20

4.5K 325 92
                                    


Mantra keluar begitu saja dari toilet meninggalkan El yang sepertinya masih terbawa suasanan akan perlakuan gadisnya itu, meski ada nada-nada cukup mengancam tapi El sama sekali tak keberatan.

Malah membuat El lupa jika bajunya basah dan sedikit kotor, karna sesungguhnya tak berniat untuk membersihkannya, tadi hanya berpura meminta pertanggung jawaban Mantra hanya agar dapat berdua dengan gadis itu.

Mantra sampai di Kantin, mendapati kedua sahabat El masih menahan gadis yang sedari tadi mencoba lepas.

"Nala, Sahara Lo berdua sumpah ya rese banget, dipikir gue apaan ampe dipegangin kanan kiri segitunya" bentak gadis itu tak terima.

"Heii Dianic, haruslah kita pegangin Lo kaya maling gini orang Lo rusuh aja kerjaannya" balas Saha tak takut.

"Bukan urusan Lo kali" balas gadis yang dipanggil Dianic itu makin emosi.

"Urusan kitalah, karna Lo rusuhin El mulu dari dulu" kali ini Nala yang membalas tak kalah keras.

Mantra mendengar ucapan mereka terkesan tak peduli meski dibuat cukup penasaran, tantang siapa gadis itu yang tampaknya sudah lebih lama menggenal El.

El tampak melangkah santai sambil tersenyum menatap pada Mantra yang sempat meliriknya, melihat El datang Dianic makin brutal coba menarik kedua tangannya dari cekraman Saha juga Nala.

Sengaja memang dilepaskan setelah keduanya melihat El, Dianic langsung ingin memeluk El tapi keburu ditarik rambutnya oleh Saha, membuat gadis itu meringgis tampak kesakitan.

"Gak usah ganjen deh jadi cewe" ucap Saha.

Dianic tak menyahuti ucapan Saha, hanya matanya menatap seperti mengajak bermusuhan, tentu saja kedua sahabat El memang tak pernah bisa damai dengan gadis bernama Dianic itu sejak dulu.

"Ini..El, ini apaan?" tanya Dianic dengan jemari terulur menyentuh leher putih El, namun langsung ditepis pemiliknya.

Matanya menatap tajam saat menemukan tanda kemerahan dileher itu, darahnya mendadak memanas seolah tak terima.

Saha juga Nala malah tersenyum penuh arti saat melihatnya, keduanya langsung faham tentu saja hasil karya siapa.

"Bekas bibir" balas El santai.

Semakin membuat Dianic bak kabakaran hatinya, berfikir siapa yang berani melakukan itu pada gadis yang begitu diinginkannya sejak dulu.

"Si..siapa yang berani melakukan itu?" lagi tanya Dianic.

Matanya serasa memanas memandangi karya alami nan apik dileher El.

"Gadisku" balas El jujur.

Seolah tak peduli jika jawabannya begitu menyakiti satu hati didepannya, El sengaja tak ingin menutupi itu pada gadis pemaksa semacam Dianic.

"El, kamu becanda haa?" balas Dianic cukup keras.

"Gak sama sekali" balas El santai.

"Jadi selama ini kamu hanya membohongiku, mempermaikanku dengan kata-katamu itu?" balas Dianic.

El menatap tajam pada Dianic setelah mendengar ucapannya yang cukup meninggi, beberapa penghuni Kantin tampak lagi melihat kearah mereka karna suara Dianic, Saha juga Nala yang melihat sekitarpun menjadi geram.

Ditariknya tangan Dianic kasar oleh Saha, diikuti Nala juga El tanpa kata apapun, Mantra menghembus nafas kasarnya melihat itu, rasa penasarannya kian bertambah saja tapi tak mungkin mengikuti mereka.

Saha membawa Dianic ketempat yang cukup sepi, menghempaskan tangan gadis itu membuatnya terhuyung.

"Dengar dengan baik setiap kata yang akan gue ucapin" suara El terdengar berat, matanya menatap tajam pada Dianic.

AbracadabrA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang