What's Wrong?

1.1K 139 63
                                    

halo kalongers! pada bahagia ya di chapter sebelumnya. yeeyyyy seneng dong author.

*

"Mmmpppp, Yoong aaahhhh!" erang Seohyun kesal setengah terbangun karena merasakan ada sosok menelusup masuk ke selimut sambil menggelitik.

"Hahahaha. Ireona."

"Issshhh, awas!" erangnya lagi seraya berbalik memunggungi Yoona.

"Muaacchh. Saengil chukkae hamnida."

Seohyun tergelak kaget menoleh. Sembari berusaha mengangkat kelopak dia kembali memutar badan seiring Yoona meraihnya ke pelukan. "Jangan bercanda! Sudah dua bulan lalu. Kau memberiku mantel dan syal. Tapi kalau beri kado lagi, boleh juga."

"Hehehehe. Memberimu kecupan selamat pagi. Muach."

Kecupan di kening bertahan beberapa detik sebelum kemudian Yoona mendekap kepala Seohyun dan membelai lembut. Hampir tiga bulan mereka berpacaran dikelilingi tawa, kejahilan, debat, dan agak manis. Agak? Meski telah melepas status player, tapi sisa-sisa pesona Yoona masih melekat di benak beberapa orang baik rekan sealmamater maupun sekantor.

-Flashback-

"Jinja? Wah pantas Yoona jarang ikut komunitas. Ternyata kuliah sambil kerja." Puji seorang wanita tak terhitung berapa kali memuji dan menepuk lengan Yoona di depan mata Seohyun.

Walau sesekali Yoona bergerak menjauh, tapi kecentilan dua wanita dari teman sefakultas dulu masih kental. Bahkan Seohyun sudah memeluk lengan Yoona. Nyatanya tidak cukup membuka kepekaan wanita haus belaian itu.

"Ehem," dehem Seohyun seraya mencubit lengan Yoona.

"Oh ya, kami harus pergi mencari cincin. Kami akan menikah awal tahun depan. Annyeong," pamit Yoona buru-buru pergi tanpa menyahut pertanyaan dua wanita tersebut.

"Percaya diri sekali," ketus Seohyun menarik tangan dari lengan Yoona. "Cincin pernikahan. Huft! Masih banyak wanita centil di sisimu."

Yoona meraih jemari Seohyun dan mengisi celah-celah jari. "Sayang, aku bahkan tidak ingat nama mereka. Bisa lihat sendiri 'kan tadi? Lagi pula, memang kau tidak mau menikah denganku?"

"Hm,"

"Aigoo, masih kesal saja. Maaf ne,"

Seohyun tak menjawab sambil berjalan ke mana saja kaki ingin melangkah. Pandangan pun lurus tak tertarik melihat jajaran butik, toko aksesoris, atau perawatan.

Melihat wajah kekasih kehilangan gairah karena cemburu, Yoona langsung menarik Seohyun melewati jajaran toko menuju kamar mandi yang sepi. Menyisakan seorang wanita paruh baya siap beranjak. Yoona menggandeng Seohyun menuju bilik paling ujung dan menguncinya.

"Yoo...,"

"Ssttt!" jari telunjuk mendarat di bibir Seohyun sebelum kemudian bibir menggantikan jari mengecup lembut.

Yoona meraih leher Seohyun ingin mengambil kendali memagut bibir sang kekasih. Kecup, lepas, kemudian kecup lalu lepas, dan begitu seterusnya. Tapi tangan Seohyun lekas menyanggah di lengan sedikit memberi dorongan. Wajah datar disinggahi sedikit kesal tadi pun hilang terganti malu-malu merona.

"Aisshh, Yoongie, sudah."

"Tidak kesal lagi?"

"Iya, sudah tidak. Jangan dilanjutkan ya!"

"Baguslah. Begini baru cintaku." Gemas Yoona menggesek ujung hidungnya ke pipi Seohyun lalu sama-sama keluar melanjutkan jalan-jalan yang sempat terganggu.

Roommate Be SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang