12

3.1K 328 129
                                    


Langkah pasti El terhenti tepat didepan Mantra, matanya menatap sedikit dalam pada gadis yang terlihat masih kesal padanya itu.

Tangan kanan El terulur bersamaan dengan Tas yang sedari tadi dipegangnya itu, tanpa basa basi Mantra langsung menerima tasnya yang ternyata tertinggal dimobil El.

Tatapan Mantra serasa salah tingkah, tapi dengan cepat gadis itu malah mengalihkah tatapnya sembari memberi senyuman pada pria yang tadi menunggunya.

El jelas melihat itu dengan perasaan yang kurang terima, dirinya sedari tadi tak diberi senyum tapi pria itu begitu saja Mantra dengan mudahnya melakukannya, begitulah yang ada difikiran El kurang lebihnya.

Suasana terasa tak enak bagi dua hati, ntah sengaja atau tidak sikap Mantra yang seolah menganggap El tak ada, sedang El rasanya ingin dianggap ada, sementara Pria itu mulai merasa heran dengan kedua gadis yang beda umur itu.

Aji yang sudah pulang duluan kini tampak membuka pintu rumahnya, mendapati El didepan rumahnya senyum Aji merekah begitu saja.

"El, ayok masuk dulu" ajak Aji.

Melangkah menghampiri ketiganya, cukup bisa membuat suasana yang bagai tak jelas menjadi lebih baik.

El mengangguk tanda dirinya mau, menatap Mantra sekilas lalu melangkah masuk kedalam rumah.

"Kak Mantra, ajak Bang Raqi masuk juga dong jangan didepan rumah, kasihan loh dari tadi nunggu kakak diluar" ucap Aji pada kakaknya.

Setelahnya Aji masuk juga, tersenyum melihat El yang sedang duduk nyender disofa dengan mata terpenjamnya itu, membuat kekaguman Aji makin bertambah berkali lipat, bagi Aji El selalu tampak memikat dalam keadaan apapun.

"Kamu mau minum apa?" Suara lembut Aji dibarengi sentuhan dibahul El membuatnya langsung membuka mata.

Mantra yang juga masuk rumah bersama Raqi tentu saja melihat sikap manis adiknya pada El, berhubung rumah mereka sangat sederhana jadi hanya ada satu ruang tamu, sehingga mereka duduk bersama diruangan itu.

"Apa aja boleh" balas El seadanya.

Meski mereka tak tau tapi tampaknya El sedang memendam banyak fikiran.

Aji yang hendak melangkah ditahan Mantra, memintanya untuk tetap bersama kedua orang itu, dan Mantra yang kedapur membuatkan minuman.

Raqi duduk tepat dihadapan El tapi sedikitpun tak dilihat atau diliriknya, seolah tak sudi El menatap pria itu yang bahkan tak dikenalnya apalagi berbuat salah padanya, tapi biar begitu ntah mengapa El bagai mendadak mempunyai dendam kesumat pada pria itu.

Aji berbasa basi mengajak Raqi bicara, agar suasana tak terus hening yang ada, keduanya mulai terdengan terlihat obrolan ringan, El hanya diam mendengarkan dengan terpaksa.

Hingga Mantra kini tampak membawa 4 gelas minuman diatas nampan, gelas pertama ditaruhnya tepat dihadapan El yang membuat tatap keduanya bertemu sesaat.

Kemudian gelas kedua untuk Raqi sembari seulas senyum manis yang membuat pria itu menatap sumringah, tanpa mereka tau jika ada hati yang kian panas melebihi panasnya kopi didalam gelas itu.

Suasanapun bercampur antara canggung dan cair, ntah mereka saling merasa semua atau hanya beberapa saja, sampai ucapan Raqi makin membuat El geram tapi mau tak mau harus ditahan, saat pria itu mengatakan jika esok malam akan mengajak Mantra keacara pernikahan teman sekolahnya dulu.

Mantra yang mengiyakan semakin membuat El kalang kabut sendiri dengan fikirannya, tak bisa digampangkan jika pria didepannya tampak serius mendekati Mantra.

Setelah saling berbincang hampir sejam, lebih tepatnya mereka bertiga karna El hanya sesekali bicara jika ditanya, Raqi kini pamit pulang, saat Mantra mengantar pria itu sampai depan rumah, seorang tampak memarkir motornya disana.

AbracadabrA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang