Tiga Pagi (2)

2.1K 465 54
                                    


"Kai, bentar---"

"Ya?"

Krystal menghela napasnya dalam, masih mencerna semua ucapan Kai barusan. Ucapan yang sangat mengagetkan untuknya. Nggak pernah menyangka Kai akan berkata seperti ini padanya.

"Alasan lo tiba-tiba ngajak gue serius apa?"

"Karena gue yakin sama lo." Kai berkata sambil menatap mata Krystal.

"Kita tuh nggak deket banget loh? Maksud gue ya hubungan kita baik tapi ya sekadar baik aja, komunikasi seperlunya, nongkrong bareng juga sesekali itu juga sama banyak orang, kenapa lo bisa seyakin itu sama gue?"

"Iya Tal, kita berdua nggak pernah ada apa-apa. Temenan ya temenan aja, deket banget juga enggak. Sewajarnya orang temenan aja kan selama ini? Tapi setelah berulang kali lo selalu muncul di pikiran gue, gue ngerasa mungkin itu cara Tuhan nunjukkin lo ke gue."

"Gi---mana?" Kening Krystal berkerut mendengar kata-kata Kai.

"Gue bertanya-tanya kenapa lo selalu muncul di mimpi dan pikiran gue, ada banyak hal yang gue lakukan buat nemuin jawaban kenapa lo tiba-tiba muncul dan malah makin sering muncul di hidup gue. Salah satunya ya dengan gue beraniin ngomong sama lo soal hal ini biar gue bisa ngerti jawabannya apa." Kai menjelaskan lagi maksudnya, walaupun masih belum begitu memahami Krystal hanya mengangguk. Kai kemudian melanjutkan kalimatnya. "Gue nekat banget ya? Bahkan gue juga nggak tau lo lagi ada pacar atau enggak."

"Tapi hubungan kita selama ini tuh temen dan bisa dikatakan nggak tau banget satu sama lain? Lo beneran yakin?" Krystal masih ragu mendengar kata-kata Kai. Kai bilang dia yakin sama Krystal padahal selama mereka enggak deket banget.

"Iya, gue bilang serius karena gue pengen kenal lo lebih dalem. Ya lo harus kenal gue juga, gue nggak maksa lo harus jawab sekarang kok. Ini juga bukan buat sesaat jadi emang baiknya dipikirin baik-baik." Kai berkata lagi bahwa maksudnya serius adalah ia ingin mengenal Krystal lebih deket lagi, bukan langsung nodong Krystal buat nikah.

"Gini ya Kai." Krystal yang sekarang sudah bisa menerima semua perkataan Kai akhirnya mengambil keputusan. "Alasan gue ngilang beberapa waktu lalu gara-gara gue gagal nikah."

"..."

"Gue udah pernah ada di posisi hubungan yang serius banget udah bawa keluarga juga tapi ujungnya gagal, itu alesan gue ngilang kemarenan. Jadi gue nggak mau gegabah ambil keputusan." Krystal menjelaskan sedikit tentang alasannya menghilang beberapa waktu lalu.

"Iya, Tal."

"Gue terima kasih karena lo udah ngomong gini sama gue, tapi kita butuh waktu buat saling kenal, buat lebih deket lagi. Kita nggak pernah tau keadaan ke depan gimana," Krystal menghela napasnya sebelum melanjutkan kalimatnya. Ia menatap Kai yang sejak tadi serius mendengarkannya berbicara. "Kalo dari gue, iya gue mau buat kenal lo lebih jauh, dalam proses pengenalan nanti kalo misalnya salah satu dari kita mundur, gue harap kita sama-sama bisa nerima."

Krystal menantikan ekspresi Kai saat ia mengatakan keputusannya untuk mau mencoba membuka hatinya dan Kai hanya mengangguk-angguk. "Dari yang gue tangkep sekarang, gue nganggep lo juga pengen kenal gue lebih deket. Kalo nanti di perjalanan ternyata lo nggak cocok sama sifat gue, dan akhirnya memutuskan mundur gue nggak papa. Kita jalanin buat nyari yang terbaik. Insya Allah kalo kita emang berjodoh, pasti Allah deketin."

"Insya Allah, Tal."

***

Setelah pertemuan dengan Kai, Krystal pulang ke rumahnya dengan perasaan galau. Pengakuan Kai tadi tidak pernah ada dalam bayangannya.

Kai, temennya dari SD tiba-tiba bilang kalo ia pengen serius sama Krystal?

Kenapa bisa?

Krystal mendudukan dirinya di kasurnya sambil menatap hapenya yang menyala-nyala. Ada telepon dari Kak Minhyuk, cowok yang satu bulan lalu dikenalkan oleh kakak sepupunya kepada Krystal. Cowok yang juga mengatakan bahwa dirinya ingin serius pada Krystal.

ShoeboxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang