—"

Jisung menarik Chenle lalu mengecup dahi lelaki itu. "Morning kiss."

Chenle mendorong dada bidang Jisung sambil menggelengkan kepalanya. "Ayo makan."

***

Mereka selesai sarapan dan juga sudah selesai mencuci piring. Kini keduanya berbaring di kasur dengan Chenle yang meringkuk di dekapan hangat Jisung. Kepala besarnya bersandar di dada bidang lelaki itu sedangkan jemari kurus Jisung memainkan ujung rambut blondenya.

"Park, ini sudah jam berapa?"

"Hm.." Jisung melirik jam dinding. "Pukul 11."

Chenle langsung melepaskan diri dan bangkit duduk. Melihat reaksi tiba-tiba lelaki itu membuat Jisung ikut bangun kebingungan. "Ada apa?"

"Aku sebaiknya pulang.." gumamnya pelan.

"Apa? Bukankah kau bilang kau tidak mau pulang?"

"Aku tidak mau." jawabnya. "Tapi.. Guanlin akan marah padaku."

Mendengar nama lelaki itu, Jisung tidak dapat menahan dirinya untuk tidak mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya. "Apa pedulinya dia jika marah?"

"Park, aku bisa habis dihabisi olehnya."

"Orang macam apa yang bilang menyukai seseorang namun menghabisi orang itu hingga sekarat?"

Chenle tidak bisa menjawab pertanyaan Jisung karena sungguh ia juga bingung. "Aku harus pulang."

"Bagaimana mungkin dia bisa tau kalo kau tidak ada di rumah? Dia selalu mengecek rumahmu?"

"Ya. Dia sering datang ke rumah tiba-tiba. Dan dia mungkin akan emosi melihat calonnya tidak ada di rumah."

Chenle hendak berdiri namun Jisung menahan tangannya. "Park, lepaskan tanganku."

"Tidak."

"Kumohon."

"Kubilang tidak Zhong."

"Park Jisung, kumohon lepaskan aku. Aku harus pulang."

Jisung menatap Chenle yang kini memohon dengan mata yang berkaca-kaca. Sebegitu takutkah Chenle pada Guanlin?

"Guanlin bisa marah padaku dan dia akan—"

strawberries and cigarettes.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang