apa ini normal?

25.1K 456 2
                                    

“Apa sekarang aku yang memuaskanmu?
 
Sudut bibir Livian berkedut dan akhirnya dia tersenyum.
 
“Tidak sayang, kita harus makan terlebih dahulu, aku tidak mau kita bercinta dalam keadaan lapar...”
 
Reyna terlebih dahulu berpindah dari perut suaminya, hendak turun Livian menepuk bokong Reyna pelan. Lantas mengejar jemari istrinya. Mereka berjalan keluar bergandengan tangan seolah tidak bisa terpisahkan. Sesekali Livian mencium punggung tangan Reyna.
 
Selesai makan mereka duduk Disofa kulit bundar dekat perapian. Saling berpelukan dimana selimut tersampir dibahu mereka berdua seperti jubah besar.
 
Muk perak digenggam Livian dengan tangan kanan, dimana cappucino didalam muk menguarkan asap karena panas. Sementara tangan kirinya melingkar dipinggang istrinya. Lima jemari Livian meraba raba dibalik baju Reyna.

Suara tetesan air hujan diatas atap seolah menyenandungkan lagu untuk mereka.
 
“Apa kau ingin berdansa denganku sayang...?”
 
Mereka sama sama menoleh. Pandangan mereka bertemu dan terpaku. Menghitung setiap bintik dimata abu abu milik Livian. Jantung Reyna berdetak cepat.
 
“Sekarang... disini...?”
 
Kepala Livian mengangguk mantap. “Yah.. sekarang...”
 
“Oh, tidak tidak... aku tidak bisa berdansa....” Tolak Reyna terkekeh geli. Dia tidak pernah berdansa dan tidak yakin bahwa dia bisa.
 
“Kau hanya mengikuti langkah ku saja. Atau kau boleh menginjak kakiku sayang...ayolah, aku ingin melakukan hal romantis denganmu...!!”
 
Livian berdiri dan berjalan kearah home teater disudut dinding. Mengambil henpond nya dan menyambungkannya di speaker.
 
“Nah.. lagu apa yang romantis...apa kau ada referensi sayang...?”
 
“Hmmm. Perfect Ed sheeran Boleh juga...”
 
Reyna ikut berdiri dimana latar belakangnya lidah api dari perapian warna jingga. Livian menatap istrinya penuh cinta.
 
“Yah, kau sempurna malam ini..” Ucapnya kemudian. Lagu perfect mengalun diudara, suaranya bergema didalam rumah.
 
Livian melangkah pelan kedepan dan menunduk kebawah. Bertumpu pada satu kaki, kaki yang satunya lagi ditekuk kebelakang. Kepala Livian melongok keatas. Telapak tangan kanannya menengadah. Posenya sekarang seakan akan seperti melamar.
 
Reyna menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sebenarnya dia ingin tertawa tapi tidak. Dia berhasil menahannya.
 
Reyna menaruh lima jarinya ditangan Livian. Pria itu menggenggamnya erat dan mendaratkan lima jemari kirinya dipunggung Reyna.
 
Mereka bergerak seirama. Sesekali Reyna menginjak kaki Livian. Tidak masalah mereka masih bisa menikmati hal romantis yang mereka ciptakan sendiri.
 
Reyna tersenyum malu. Kedua tangannya berpindah keleher Livian dan kedua tangan Livian berada dipinggangnya.
 
“Kenapa kau menunduk... pandang aku..!!”
 
Tidak, dia tidak bisa memandang suaminya apalagi suasananya buat kakinya melebur seperti pasir. Sekarang saja dia mati matian menahan diri untuk tidak pingsan.
 
Jari telunjuk Livian menekan dagu Reyna agar mendongak melihat wajahnya.
 
“Pipimu cantik bila memerah...”
 
Livian mendekatkan wajahnya dan melahap bibir istrinya. Mereka berciuman sambil berdansa. Ciuman liar menahan hasrat.
 
Reyna tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Dia selalu saja mendambakan sentuhan suaminya.
 
Bagaimana semua ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin Reyna Richardson yang tenang dan selalu terkendali bisa menjadi wanita panas seperti ini. Tidak sekalipun dalan hidupnya , ia pernah menginginkan sesuatu seperti ia menginginkan Livian Miller sekarang. Apa ini yang dinamakan cinta?
 
Reyna mendesah dengan keras. Lagu ed sheeran tidak terdengar lagi ditelinganya yang hanya dengungan darah dan detak jantungnya menggema.
 
Bagian bawah tubuh Reyna berdenyut. Gairah seksual membuatnya terbakar. Panas. Sentuhan Livian dipunggungnya membuat dia lemas seketika.
 
Dan ketika Livian menarik kaos Reyna hingga keperut, Reyna tidak tahan lagi. Dia menarik tubuh Livian kebelakang sampai punggung Livian menyentuh dinding.
 
Reyna seolah terhipnotis dan tanpa sadar menggesek gesekkan tubuh nya ketubuh Livian.
Dia tidak peduli jika mereka bercinta dalam keadaan berdiri. Tangan Reyna bergetar dan terpeleset saat membuka kancing celana Livian buru buru.
 
Tiba tiba semuanya buyar saat bel rumahnya berbunyi. Livian meninggalkan lehernya itu buat Reyna semakin Gila. Siapa pun orang diluar sana dia akan membentaknya habis habisan.
 
Livian tergelak. Menyentuh bibir Reyna dengan ibu jarinya. Merapikan rambut istrinya dan menurunkan lagi kaos Reyna sampai kepinggang. Untung dia belum membuka bra istrinya.
 
“Kita akan melanjutkannya nanti...!”
 
Tidak, Reyna rasa dia tidak bisa menunggu. Oh, dia tampak murahan saat ini. Reyna menggenggam tangan suaminya begitu erat saat Livian hendak pergi.
 
Dia ingin berkata jangan  buka pintu itu. Namun lidahnya kelu. Dia tidak boleh egois bukan?. Masih banyak hari esok dan dia tidak ingin tergesa gesa.
 
Livian berjalan kearah pintu dia melihat Tanaya dan Nyle bertamu kerumah mereka rambut mereka sedikit basah. Tanaya menghampirinya dengan tatapan penuh arti.

PUNCAK KENIKMATAN (21+) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang