21

3.9K 330 126
                                    


Cuaca yang panas masih saja dapat dirasakan ntah malam ataupun siang hari, meskipun musim penghujan sudahlah datang.

Begitupun dengan sebuah hati yang sejak saat itu dibuat kepanasan, tapi nyatanya kini balik lagi pada tempat dirinya merasakan.

Masih dengan keangkuhan yang sama disetiap jalannya, merasa paling berharga juga mempesona sedunianya, meski kenyataan tak seindah khayalan.

Dalamnya diri merasa geram tapi senyum palsu dibibir cukup menipu mata memandang.

Dianic, dengan tujuannya menghampiri Mantra di Kantin Kampus, merubah raut licik seketika seramah mungkin.

"Hallo, selamat siang" sapa Dianic sok asik.

Mantra menoleh, rautnya heran tapi kemudian meneruskan untuk membuat minuman yang sudah dipesan dua Mahasiswa, tanpa berniat membalas sapaan Dianic.

El juga kedua temannya memang belum tampak selesai mengikuti mata kuliahnya, Mantra terlihat sendiri menjaga Kantinnya ntah dimana adik tampannya itu berada.

Dianic semakin mendekati Mantra sok akrab, tapi Mantra malah meninggalkannya untuk mengantar pesanan.

Raut sinis kembali terpacar dari Dianic saat menatapi Mantra dari belakang, tapi sedetik berubah manis saat Mantra kembali.

"Kenalin, Gue Dianic mantan pacarnya El" kali ini dengan pedenya Dianic memperkenalkan diri pada Mantra.

Walau kemarin keduanya bertemu tapi memang belum berkenalan, karna sesungguhnya itu sama sekali tak penting, tapi demi tujuannya Dianic rela melakukan itu, bahkan mengaku-ngaku mantan padahal itu penipuan.

Tangannya terulur tampak sopan dengan senyum palsu tapi cantik dibibirnya itu.

Mantra tak merespon kaget atau apapun, rautnya tetap datar tapi menyambut uluran tangan Dianic sekejap lalu melepasnya tanpa menyebut namanya, kurang sopan mungkin jika berlaku buat orang pada umumnya, tapi anggap saja Dianic bukan bagian dari orang-orang begitu jadi sah saja diperlakukan seperti itu.

Dalam hati Dianic sudah memaki sendiri, betapa wanita didepannya dirasa begitu angkuh juga cuek, sedari tadi tak satu katapun membalas ucapannya.

"Lo pacar El yang sekarang kan ya? cuma pingin ngigetin ajah, hati-hati El itu suka mainin anak orang" ucap dusta Dianic demi keinginannya.

Sudah jelas terdengar ingin memanasi Mantra dengan menjelekan El, sepertinya ini salah satu dari niat tak baik yang muncul dikepalanya.

Kali ini Mantra yang sedang mengelap gelas berhenti, menoleh pada Dianic menatap matanya cukup tajam, yang ntah mengapa mampu membuat Dianic merasa grogi.

Mata keduanya saling tatap, kegeraman dalam diri Dianic makin bertambah saja melihat tatap Mantra yang begitu tak terlalu tajam tapi seolah menusuk.

"Aduhh..duhh...mata Gue" tiba-tiba keluh Dianic tampak mengucek mata kanannya.

"Bantuin dong kayaknya kelilipen deh" minta Dianic pada Mantra.

Sesungguhnya Mantra tak peduli tak ada cemas sama sekali, tapi sebagai sesama manusia kini dirinya mau saja mencoba membantu Dianic melihat matanya yang terpejam sebelah itu seolah susah dibuka.

"Harus ditiup deh, mataku susah dibuka" lagi terdengar keluhan  Dianic.

Mengingat kejadian kemarin Mantra sebenarnya cenderung kesal juga tak suka pada Dianic, karna sudah berani menyentuh El dan membuatnya cemburu, tapi jika begini keadaannya dirinya coba bersikap selayaknya sesama manusia.

Mantra sedikit memajukan kepalanya bersiap meniup mata Dianic, ntah apa yang merasukinya tapi kedua tangan Dianic malah dengan sengaja hampir melingkar dibahu Mantra.

AbracadabrA (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang