Jangan Menangis!

1.1K 144 77
                                    

Haaaiiiii kalongers di dunia kehaluan yang hakiki.

"Kenapa kalian tidak pernah cerita kalau sampai begini?"

"Aku berpikir kami bisa sama-sama melewatinya. Nicole berubah pikiran lalu aku berupaya sebisa mungkin untuk mendapat restu. Tapi... ck," Hyoyeon menghela napas dan mengulum senyum memandang sayu raut Seohyun. "Memang sudah begini takdir kami, Seohyunnie."

Seohyun menggenggam jemari Hyoyeon seraya memberi tatapan intens. "Unnie benar-benar menyimpan cerita ini sendiri?

"Yaahhhh, mau bagaimana? Kau..."

"Kita mengalami hal yang sama hingga Unnie memilih tidak cerita agar tidak membuatku teringat masa lalu?"

"Kau sudah seperti adikku sendiri." Sahut Hyoyeon yang sekian detik kemudian mendapat pelukan Seohyun.

Tepat sekali kalau salah satu alasan dia tak menceritakan latar masalah cintanya karena tak mau membuat maknae bersedih. Tidak mau pula mendapat raut kasihan penghuni lain. Kim Hyoyeon yang kuat dan tegar ingin selalu dikenal sebagaimana demikian adanya. Walau pada kenyataan semua pun tahu bahwa tawa kadang sekadar selimut kegelisahan. Hyoyeon tak bisa selalu menyembunyikan luka. Tidak akan.

"Sungguh tidak adil. Keluh-kesahku didengar, tapi sekarang kau menyimpan semua sendiri. Apa arti menganggapku adik kalau kesedihanmu pun aku tidak tahu?"

"Mianhae, Hyunnie, Unnie hanya tak mau menceritakan pada kalian waktu itu. Tapi kini semua baik-baik saja. Kita menghadapi hal yang sama. Kau bisa bangkit, Unnie juga bisa."

Seohyun menepuk-nepuk pundak Hyoyeon sambil bertutur, "Ne, Unnie harus bisa."

"Seohyunnie?"

"Hm?"

"Kita mengalami kejadian yang kurang lebih sama dan sudah mengenal bertahun-tahun."

"Lalu?"

"Kenapa kita tidak coba pacaran saja?"

"Hah?" kaget Seohyun terbelalak seperti baru dicambuk dari belakang. Jantung serasa terhenti sekian detik ditambah wajah Hyoyeon terlihat serius sebelum kemudian tertawa.

"HAHAHAHA!"

Puk!

"Mukamu lucu sekali seperti ditodong pistol. Hahahaha. Mana mungkin aku berpacaran dengan adikku sendiri? Lagi pula, nyaliku tidak terlalu besar untuk menjadi adik ipar Irene. Dia kan diam-diam mengerikan. Mirip Jessica."

"Unnie!" Dua telapak tangan Seohyun berulang kali memukul lengan, pundak, juga paha Hyoyeon karena lelucon sekaligus celetukan untuk sang kakak.

"Ommoooo, sakit! Jari-jarimu panjang, sakit, maknae ah."

*

Seulgi melonjak girang melihat hasil kelulusan tahun ini. Bukan dia yang lulus tapi Yoona. Akhirnya sahabat seperjuangan melepas stempel mahasiswi tua. Tubuh jangkung itu lalu beranjak mencari rusa tua ingin memberi selamat. Tempat pertama di cari tentu kantin fakultas ekonomi. Di sanalah tempat paling mudah menemukan Yoona.

"Yoona Unnie!" seru Seulgi langsung melihat Yoona di barisan paling depan bersama 2 mika sushi, 1 mangkok plastik sup, dan 1 gelas es kopi susu. "Hahahaha, jjang! Kau lulus juga. Aku bangga padamu!"

"Ne, aku tahu." Sahut Yoona datar seraya memerhatikan layar ponsel menampilkan laman ms.excel.

"Kenapa ekspresimu biasa sekali? Terlampau lapar atau banyak kerjaan?"

"Lulus atau tidak, tidak bernilai lagi. Pekerjaanku sudah tetap dan setara dengan mereka yang sudah lulus. Jadi kalau dulu tidak lanjut kuliah pun tidak berefek lagi."

Roommate Be SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang