BANGTAN 18

38.5K 3.9K 504
                                    

Seokjin mengerjapkan matanya menetralisir cahaya yang masuk. Ia sudah menduga dimana ia berada sekarang.

"Jin-ah? Kau sudah bangun?"

"Sejin hyung?"

"Eoh? Kenapa? Apa kau kambuh tadi?"

Seokjin hanya bisa mengangguk.

"Kenapa tak bilang pada Namjoon?"

"Aku tidak ingin merepotkannya hyung."

"Setidaknya beritahu aku kalau kau tidak ingin merepotkan mereka. Kenapa kau malah membuang semua obatmu?"

"Mmm.. Itu.. Itu.. Aku tremor jadi aku tidak sengaja menjatuhkan semua obatnya."

Sejin mengernyit.

"Ya sudah, lebih baik kau istirahat."

Seokjin mengangguk.

"Hyung!" Panggil Seokjin saat Sejin akan melangkah keluar kamarnya.

"Siapa yang membawaku kesini? Kenapa tidak membawaku ke rumah sakit?"

"Yoongi yang menemukanmu di toilet. Dia tidak membawamu ke rumah sakit karena dia merasa kau tidak akan suka kembali kesana. Jadi, dia memutuskan untuk membawamu pulang ke dorm." Jelas Sejin.

Dan Seokjin lagi-lagi hanya mengangguk.

Ia kembali memejamkan matanya saat Sejin keluar dari kamarnya.

Namun ia kembali membuka matanya saat teringat apa yang sudah di lakukan oleh adiknya itu.

Seokjin menghela nafas.

"Kenapa dia melakukan ini padaku?" Gumam Seokjin.

"Apa dia marah karena PD-nim mengambil keputusan untuk hiatus?" Monolog Seokjin lagi.

Ceklek!

"Hyung.."

Seokjin tidak menyadari ada yang masuk ke kamarnya. Karena terlalu memikirkan kejadian tadi.

"Hyung-ah.."

"Eoh? Wa.. Wae??" Seokjin terperanjat. Ia terkejut bukan karena di kejutkan dari lamunannya.

Tapi karena yang datang adalah orang yang sedang di lamunkannya.

"Kenapa kau takut begitu hyung?"

"Aa.. Ah.. Anniya.. Ada apa?"

"Ini, Sejin hyung menyuruhku untuk memberikan bubur ini. Dan juga menyiapkan obatmu."

"Ahh, iya.. Letakan saja di nakas, aku bisa makan sendiri dan meminum obatnya."

Orang itu mengangguk. Ada rasa bersalah dari sorot matanya.
Seokjin bisa melihat itu.

Seokjin benar-benar tidak mengerti kenapa adiknya yang polos, bisa menjadi seperti itu.

Namun Seokjin yakin, ada alasan tersendiri kenapa dia melakukan itu.

"Terima kasih."

Dia mengangguk lalu meninggalkan kamar Seokjin.

Seokjin menatap bubur yang dia bawa. Haruskah ia mencurigai-nya? Siapa tahu bukan, bubur itu sudah di beri racun?

"Seokjin-ah! Apa yang kau fikirkan eoh?" Seokjin mengetuk kepalanya sendiri guna menghilangkan rasa curiga yang berputar di otaknya.

Tidak mungkin dia sejahat itu!

Seokjin menggeleng lalu membawa bubur ke pangkuannya dan mulai melahap bubur tersebut.

Kim Seokjin - ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang