pagi yang manis

31.4K 570 3
                                    

Livian menghindarinya. Dan itu semakin menantang Reyna untuk meluluhkan hati pria itu. Yah, dia tahu dia yang  salah. Dan dia akan menebusnya kali ini.
 
Dan aksinya itu dilancarkan disaat malam tiba, kala Livian membaca sebuah buku berselonjor diatas ranjang. Reyna keluar hanya mengenakan gaun tidur menerawang, saking menerawangnya. Seolah olah  dia tidak menggunakan apa apa. Bikini di balik gaun itu juga hanya menutupi puting dan Vagina saja. Sebenarnya ada perasaan malu saat dia memakai gaun itu. Tapi, di enyahkan jauh jauh.
 
Ketika dia keluar dari kamar mandi, dan berdiri dengan pose seksi. Kaki ditekuk kedepan dan kedua tangan dia angkat sampai kepala. Sayangnya, Livian tidak melihat kearahnya. Sekalinya menoleh Livian hanya memandanginya datar. Melipat buku dipaha dan berjalan kearah lemari pakaian. Mengambil sweter rajut milik  gadis itu.
 
“Apa kau tidak kedinginan sayang. Aku saja sampai memakai kaus kaki...” lalu pria itu mengalungkan sweter tersebut di bahu Reyna. Dan kembali membaca buku.
 
What???
 
Muka Reyna memerah karena malu dan merapatkan sweter tersebut ketubuh. Kalau boleh jujur. Sebenarnya dia kedinginan sampai ketulang. Demi meluluhkan hati Livian dia mau kedinginan seperti ini. gagal sudah rayuannya.

Pernah juga Reyna menunggu Livian dikamar mandi didalam bathup dalam keadaan bugil. Pria itu tidak kunjung datang, malahan Livian asik bermain catur dengan Dad.
 
Bahkan semua jurus jitu yang diajarkan Tanaya tidak mempan untuk Livian. Pria itu masih bersikap sedingin salju seolah olah ada sebuah pulau yang terbentang diantara mereka.
 
Oh, sampai kapan dia harus seperti ini. Sementara pikiran nya bergentayangan disaat wanita seksi itu menggoda suaminya.
 
Dia memberanikan diri masuk kedalam bathup dimana Livian tengah berendam sambil memejamkan mata.
 
Kaki kanan Reyna masuk kedalam  bathup tidak sengaja menginjak kaki Livian. Mata pria itu terbuka berkilat seperti es yang beku. Livian terlonjak kaget dan mengambil handuk melilitkannya diseputar pinggang. Sebelum itu tertutup. Reyna sempat melihat bahwa bagian tengah Livian mengeras.
 
Oh, rasanya Reyna malu. Gadis itu secepat kilat membenamkan diri didalam bathup sampai kepalanya menghilang didalam air. Dia tahu pipinya sekarang berwarna merah. Oh, bisakah hatinya terbiasa dengan pemandangan itu.
 
“Keluar lah sayang, aku sudah pakai celana...” suara parau Livian menggantung di diatas kepalanya bagai simfoni  mengalun lembut ditelinga Reyna. Gadis itu muncul dipermukaan, dengan rambut basah kuyup seperti baru saja diceburkan kedalan got penuh busa.
 
Livian menatapnya melalui bawah bulu mata. Dan tersenyum kecil. “Jangan Lama lama berendamnya sayang. Nanti kau masuk angin. Aku tidur dulu...” ujarnya dan beranjak dari sana.
 
****
 
Livian terbangun jam 4 pagi, dimana keadaannya ini beberapa hari selalu membunuhnya. Dia selalu terjaga dimalam hari dan mendapati Reyna tengah memeluk tubuhnya.
 
Jika Reyna tidur pulas seperti ini, Livian sering membalas pelukan istrinya. Dan menciumi pucuk kepala Reyna.
Livian mengangkat tangan gadis itu dari perutnya secara perlahan. Pria itu menyeret punggung semakin menjauh dan berbalik memandangi Reyna yang tertidur pulas.
 
Mempelajari gerak gerik istrinya saat mengambil napas. Bibir cherry terbuka sedikit. Hidung mancung kempang kempis, dan dada naik turun seirama. Livian mendekat sampai mukanya didepan wajah Reyna. Menciumi napas gadis itu. Wangi yang khas menurutnya.  Setelah nya dia memberikan morning kiss dibibir Reyna. Hanya menempelkannya saja. Ini juga sering dilakukannya.
 
Dia teringat kemarin malam Reyna menggodanya lagi. Dia tetap saja jual mahal. Karena dia tahu Reyna mengujinya. Entahlah, sampai kapan semua ini berakhir dia tidak bisa lagi menahannya. Sungguh setiap melihat Reyna mati matian dia menyembunyikan hasrat yang bergelora.
 
Reyna bergerak sedikit, hari ini dia memakai piyama sutra. Tidak mengenakan gaun seksi itu lagi. Baguslah, dia tidak ingin Reyna kedinginan hanya karena ingin menarik perhatiannya. Apalagi akan memasuki musim dingin. Suhu bisa mencapai 5⁰c. Dia tidak mau Reyna sakit.
 
Livian Langsung menutup mata saat Reyna menarik kelopak matanya terbuka. Gadis itu mendaratkan kecupan ringan dibibir Livian dan dia tahu Reyna sekarang turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar.

Livian membuka mata dan mengintip sedikit, Reyna kembali lagi kedalam kamar menghilang didalam bathroom, dan Livian mendengar semburan air keluar dari kran. Sepertinya Reyna menyiapkan air panas untuknya mandi. Ini kebiasaan yang akhir akhir ini diterapkan Reyna. Dia menyukai istrinya sudah mulai memperhatikannya. Oh, dia sangat menyukainya.
 
Reyna kembali lagi kedalam dan mengambil pakaian kerja Livian dari dalam lemari dan meletakkannya dengan rapi diatas meja. Lengkap dengan dasi dan kaus kaki. Setelahnya gadis itu berjalan keluar lagi.
 
Livian duduk dari posisinya yang semula tiduran diranjang. Pria itu Sepenuhnya berdiri dan melangkah pelan kearah bathroom bau Levender langsung menggelitik hidungnya. Aroma dari minyak esensial yang dituangkan Reyna kedalam bathup. Sedikit banyak aromanya bisa menghilangkan stres.

Selesai mandi. Pria itu memakai pakaian yang disiapkan Reyna tadi. Dia selalu suka dengan pilihan reyna. Kali ini kemeja biru muda dipadukan dengan setelan jas warna dongker. Dasi dengan pelitur rumit warna putih dan biru. Nampaknya ini dasi baru karena dia tidak ingat punya dasi ini.
 
“Boleh aku yang memakaikannya?”
 
Reyna tersenyum paling manis yang tidak pernah Livian lihat akhir akhir ini dan bintang-bintang berjatuhan disekitar kepalanya bagaikan hujan kertas timah.
 
Dia ingin berteriak stop. Berhenti mengujinya. Karena jika ini hanya sekedar sandiwara saja jangan lakukan itu dengannya. Dia tidak ingin kepura puraan. Tapi, kau tahu saat ini Livian hanya terpaku saat Reyna semakin mendekat kearahnya dan berjarak sejengkal didepannya. Seperti pria bodoh, menatap muka istrinya lama. Reyna tidak perlu susah payah mengimbangi tingginya. Karena gadis itu hanya sedagu Livian.

“Nah, ayo sarapan...!!”
 
Reyna menarik pergelangan tangan Livian lembut saat gadis itu berjalan didepannya meninggalkan kabut Levender dan bau asap penggorengan menyapa hidungnya.
 
Livian menurut saja dan duduk dikursi makan. Pagi ini Reyna menyiapkan sepiring penuh makanan yang isinya, daging bacon, telur goreng, sosis panggang, sup kacang merah, tomat, jamur rebus dan Dicocol dengan roti panggang. Tidak lupa segelas jus jeruk manis.
Woooh. Dia tidak yakin bisa menghabiskan semuanya. Tapi, dia tidak ingin mengecewakan istrinya yang susah payah membuatkannya sarapan. Livian mengucapkan  terimakasih dan menyantap sarapan super banyak Itu.

Enak, ya dia tidak berbohong. Masakan istrinya sungguh enak bahkan Livian tidak berhenti untuk mengunyah sampai piringnya licin tandas.
 
Selagi pria itu mengenakan sepatu, Reyna masuk kedalam kamar dan membantu Livian mengikat tali sepatu.
 
“Jangan...” seru Livian sedikit marah. Dia tidak mau Reyna terlalu menjatuhkan harga dirinya. Walaupun itu terlihat manis. “Kau bukan pembantuku tapi istriku. Tempatmu bukan dibawah kakiku. Tapi disini...” Livian menunjuk dadanya.
 
Reyna menatap Livian dengan senang, seperti telah menjepit Reyna disana bagaikan kupu-kupu dipapan.
 
“Peluk aku disini...!!!” Suara itu terkejut, bersyukur dan mengandung rindu yang tajamnya menyakitkan.
 
Lengannya membungkus Livian dengan erat. Suaranya terdengar sekering sore yang berpasir.
 
“Aku merindukanmu...” Reyna bisa mendengar air mata didalam suaranya.
 
Livian membalas pelukan Reyna. Dan menepuk punggung Reyna pelan. Dia jangan ditanya lagi. Rindunya saja tidak terbendung lagi seperti bisul yang ingin segera ditusuk duri.
 
Sesuatu berkilat dibalik mata Livian , tapi Ia menurunkan kelopak matanya dengan sangat cepat sehingga Reyna kira mungkin itu khayalannya saja.
 
Reyna mengantar suaminya sampai didepan pintu. Dan melambai serta diiringi dengan senyuman manis.
 
“Hati hati sayang, cepat pulang...!!”Ia merasakan gelombang rasa malu meledak dibelakang kelopak matanya seperti matahari kecil. suaranya serapuh kepingan es.
 
Apa sayang...? Dia tidak salah dengar kan. Ayolah, Rey. Ulangi lagi.

Senangnya tidak terhingga. Ada seribu kunang kunang dimata Livian memancarkan sinar dan seribu kupu kupu menari didalam perut pria itu. Jika tidak ingat dia berangkat kerja sekarang. Persetan bersandiwara atau tidak. Dia akan membopong istrinya kedalam kamar dan  bercinta disana.
 
Dan ada yang menyesak ingin keluar dipermukaan matanya. Dia tentu saja tidak ingin menangis didepan Reyna.

Duuuukk

"Aaaahh..."
 
Tidak sengaja kepala Livain terbentur tiang karena dia berjalan mundur demi melihat senyum indah istrinya seperti mentari pagi menghangatkan hati.
 
Reyna meledak dalam tawa, menghampiri Livian mengusap lembut belakang kepala suaminya. Tawa itu renyah bagai lonceng.
 
“Aku pergi dulu sayang...” pamitnya semalu kucing.
 

Bersambung
****

Terimakasih udah baca.
Coment dan vote ya...

Jujur lagi hilang semangat buat nulis nih... nanti aku balas. Terimakasih sebelumnya.

Padang, 6 oktober 2019
 
 
 
 
 
 
 
 

PUNCAK KENIKMATAN (21+) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang