Aku mentapa ke arah jendela
Menatap matahari senja yang akan tenggelam
Dan aku merindukan dia.Jimin bisa kah kamu kembali untukku.
Aku seorang diri disini dengan anak yang ku kandung.
Aku rindu akan canda tawa mu.
Jika ingin ku ulang aku tak ingin kau pergi sendiri.
Aku menangis dengan Isak yang tidak bisa di bendung lagi aku menggenggam erat handphone di tangan ku.
back to before.
Aku menatap jam melihat ke arah pintu kenapa Jimin belom pulang.
Drrrrt .. drrrttt...
Incoming call
unknown numberSiapa ini yang menelponnya.
" Hallo ini dengan siapa ? "
" Iya benar saya sendiri istrinya, ini siapa ? "
Prankkkk....
Handphone lepas dari genggamanku rasanya jantungku ingin copot.
" Jimiiiiinnnn .... " Teriakku dengan isakan tangis.
Aku tak banyak bicara aku berlari keluar rumah aku tidak memikirkan bayi yang di dalam perutku.
" Bibi!! " Teriakku.
" Iya non ada apa ? " Jawab bibi dengan panik.
" Telponin Hyung (Ji-So) !! Cepat!! Suruh dia kerumah untuk menjemputku " Teriak ku panik.
Bibi berlari dan menelpon Hyung Ji-So.
Aku berjalan mondar mandir seaakan gelisah menunggunya.
Bruaakkk...
Bunyi pintu terbuka dengan kasar.
" Ada apa!! " Teriaknya
" Hyung!! " Teriak ku berlari dengan isakan tangis.
Dia melihat ku dan memelukku." Ada apa cerita dengaku? " Dengan wajah bingung.
" Jimin Hyung jimin!! " Teriakku.
" Kenapa dengan dia!? " Panik dengar ku menyebut Jimin." Jimin koma di rumah sakit mobilnya hancur tanpa ada yang tersisa Hyung " jawabku.
Hyung Ji-So membulatkan matanya dan menatap ku seaakan tidak percaya.
" Ayo kita lihat Jimin " katanya dengan lembut yang sudah melihatku sudah tak bisa berbicara apa - apa lagi.
Selama di perjalanan aku hanya diam menangis menatap jalan seaakan tak sanggup menemui Jimin dengan keadaan yang tidak memungkinkan.
Setelah sampai di rumah sakit Hyung menggandengku dengan erat seaakan tidak mau meninggalkan ku sendiri.
" Permisi sus pasien yang koma karena kecelakaan barusan di sebelah mana ya ? " Tanya Hyung ke suster.
" Ohh bapak siapanya ? " Tanya susternya.
" Saya kakaknya sus " jawab Hyung.
" Bapak naik lift ke lantai 3 nanti disitu ada ruangan IGD bapak masuk saja " sahut suster tersebut.
Aku hanya diam tak menatap siapapun.
Hyung melihatku merasa kasihan melihatku yang sedang hamil harus menerima kejadian ini secara mendadak.
Hyung menggandengku menuntunku.
Saat sudah di lantai 3 aku tidak sanggup melangkah aku menangis dengan isakan yang membuat orang menatapku." Dek tahan dulu tangisan mu kita lihat Jimin pasti dia tidak suka kalo kamu menangis " rayu Hyung agar aku tidak menangis.
Aku hanya mengangguk dan membersihkan air mataku dengan sapu tangan yang ku pegang.
Aku masuk ke ruang IGD dan mengenakan baju hijau.
Aku melihat Jimin dari ke jauhan dengan sebuah alat di tubuhnya, selang oksigen yang masuk ke dalam mulutnya.
Aku tidak sanggup melihatnya aku menangis di pelukan Hyung.
Hyung membawa ku mendekati Jimin dan meneteskan air mata yang tak sanggup dia tahan.
Dokter menghampiriku.
" Permisi ini saudara pasien ?" Tanya dokter.
" Iya dok saya kakaknya dan ini istrinya " jawab Hyung.
" Baik, ibu bapak yang sabar ya pasien sedang keaadan koma tapi kita berusaha semaksimal mungkin untuk yang terbaik buat pasien " ujar dokter.
" Tapi suami saya apa akan sadar kembali dok ? " Tanyaku.
" Kami tidak bisa menjanjikan karena keadaan pasien yang sangat parah tapi kami berusaha memberikan yang terbaik " jawab dokternya.
Aku hanya bisa menangis rasanya lemas mendengar itu.
Aku menghampiri Jimin dan membisikan telinga Jimin.
" Sayang bangun kamu harus kuat kamu ingat kita ada anak jangan biarkan aku menggandung dan merawatnya sendiri " ujarku.
" Apa kamu tidak rindu dengan aku dan anak kita, sayang bangun ya aku janji aku nurut sama km engga akan melawan lagi " ujarku kembali.
Hyung mendengar ku seperti ini merasa tidak tega dia langsung menarik ku.
" Ayo kita pulang biarkan Jimin istirahat " sahutnya.
" TIDAK AKU AKAN TETAP DISINI MENJAGA JIMIN! " tegasku.
" Kamu harus memikirkan bayi mu juga kasihan kamu masih hamil muda jangan memaksakan seperti ini " sahutnya.
Aku hanya menangis menggenggam tangan Jimin.
POV Taehyung.
" Hallo bagaimana ? " Tanyaku.
" Sudah beres dia sudah koma dan ku pastikan tidak akan selamat " jawaban dari tlpon tersebut.
Aku tersenyum sinis.
" Bagus makasih sudah mau membantuku " sahutku.
" Selow kalo ada apa-apa kabarin aja pasti ku bantu " jawabnya.
" Oke terimakasih " jawabku.
Aku menutup telpon dan tersenyum.
" Balasan ku sudah mencapai target " dengan tawa kecilku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. Maaf baru up lagi semoga tidak garing terima kasih sudah membaca 😊

KAMU SEDANG MEMBACA
For You
FantastikKonten Dewasa 18+ Dia merasakan dirinya sudah tidak lama untuk menjalankan ini semua Kapan ini semua berakhir indah ? Akankah aku harus tersiksa seperti ini untuk merasakan bahagia.