Haaiiiii kalongers yang senantiasa baca, vote, apalagi komen.
Tapi kalian jahat! aku ngetik panjang-panjang mikirin alur, konflik, blablabla, dan hampir semua dari kalian komen bagian keantikan Yoong aja. huhuhu
*
"Tidak, tapi... boleh lah."
Seohyun memutar mata dan pindah ke sisi Yoona. Selepas membalurkan es batu, Seohyun mengusap pelan sapu tangan ke area yang basah. Penuh sabar, teliti, pelan-pelan. Sesekali terlihat wajah Yoona mendesis kecil karena perih. Namun, sesaat kemudian dia justru terkesima melihat paras rusa.
Tidak heran sejak dulu banyak orang menaruh hati pada Yoona. Sebagai lulusan dari kampus yang sama, Seohyun cukup tahu riwayat si trouble maker yang digilai berbagai kaum. Apalagi setahun kemudian Yoona hadir menggantikan Yuri di rumah ini. Seohyun kian hafal kelakuan player unik di sisinya. Jika keluar rumah di luar jam kampus atau kerja, tentu urusan itu bernama 'kencan'.
Anehnya, Seohyun bahkan unniedeul tak pernah melihat Yoona bersedih apalagi menangis. Kemarin bersama siapa, hari ini menggandeng siapa, besok pergi dengan siapa. Sakit hati seperti enggan menyentuh hati Yoona.
"Seohyun ah," Panggilan Yoona meretakkann lamunan Seohyun. "Kau kenapa? Tiba-tiba gerakan tanganmu berhenti. Ada apa?"
"Ehhh, tidak. Tidak ada apa-apa. Heheheh. Hanya teringat..."
Drrtttt! Ponsel Yoona bergetar dan reflek menariknya bergerak maju. Jemari Seohyun masih di pelipis pun sontak tak sengaja menekan bagian luka.
"AW!"
"Isshh! Siapa suruh tidak bisa diam?" hardik Seohyun memukul lengan Yoona.
"Ada pesan masuk. Tidak lihat?"
"Bisa kau lakukan nanti, 'kan? Atau beritahu kalau mau gerak."
"Haah! Bilang saja tidak mau membantu. Memang siapa yang membuatku begini?"
"Kau...," pekik Seohyun berdiri dan melempar kasar sapu tangan ke tangan Yoona. "Benar-benar tidak punya rasa terima kasih. Hal kecil begini pun dipermasalahkan."
"Hei, siapa yang sekarang marah-marah?"
"Ck!" Seohyun menyingkirkan kursi kasar dan menyambar gelas membuat ponsel Yoona seketika berebah tak kalah kasar ke meja. Sadar Yoona akan membuka mulut, dia lebih dulu menegaskan. "Dengar ya! Jika pulang telat dan tak membawa kunci, itu salahmu! Benar-benar kesalahanmu. Dan apa yang kulakukan semata-mata adalah bentuk penjagaan diri. Kuakui salah karena tidak mengecek lebih dulu. Tapi tolong berhenti menyindir dan terus menyalahkanku! Mengerti?"
"Ada apa ini? Kenapa ribut? Dua orang seperti satu pemukiman."
Taeyeon dan Sooyoung bergabung di dapur membawa piring dan gelas-gelas kosong.
"Tanyakan pada makhluk spesies aneh ini!" tunjuk Yoona merenggut kesal.
"Makhluk spesies aneh katamu? Kau yang aneh!"
"Kau!"
"Diam! Jangan saling menyalahkan! Sama-sama paling muda, sama-sama paling berisik. Kalau terdengar tetangga, apa tidak malu?"
"Dia tidak punya malu, Unnie." Ceracau Seohyun angkat kaki, tapi Sooyooung lebih dulu menahan.
Sooyoung merangkul pundak Seohyun dan memandang Yoona. "Kalian berdua masuk kamar sekarang juga. Terserah mau bertengkar atau menyumpah serapah sampai merusak barang-barang di kamar, aku tak peduli. Tapi besok pagi kalian sudah harus baikan. Atau...,"
"Atau?" tanya ketiga awak menatap Sooyoung menunggu kalimat lanjutan.
"Atau semua kunci kusita paksa. Kulkas serta pagar depan akan digembok dan kalian tahu kan besok kami berdua serta Hyoyeon ada liburan dari kantor? Sementara Tiffany dan Jessica pulang ke Amerika beberapa hari. Jadi pikirkan saja bagaimana survive ke depan kalau masih mengandalkan gengsi dan tidak mau intropeksi diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate Be Soulmate
FanfictionDua orang memiliki karakter bertolak belakang harus tinggal sekamar. Apa yang akan terjadi? "Tanyakan pada makhluk spesies aneh ini!" tunjuk Yoona merenggut kesal. "Makhluk spesies aneh katamu? Kau yang aneh!"