Desakan Menikah

110K 697 1
                                    

Reyna memperhatikan gerak gerik Livian seperti chetah menandakan mangsanya. Dia tentu saja, sangat membenci pria didepannya saat ini. Bagaimana mungkin dia bisa menyukai pria ini, disaat dia sudah mencabik cabik hatinya bagaikan kain rombeng.
 
Alis Livian melesat naik kegaris rambutnya dan bertahan disana. Dia mengedipkan kelopak kanan kearah Reyna. Gadis itu melebarkan mata. Mengalihkan pandangan kesembarang arah asalkan jangan kepusaran masalah yaitu Livian.
 
“Dad.. bagaimana mungkin aku menikahinya? Disaat kami sama sama saling membenci...” Suara Reyna meleleh bagaikan madu dituang ke serpihan es. Tapi matanya menyala seperti kelap-kelip api lilin.
 
“Tidak sayang, kau tidak membencinya. Jika ingatanmu sudah pulih sempurna. Kau akan bersyukur kami menikahimu dengan pemuda yang sangat kau cintai.”
 
Ya, dokter bilang wajar bagi orang mati otak selama tujuh bulan hilang sebagian dari memori diotaknya. Lambat laun ingatannya akan segera pulih. Dan akan mengingat semuanya.
 
“Oh aku meragukan itu. Btw aku tidak hilang ingatan Dad. Iya kan Naya?”
 
Tanaya yang duduk disamping Reyna tersentak kaget. Dari tadi dia melamun. Melamun, bagaimana kondisi yang dihadapi Livian dan Reyna sungguh diluar dugaannya. Selama ini dia berdoa pada tuhan tidak pernah dikabulkan. Kenapa, doanya yang setengah hati bisa dikabulkan..???
 
“Apa?? Oh, aku tidak yakin. Yang aku tahu kau sangat memuja Livian.”
 
Yah, dia tahu dari cerita yang pernah dilontarkan Reyna. Dan disahkan oleh diari Reyna.
 
Hati Reyna terasa mengerut hingga sekecil kacang walnut, seperti batu mungil dan keras didalam dada. Bagaimana mungkin, Tanaya bisa berpikir begitu. Kenapa sahabatnya sendiri juga mengkhianatinya.
 
“Bohong, kenapa sih kalian seperti ini denganku...? Aku baru pulih loh. Sebulan ini aku berpikir bahwa aku tidak ada kecocokan dengannya. Dan aku tidak mencintainya sama sekali. Oh, ayolah... Kalau memang benar mana buktinya..?”
 
“Tentu ada.. " sela Tanaya cepat. "Livian... ayo mana diari Reyna...?”

Oh, bagaimana mungkin mereka lupa dengan diari itu. Itu bukti paling kongkrit yang tidak bisa terbantahkan.
 
“Maafkan aku..  aku menghilangkannya... maksudku aku lupa dimana menaruhnya...”
Pupus sudah harapan mereka. Livian sudah mencari diari tersebut, sampai dibawah kolong tempat tidur, dia juga memeriksa semua tumpukan file dikantornya. Mungkin saja dia meninggalkannya disana tapi hasilnya nihil. Dia juga mencarinya didalam mobil. Diari itu raib entah kemana bagai ditelan bumi.
 
“Apa...?? padahal selama ini kau selalu membawanya kemana saja. Ah, itu tidak penting. Yang terpenting apa kau menyukai Reyna Livian...?”
 
“Hmmm...” Livian merasa dia seolah distrap didepan kelas. Disaat semua orang melihat kearahnya, menunggu jawaban. “Yah, aku menyukainya...” Suara barintonnya mencicit macam tikus yang ekornya tidak sengaja terinjak.
 
“Nah, Livian menyukaimu. Masalah selesai...”
 
“Hai, jelas saja dia berbohong. Bagaimana mungkin dia menyukaiku. Disaat hinaannya masih terlukis jelas diingatanku. Apa kalian bercanda?? Ini bukan kejutan di april mop kan? Ayolah Livian, kau jujur saja sekarang kalau kau sangat menginginkan harta orangtuaku...”
Hanya itu gambaran yang logis tentang situasi saat ini. Jika yang dikatakan Livian benar. Kenapa dia meragukannya??
 
“Apa benar begitu Livian?”
 
“Mr. Richardson kita sudah membahas ini empat mata...”
Mr. Richardson bertanya agar Reyna merasa dia tidak terlalu memaksakan kehendaknya. Oh, yang benar saja. Dia tidak mungkin salah memilih suami untuk putrinya. Dia tahu, Livian sangat mencintai putrinya dan tentu saja dia bukan pria gila harta.
 
“Ayolah sayang, demi ayahmu. Mungkin umur Dad tidak lama lagi. Sebelum Dad pergi, Dad ingin lihat kau menikah dengan pria pilihan Dad...”
 
“Dad, kau tidak Akan kemana mana...”Sela Reyna cepat. Mr. Richardson mengangsurkan sebuah amplop warna putih diatas meja. Reyna mengambil amplop tersebut dan mulai membacanya.
 
“Jantung satadium 3. Yang benar saja Dad. Dad rajin olahraga. Dan Dad vagetarian sama denganku. Bagaimana mungkin Dad bisa punya riwayat penyakit jantung...”
Reyna melipat kertas tersebut, meletakkanya kembali diatas meja. Dan tidak mempercayai isi surat tersebut.
 
“Itu kehendak yang diatas sayang. Kenapa kau komplain dengan Dad..” Sedikit kebohongan tidak masalahkan? Mr. Richardson merasa dia sehat sehat saja. Itu, hanya salah satu trik meluluhkan hati Reyna. Dia merasa bersalah saat ini. Saat melihat mata Reyna mulai berkaca kaca. Mr. Richardson meremas jemari anak gadisnya yang terlihat kecil didalam genggamannya. “Dad yakin, Livian pria yang cocok untukmu. Dia mapan, baik, pekerja keras dan yang terpenting dia mencintaimu...”
 
“Kalau begitu Dad saja yang menikah dengannya..”
 
“Hai jadi Mom dengan siapa dong..?”
Tanaya tersenyum geli. Orang tua Reyna punya selera humor juga ternyata. Dia yakin sekarang Reyna dalam kondisi bimbang saat Ini.
 
“Mom... aaaah.. kenapa kalian tega sih menikahkan putri kalian satu satunya. Dengan pria yang menghina putri kalian dengan kejamnya...”
 
“Livian kan sudah meminta maaf. Lagian itukan dimasa lalu sayang. Kita harus melihat kedepan. Kemasa sekarang....”
 
Reyna menutup mata. Menekan habis habisan hatinya. Namun, dia tidak bisa menolak permintaan Dad. Dia tidak mau melukai perasaan ayahnya.
 
“Apa kau menyayangiku Dad. Kenapa aku meragukannya..”
 
“Tentu saja aku sangat menyayangimu Rey. Percaya sama Dad."
 
Kepala Reyna mengangguk sekilas. Hanya sekilas. Sayangnya, semua orang yang melihat menyadarinya. Mr, Richardson menghampiri Reyna dan memeluk tubuh mungil anak gadisnya.
 
“Kalau begitu jangan nikahkan aku dengan  Livian..” Pinta Reyna dipelukan Mr. Richardson. Tetap keukuh untuk membujuk ayahnya. Lagian, apa bagusnya pria itu. Bukankah perasaannya yang terpenting sekarang. Oh, Reyna harus bersabar mulai sekarang. Mr. Richardson melonggarkan pelukan dan duduk kembali ditempat semula. Tidak mengindahkan permintaan Reyna.
 
“Oh, ayo kita harus menentukan tanggalnya. Bagaimana dua minggu lagi, atau seminggu lagi...”
Mereka malah sibuk merencakan pesta pernikahan untuknya. Disaat Reyna merasa tidak ada yang mendukung keputusannya.
 
“Aaahhh... Kejamnya orangtuaku...”
 
*****
“Hei apa aku boleh masuk...”
Livian menutup pintu dibelakang. Melangkah sok penting masuk kedalam kamar Reyna. Gadis itu mendongak dari majalah yang dia baca. Tapi, kembali menjatuhkan mata kemajalah dipangkuannya saat dia tahu siapa yang masuk kedalam kamarnya.

PUNCAK KENIKMATAN (21+) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang