15

4K 340 116
                                    


Kedua laki-laki yang kini sedang dibuat bingung karna tak adanya Mantra ditempat itu, meski mata keduanya sudah begitu awas menatap kesemua arah tapi nyatanya tak menemukan apa yang dicarinya.

Bahkan Raqi juga sudah mencoba menghubungi Mantra, sekali tadi sempat tersambung tapi setelahnya tak bisa lagi dihubungi, membuat mereka merasa kian aneh.

"Aji, apa mungkin Mantra pulang duluan?" tanya Raqi.

"Gak tau Bang, kalau benar  pulang tanpa pamit kan aneh, lagian Bang Raqi cuma angkat telfon dan Aji cuma ke toilet masa ditinggal si" balas Aji heran.

"Tapi di sini gak ada nyatanya, kita juga sudah berkeliling" balas Raqi.

"Aji pulang saja ya Bang, siapa tau Kak Mantra memang sudah di rumah" pamit Aji.

"Kita kerumah bareng Ji" balas Raqi.

Aji mengangguk setuju, keduanya tampak tergesa menuju rumah, karna bagaimanapun sama khawatir pada Mantra yang tiba-tiba tak ada, meski di rumahpun mereka tak akan menemukan Mantra.

Biar saja keduanya dalam kecemasan yang tak kunjung reda, toh nanti akan ada jawabannya walau tak secepatnya.

Karna dilain tempat ada juga hati yang tak jua lega, antara kian membara juga dilema.

Jika Mantra terus merasa detakan hebat dijantungnya, El juga sebenarnya dilanda yang sama, tapi El sebisa mungkin menjadi orang paling tenang didepan Mantra.

Bahkan saat kini kakinya melangkah pelan mendekati Mantra, siapapun akan melihat betapa tenangnya seorang El setelah ucapannya tadi membuat seorang gadis terkejut.

"Buka pintunya El" Mantra meminta.

"Pasti kubuka, tapi bajumu" balas El seperti bercanda padahal serius.

Kini langkahnya terhenti karna sudah tepat didepan Mantra yang tak mundur meski masih bisa sedikit, tapi Mantra tak melakukan itu karna dirinya tau dibelakangnya sebuah ranjang.

"Jangan gila El" balas Mantra.

Mendorong pelan bahu El agar gadis lebih muda itu tak begitu dekat dengannya.

"Sayangnya sudah" balas El.

Memajukan wajahnya pada Mantra yang menatapnya tajam tapi terselip kecemasan, ntahlah bagaimana mengambarkannya, jika perasaannya bagai dicampur lalu diaduk.

Tak peduli setajam apa tatapan Mantra, El tetap pada tujuannya didaratkannya bibirnya pada kening Mantra, gadis itu tak menolak meski bagai dikejutkan, kemudian dikecupnya kedua pipi Mantra bergantian dengan sama dalamnya, gadis itupun tak menghindar.

Lalu bibir El berpindah pada bibir Mantra, dikecupnya lembut nan hati-hati Mantra masih diam, akan dilumatnya penuh perasaan tapi sayangnya kali ini Mantra memalingkan wajahnya.

"El hentikan" tolak Mantra.

"Saat sudah tercapai" balas El dengan tatap dalamnya.

"Kita gak boleh ngelakuin ini, kamu sadarkan El?" ucap Mantra antara dari hati atau sekedar dibibir saja.

"Justru karna aku sadar" balas El tampak santai dimata Mantra.

"Kalau sadar kenapa harus segila ini?" tanya Mantra penuh cemas.

"Karna setiap melihatmu hatiku terus menggila" balas El menatap sendu kini.

"Aji pasti nyariin aku" ucap Mantra.

Ternyata tak hanya mencemaskan dirinya yang sedang berada dikamar El, tapi juga mengkhawatirkan adiknya yang bisa saja kebingungan karna dirinya pergi begitu saja.

AbracadabrA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang