Kebaya dan Kain Jarik (3)

2.3K 637 50
                                    


drrrttt

Krystal merasakan getaran hape dari atas mejanya, ia yang saat ini sedang membuka laptop untuk mengerjakan skripsinya hanya meraba-raba meja untuk mengambil hape.

Setelah mendapatkannya ia langsung menggeser layar untuk membukanya. Mata Krystal sedikit melebar ketika ia membaca pesan yang masuk tersebut.

Krystal

Aku kangen banget, sama kamu – den bagus

Den bagus? Tau dari mana nomer hapenya?

Sesaat Krystal tersenyum tipis, den bagus, apa yang nggak bisa ia dapatkan? Kalau hanya sekadar nomor hape Krystal saja pasti mudah untuknya.

Mengabaikan pesan Kai, perlahan tangan Krystal menuju ke atas layar, memencet nomor si pengirim pesan dan memperhatikan foto yang digunakan sebagai display picture-nya.

Tangan Krystal mengelus layar hapenya dengan pelan, mengagumi ketampanan den bagus. Wajah ini, wajah yang hanya bisa dia sentuh lewat layar seperti ini.

Krystal lalu mengembalikan layarnya kembali menuju ke ruang obrolan, matanya menatap ke arah dua pilihan yang ada di atas.

Block atau add?

***

"Kamu pulang, den?"

"Iya, Bu." Kai merebahkan badannya di sofa ruang tengah, baru saja ia sampai di Jogja, setelah hampir empat bulan tidak pulang ke rumah.

Skripsinya sudah setengah jalan, tinggal setengah lagi. Tapi lama-lama di Jakarta pikirannya makin nggak karuan, akhirnya Kai memutuskan buat pulang ke Jogja. Berniat menenangkan pikirannya.

"Ada apa, den?"

"Nggak tenang di Jakarta."

"Kenapa?" Ibu bertanya khawatir, tepat di saat itu Romo keluar dari kamar dan menemui Kai yang baru saja pulang.

"Kepikiran sama yang di Jogja."

Romo dan Ibu terdiam mendengar jawaban anak bungsunya itu. Baru saja keluar kamar Romo kemudian beranjak lagi masuk ke kamarnya, meninggalkan Kai dan Ibunya di ruang tengah.

Kai hanya menatap Romonya yang berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan tatapan nanar. Romo pasti tau apa yang bikin Kai nggak tenang di Jakarta. Tapi Romo hanya diam, tidak memberikan komentarnya sama sekali.

Esoknya Romo mendatangi kamar Kai. Romo mendekati Kai yang masih tidur-tiduran di kasurnya. Matahari udah beranjak naik tapi Kai masih males-malesan aja di kamarnya, belum keluar kamar setelah subuh tadi.

"Den, ayo siap-siap."

"Ke mana?"

"Main ke rumah temen Romo."

"Temen Romo siapa?" Kai sedikit mengernyit karena kayaknya dia nggak ada kepentingan apa-apa sama temennya Romo. Apa maksudnya----

"Romo kenalkan ke anak temen Romo, anaknya cantik, baik lagi." Romo berkata sambil tersenyum.

Kan, bener aja dugaan Kai barusan. Ini Romo beneran mau ngenalin Kai ke anak temennya? Nggak salah?

"Romo---"

"Mandi terus ganti baju ya, den." Belum sempat Kai menjawab, Romo sudah meninggalkan kamar Kai, dan Kai hanya bisa mendengus pasrah. Dengan rasa malas Kai bangun dari tidurannya untuk mandi dan bersiap-siap.

Tau begini ia nggak pulang ke Jogja.

*

Mobil keluarga Kai memasuki halaman rumah dengan desain Joglo modern, sedikit berbeda dengan rumahnya yang masih kental dengan unsur tradisional, rumah temannya Romo ini tetap ada unsur Jawanya tapi dengan desain lebih modern.

ShoeboxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang