18

4.3K 348 151
                                    


Disaat Aji belum juga mendapatkan jawaban dari Kakaknya, ketiganya menoleh kearah pintu karna mendengar suara Raqi.

El sedikit mendengus sebal mendapati Pria itu, jelas tak suka akan kehadirannya yang coba mencari perhatian Mantra.

Pria itu memang tadi pergi tapi bukan untuk pulang, sengaja mencari sarapan sebagai salah satu bentuk perhatiannya pada Mantra tentunya.

"Ponsel Kak Mantra tertinggal dikamar El" beritau Aji pada Raqi.

Meski sejujurnya tak penting memberitau Pria itu, tapi bagaimanapun semalaman mereka bersama mencari serta menunggu Mantra sampai pagi.

"Jadi teman yang kamu maksud El?" tanya Raqi pada Mantra.

Pertanyaan yang sama seperti Aji lontarkan, meski belum dapat jawaban, El membalas datar tatapan Raqi padanya.

Aji juga Raqi dibuat tak mengerti, jika benar Mantra menginap dirumah El mengapa tak jujur saat pulang, lebih anehnya Mantra menginap hanya karna alasan orang tuanya tak dirumah, sedang Aji begitu tau El punya dua sahabat yang sangat dekat.

Mantra hanya menatap mereka bergantian, mulutnya ingin berucap tapi lidahnya kerasa  kelu karna masih mendebatkan sendiri kata apa yang harus dijawabkan.

El cukup melihat kebingungan Mantra mendapat pertanyaan dari kedua Pria didepannya, bagi El sejujurnya ini adalah saat yang sangat tepat untuk memberi tau apa yang sudah terjadi antara dirinya juga Mantra.

Meski akibatnya mungkin akan membuat kedua Pria didepannya pingsan, atau parahnya mati mendadak, tapi El si tak begitu peduli jika benar hal itu menimpa mereka.

"Aji, Kamu percaya kalau ponsel ini tertinggal dikamarku?" tanya El.

"Kan tadi kamu sendiri yang bilang" balas Aji.

"Heii, aku becanda kali, sebenernya itu aku nemuin ini dideket parkiran, ponselnya mati jadi aku bawa pulang buat dicaz dulu, setelah bisa dinyalain baru deh aku cari tau siapa pemiliknya untuk dibalikin" balas El.

Begitu santai raut juga suaranya terdengar, bahkan senyuman yang semakin menambahkan kesan candanya sangat meyakinkan.

Belum sampai hati El membuat Mantra semakin bingung, sehingga meski berlawanan dengan hatinya tapi mau tak mau harus berpura dulu.

Mantra menghelai nafas lega mendengar ucapan El, meski gadis yang bagi Mantra terkesan nekad, tapi kali ini dirinya sangat senang dengan sikap El.

"Ya El, iseng banget si kamu" balas Aji.

Tangannya bahkan terulur hingga jemarinya dengan lembut mengusap rambut El, tapi El malah langsung memalingkan wajahnya pada Mantra yang sedang menatap kearahnya dengan datar saja.

Raqi justru tersenyum melihat sikap Aji pada El, seperti dirinya yang ingin melakukan pada Mantra walau belum kesampaian.

Untuk kali ini kedua Pria itu tampaknya percaya saja akan ucapan El, bahkan Aji yang paling penasaranpun sepertinya sirna sudah hanya karna El bilang jika dirinya becanda.

Pria yang bisa dibilang bodoh menurut El karna begitu saja mudah tertipu atau percaya.

Lain menurut Mantra karna baginya itu hal yang bagus, karna bagaimanapun dirinya belum siap jika harus jujur pada adiknya tentang siapa dirinya, apalagi gadis itu adalah El.

Terkadang Mantra merasa tak habis fikir, kenapa harus El dari banyaknya perempuan, akan semakin rumit kedepannya nanti.

Berbeda dengan El yang kapanpun berani-berani saja kalau harus mengaku pada Aji, jika dirinya sangat menyukai atau lebih tepatnya menggilai Kakaknya, bahkan El sudah sangat ingin membuat Raqi berhenti sok mendekati Mantra, jujur sekali El tak suka Pria itu perhatian pada gadisnya.

AbracadabrA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang