The Reasons

1K 147 52
                                    

haaaiiiii kalongers! kurang baik apa author sehari up sampe 2x?? 

*bacotmu, thor!*

*

Tak terhitung berapa kali Yoona menolak ajakan makan siang atau 'kencan'. Dia sudah membawa bekal yang dibuatkan Seohyun. Lagi pula, kontak Cuteboy dan My Baby Girl sudah enyah dari ponsel beberapa waktu lalu. Kalau pun terpaksa mengiyakan, durasi 'kencan' tak lebih dari makan semata. Yoona akan mencari alasan agar bisa pergi lebih cepat. Bahkan sesampai di rumah dia akan meminta teman kencan supaya tidak menghubungi lagi. 

Masuk di fase bosan berganti pasangan sementara setiap hari melihat orang-orang baik teman kantor maupun teman kampus hilir-mudik bersama pasangan yang itu-itu saja. Pelan-pelan timbul rasa ingin seperti orang kebanyakan. Punya pasangan yang memahami, memberi semangat, selalu di sisi baik dalam suka maupun duka.

Ucapan Seulgi tempo lalu menjadi kenyataan. Yoona perlahan iri pada pasangan-pasangan yang tak sengaja telah memamerkan keharmonisan di depan mata. Meski tentu ada biduk prahara di balik kemesraan, tapi pasti bisa terlewati dan saling melempar senyum seperti sekarang. Apalagi obrolan sekitar dua malam lalu bersama Seohyun. Pola pikirnya melalui tahap perubahan.

-flashback-

Album foto keluarga Yoona terpangku di paha. Lembar demi lembar menunjukkan metamorfosa seorang Im Yoona. Mulai dari masih memakai popok sampai berusia dua dekade. Sayang, tidak ada yang kontras dari foto ke foto selain latar belakang. Hanya seorang putri bersama ayahanda.

"Ibumu?"

"Tidak ada," lirih Yoona tersenyum kecil. "Dia... meninggalkan kami saat aku masih di sekolah dasar."

Bukan kematian. Pasti bukan. Seohyun yakin ketiadaan ibu Yoona bukan karena menutup usia. Terlihat bagaimana Yoona menyusun foto. Jika ditinggal mati, paling tidak ada satu foto kenangan. Belum lagi pilihan kata yang digunakan bukan sapaan selayaknya anak terhadap ibu. Yoona malah memakai kata 'dia'.

"Yoongie," panggil Seohyun sedikit menekan selayaknya seorang kakak memberi perhatian pada adik. Ditambah lagi telapak tangan mengelus ubun-ubun amat lembut. "Jika mau bercerita aku pasti mendengarnya."

Yoona diam sejenak menerawang ke ikan-ikan peliharaan Jessica. Dulu bentuk mereka masih seukuran kelingking. Karena Jessica dan penghuni lain merawat dengan baik, ikan-ikan kini berukuran besar. Hampir setelapak tangan walau memang tidak semua ikan bisa hidup sampai sekarang.

"Suatu hari sepulang sekolah orang tuaku bertengkar. Suara wanita itu bising sekali mencaci-maki sambil menunjuk wajah appa. Tangan lain menentang tas. Ada koper pula di sisinya. Puas memarahi appa, dia pergi. Keluar rumah begitu saja walau aku memohon dan menangis."

"Kenapa eommamu pergi, Yoong?"

"Aku tak pernah tahu apa yang terjadi selain daripada dia tidak kuat hidup pas-pasan. Appa tak pernah mau membahasnya. Seperti ada rasa sakit dan marah setiap kali mendengar nama mantan istri. Sampai suatu hari saat duduk di bangku menengah, baru kutahu bahwa dia berselingkuh dari appa sejak lama sekali. Mungkin sebelum aku sekolah."

Tiba-tiba ada kilas lampu pijar menyala di benak Seohyun usai mengetahui biduk keluarga Yoona. Namun, sebelum menanyakan hal tersebut Seohyun lebih memilih menghibur rusa lincah yang tengah layu.

"Appamu pasti pria luar biasa. Dia tak ingin menunjukkan keburukan seorang ibu di depan anaknya."

"Ne," tegas Yoona tapi sedikit tercekat karena sumbatan di leher. "Appa bekerja pagi, siang, malam bahkan kadang menerima kerja sambilan. Tangan appa kasar sekali dan terlihat banyak luka. Aku sampai setengah menangis memintanya agar istirahat. Karena kala itu kami tidak kekurangan, malah berlebih karena hidup berdua saja. Rumah, tabungan, kami punya."

Roommate Be SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang