insting seorang istri

18.9K 400 6
                                    

Nah... apdate lagi ya. Hadiah karena pembaca setia Reyna sudah banyak...

Jangan  lupa bintang dan comentnya ya.

Di musim dingin November seperti saat ini. Tidak banyak yang dilakukan Reyna dan Livian. Weekend mereka hanya dihabiskan bercinta dirumah. Sesekali mereka kerumah utama membunuh waktu dengan berkumpul bercerita apa saja. Tidak terasa memasuki bulan Desember. Dan itu tandanya sebentar lagi salju berjatuhan.
 
Karena Reyna belum mendapatkan tanda tanda bahwa dia hamil. Oh, ayolah... tujuan menikah kan untuk mempunyai keturunan. Bukan bercinta saja. Jadi Mrs. Paula akhir akhir ini getol menyuruh Reyna dan Livian makan makanan sehat seperti sayur sayuran. Semua yang berbau kacang kacangan. Susu. Dan tidak lupa vitamin.
 
Bukan itu saja. Selesai bercinta Reyna selalu mengangkat kakinya keatas selama lima menit. Mrs. Paula bilang itu juga manjur untuk mendapatkan keturunan.
 
Semua usaha sudah dilakukan Reyna. Yah, jika yang diatas berkata belum apa boleh buat.
 
Omong omong. Seminggu lagi umur Livian tepat 27. Reyna ingin merayakannya dengan keluarga Besar mereka. Tapi, sepertinya itu tidak mungkin. Karena, kau tahu. Keluarga Livian tidak akur. Hubungan antara ayah dan anak itu juga tidak berjalan baik. Sementara ibu Livian berada jauh di Indonesia.
 
Reyna mematut diri didepan cermin. Dia habis keramas. Sebantar lagi Livian pulang kerja. Akhir akhir ini suaminya kelewat sibuk. Selama seminggu ada 4 kali dia selalu pulang malam. Lembur. Pulang kerja Livian selalu kelelahan. Mereka hanya berakhir saling berpelukan diatas ranjang.
 
Yah, selama seminggu ini mereka hanya dua kali bisa berhubungan badan.
 
Jadi hari ini dia akan berdandan se cantik mungkin  untuk suaminya. Reyna tidak mau melewatkan kesempatan ini.
 
Waktu menunjukkan jam 5 sore. Dan dia mendengar mesin mobil Livian diluar. Dia melangkah seanggun mungkin. Menyambut suaminya didepan pintu dengan senyum semanis gula.
 
Mereka berciuman mesra dibingkai pintu. Dan tertawa bersama. Reyna mengambil tas suaminya. Dan mereka berjalan kearah kamar.
 
Reyna memijit bahu suaminya dan berkali kali mencium tengkuk Livian. Dia sangat menyukai bau tubuh Livian. Oh, Dia tidak bohong. Walaupun seharian ini Livian berada diluar. Harum maskulin dan pephermin yang sangat menggoda.
 
Reyna sudah menyiapkan air panas untuk mandi suaminya. Dan dia tengah mengatur makan malam mereka diatas meja.
 
Tangan Reyna berhenti diudara saat dia mendengar hp Livian berbunyi nyaring dikamar. Panggilan ketiga berdengung bandel. Gadis itu melihat sederet nomor dilayar ponsel Livian tanpa nama.
 
Saat hendak mengangkatnya. Layar hp tersebut  menghitam.
Sempat bimbang. Apa tidak apa apa jika dia membuka kunci hp suaminya tanpa sepengetahuan pemiliknya.
 
Tapi, wajar saja kan...? Betul bukan?
 
Kunci hp Livian yaitu tanggal lahirnya sendiri. Tidak ada yang mereka rahasiakan. Pun begitu kunci hp Reyna tanggal spesial suaminya.
 
Reyna mendapati 3 panggilan tidak terjawab dan satu pesan masuk.
 
Tangan Reyna bergetar waktu dia menyentuh 1 pesan masuk. Rasanya ini salah. Entahlah, dia merasa seperti pencuri saat ini. Tapi, kau tahu felling seorang istri mengalahkan semuanya. Dia sungguh penasaran. Siapa yang menghubungi suaminya saat ini.
 
Reyna mengintip bathroom terlebih dahulu. Dia rasa aman. Tangannya langsung membuka menekan pesan tersebut memaparkan isinya.
 
“Apa kau suka dengan hadiah spesial yang kuberikan...?”
 
Hadiah. Hadiah apa...?
Terlebih siapa yabg mengirimnya?
 
Oh. Demi tuhan. Dia tidak boleh curiga dengan suaminya. Reyna harus mempercayai Livian. Tapi, sekali lagi insting seorang istri begitu besar menguasainya sampai pikiran dan hati tidak  sejalan lagi. Hatinya berkata dia harus percaya suaminya. Tapi, pikirannya sudah penuh dengan pertanyaan pertanyaan seperti ombak besar terangkat naik keatas dan terhempas.
 
Reyna mengambil hpnya dan mulai mencatat nomor yang tidak diberi nama tersebut. Setelah itu. Apa yang dilakukannya sekarang, semata mata ingin menyelamatkan mereka dari pertengkaran. Agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dia menghapus nomor panggilan tidak terjawab tersebut dan juga menghapus pesan ambigu itu.
 
Menekan pikirannya mati matian. Mungkin saja itu salah satu kliennya yang memberi tips karena kerja kerasnya atau teman kantor favoritnya. Entahlah, dia harus berpikir positif saat ini.
 
Oh, ayolah Rey. Pikirkan hal positif. Ayo... hal positif!!!
 
Tidak.... dia tidak bisa...

Reyna menjejalkan ponsel Livian kedalam tas kerja kembali. Dan memeriksa semua saku tas suaminya. Tidak ada kado atau hadiah yang dimaksud pesan tersebut. Semua isinya hanya fail kerja Livian. Pena. Dan dompet.

Mungkin itu pesan spam.
 
Reyna keluar kamar dan berlari kedapur. Secara hati hati menekan tombol hijau. Perhatiannya tidak pernah lepas kearah pintu kamar. Dia harus memastikan siapa pemilik nomor tersebut.
 
“Halo... halo...” Sapa seorang wanita diujung telepon.
 
Reyna menggigit kuku jarinya dan berjalan mondar mandir didapur. Dimana ponsel nya sudah mati total.
 
Nah, itu wanita?
 
Teman kantor Livian kah? Atau kliennya?
 
Oh, hentikan... dia tidak boleh mencurigai suaminya. Ini salah... benar benar salah.
 
Livian keluar dari kamar. Reyna langsung mengganti mimik mukanya. Ujung bibirnya berkedut Dan akhirnya dia tersenyum kearah suaminya.
 
“Wah.. sayang.. kau masak banyak malam ini?”
 
Yah, Reyna sudah memasak makanan sehat untuk mereka berdua. Ikan salmon. Kacang polong. Lasagna. Dan sup kecambah.
 
Livian menarik kursi disebelah dia duduk. Dan menyuruh istrinya duduk disaana.
 
Ponsel Livian kembali berdengung marah. Pria itu berjalan kekamar yang diikuti Reyna dibelakang. Dia melihat kening suaminya berkerut dalam sebelum mengangkat telepon .
 
“Hallo...Dengan Livian miller..?”
 
Hening sesaat. Dia bisa melihat tubuh Livian kaku ditempatnya berdiri. Dan wajahnya memerah. Dia seperti terlihat marah. Tidak sengaja mata mereka bertemu.
 
Livian melambai kearahnya dan senyum simpul. Lalu pria itu mematikan  hp tanpa berkata apa apa...
 
Heii... bukankah ini mencurigakan?
 
“Apa ada masalah sayang?”
 
Reyna bertanya saat suaminya mendekat dan merangkul pinggang rampingnya.
 
“Tidak sayang... tadi itu telepon salah sambung...” jawabnya. Dan mengelus ngelus punggung Reyna.
 
Yah... mungkin saja. Dia harus mempercayai suaminya bukan?
 
“Ayo kita makan... aku lapar...”
 
Reyna tidak fokus makan disamping Livian. Saat Ini Reyna tengah berpikir. Pertanyaan apa yang akan dia ajukan untuk tidak membuat suaminya tersinggung. Untuk tidak buat mereka bertengkar.
 
Jika dia hanya diam. Dia rasa dia juga tidak bisa. Saat kau merasa penasaran di titik paling minus.
 
“Hhmm. Sayang... apa kegiatanmu seharian ini di kantor...?”
 
Percayalah.  Selama ini Reyna tidak pernah menaruh minat dengan pekerjaan Livian. Yah, apa sih yang dilakukan seorang suami dikantor. Pasti bekerja bukan?
 
Sebelum menjawab Livian menelan makanan didalam mulut dan meneguk segelas air putih.
 
“Biasa saja sayang. Bertemu dengan klien. Berkutat didepan komputer. Mengejar deadline. Yah, bekerja...”
 
Pria itu mengambil tisu dan mengusap mulut Reyna.
 
“Apa hari ini kau menerima sebuah hadiah dari seseorang..?” Apa tidak apa apa dia bertanya seperti itu. Dia takut menyinggung perasaan suaminya.
 
Livian menatap Reyna disamping. Tatapan yang sulit diartikan.
 
“Tidak. . Aku tidak menerima apapun. Apa kau mengirim sesuatu kekantor ku?”
 
“Tidak... lain waktu mungkin...” jawab Reyna gelagapan.
 
“Tidak apa apa sayang. Santai saja...”
 
Livian mencubit pipi istrinya sayang.
 
Yah. Mungkin  itu pesan sampah. Dan yang menelepon Livian tadi nomor salah sambung. Tidak ada yang harus dicurigai.

Oh, tentu saja. Dia sangat mempercayai Livian.
 
Seperti dia percaya air laut itu asin.
 
Bersambung
****

Padang, 3 november 2019
 
 

PUNCAK KENIKMATAN (21+) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang