kejutan

31.9K 602 7
                                    

Vote and coment dulu baru baca ya...
Soalnya.. pembacanya udah banyak..
Eh, yang ngevote cuma dikit, kan autor sedih.... 😥✌

Bahkan vote and coment kalian berarti banget loh... biar autor semangat nulisnya.... 😁
Ah cekidot aja deh.. curhatnya udahan dulu...


Tak bisakah Livian menyetir sedikit pelan seperti seseorang yang sedang dikejar setan. Tidak sabaran, sampai salah satu pejalan kaki memaki maki dipinggir jalan saat mobilnya nyaris menyenggol. Livian berucap maaf, namun siapa yang mendengarkannya....?

Semua yang dilakukan Livian bagai tak tentu arah. Tubuh dikantor, namun pikiran dirumah. Yah, pada siapa lagi. Dia selalu memikirkan istrinya seharian.

Ini selalu terjadi sih. Tapi hari ini. Hatinya bagaikan disirami kembang api, meletup letup dan sinarnya terpancar keluar terlihat dari bibirnya tidak berhenti terkembang hingga giginya kering seperti kertas tua.

Teman satu tim dikantor saja keheranan melihat kepala tim mereka menunda rapat serta meniadakan lembur hari ini. Padahal besok mereka harus presentasi. Biarlah, besok hari dia akan menebusnya. Dia janji.

Sepulang kerja Livian menyempatkan membeli bunga lilac kesukaan Reyna. Hadiah sebab pagi ini dia melihat senyum termanis yang di berikan istrinya. Dia berharap hubungannya dengan Reyna berjalan baik maksudnya menuju ketahap yang lebih Jauh. Oh, ayolah... dia sangat merindukan istrinya dan merindukan momen kebersamaan mereka. Mungkin berciuman atau hanya sekedar berpelukan hangat juga tidak masalah untuknya. Walaupun dia menginginkan lebih sih.

Livian sempat berhenti dirumah utama, menimbang apa dia harus menemui Mr. Richardson hari ini untuk bermain catur. Walaupun jauh didalam hatinya dia ingin malam ini berduaan dengan istri. Ya....Tapi, dia sudah berjanji dengan ayah mertuanya.

Mr. Richardson selalu kalah bermain catur dengan Livian. Maka dari itu dia terobsesi sekali mengajak Livian bermain catur, untuk mengalahkannya tentu saja.

Livian memasuki rumah utama dan mendapati ibu dan ayah mertuanya diruangan keluarga dan disana juga ada Tanaya.

Kenapa mereka tidak mengajak Reyna...? Istrinya pasti sendirian di paviliun sekarang?

Mr. Richardson hendak berdiri saat melihat Livian namun tangannya ditahan Mrs. Paula.

"Sayang, bukannya pekerjaanmu banyak hari ini...?" Mrs. Paula menghujam manik mata suaminya seperti berkata tetap disini.

Siang tadi Reyna sudah mewanti wanti keluarganya bahwa malam ini dia tidak ingin diganggu karena dia ingin berduaan dengan suaminya dan itu berlaku untuk ayahnya juga.

Mr. Richardson menggaruk tengkuk tak gatal. "Oh, aku lupa nak. Malam ini aku tidak bisa. Pekerjaan ku menumpuk..." ucapnya bohong. Yang benar saja, apa gunanya bawahan kan?

Livian mengangguk mafum dan pamit pada mereka bertiga dan keluar dari rumah utama dengan langkah lebar hati senang. Setidaknya malam ini dia bisa berduaan dengan istrinya.

Keluar dari mobil seperti mendaki masuk kedalam tas kain yang basah dan panas.

Saat sampai didalam rumah dia mendapati lampu padam. Atau sengaja dimatikan karena penerangan rumah berganti dengan lilin aromaterapi.

Ini kejutan tidak terduga menantinya. Dan dia semakin tidak bisa membendung rasa rindunya saat ini.

Livian melangkah lebar dan pelan kearah kamar. Sedikit terkejut melihat Reyna berdiri diremangnya lilin, kulitnya bersih tanpa cela seperti permukaan mangkuk susu krim dan berwarna jingga keemasan.

PUNCAK KENIKMATAN (21+) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang