pecandu?

14.3K 341 5
                                    

Karena kemaren ceritanya pendek banget... sekarang aku kasih panjang banget.
Jangan lupa vote and coment all. Makasih.. 🙏

Berulang kali.. mungkin sudah keseratus kali Reyna melihat pintu. Waktu menunjukkan jam 23.55 malam. Tidak biasa Livian telat pulang kerja. Kalaupun lembur. Suaminya akan menelepon dan memberi kabar terlebih dahulu. Tapi, kali ini tidak.
 
Dia tahu.. suaminya tidak lembur. Karena. Yah, dia kan sudah tahu tadi sore suaminya mentraktir teman teman kantor di cafe and bar, tidak mungkin kan mereka kembali lagi bekerja dalam keadaan mabuk.
 
Apa butuh selama ini untuk merayakan pesta ulang tahun?
 
Reyna mengambil coat yang tergeletak disandaran sofa. Serta mengambil syal yang tergantung dibalik pintu kamar. Dia memakainya terburu buru. Lalu melangkah kearah pintu, menyentakkan pintu tersebut sampai terbuka.
 
Angin malam memaksa masuk kedalam rumah, menampar tubuh Reyna. Dia semakin menarik topi sampai menutupi kening. Kedua tangan terlipat kedada, menyembunyikan kesepuluh jemari dibalik ketiak.

Dia melangkah kedepan, sebatas ujung teras rumah. Mengarahkan pandangan jauh kedepan. Kedalam kegelapan malam. Berharap mobil suaminya datang. Jauh diujung lembah dibelakang pavilun terdengar anjing menggonggong dan pekikan burung gagak.
 
Oh, sungguh ada perasaan khawatir bergelayut dipundaknya seakan dihimpit batu besar. Dia meraih henpon dari balik saku coat. Dan menempelkan ketelinga kanan. Namun hp suaminya tidak tersambung.
 
“Shit... Sebenarnya apa yang terjadi...?”
 
Pikiran pikiran jahat mulai bermunculan dipalang otaknya. bagai perenang muncul dipermukaan laut.

Tidak... jangan sampai... pergilah pikiran negatif. Jangan sampai dia gila. Dan mulai berpikir yang aneh aneh.
 
Mungkin saja. Saat ini Livian tidak sadarkan diri karena banyak minum. Ck, itu semakin menambah buruk keadaan.
 
Kepalanya menggeleng seperti ada jaring laba laba hinggap disana.

Tidak tidak.. ayo pikirkan yang lain. Atau suaminya tergeletak entah dimana.
 
Aaaahhh.. dia tidak bisa menemukan jawaban apapun. Sementara angin malam semakin dingin. Dia masuk lagi kedalam rumah.
 
Menutup pintu tersebut rapat rapat menginterupsi angin yang hendak masuk dibalik celah pintu.
 
Dia melepas coat dan syal, lalu duduk diatas sofa beludru, mengambil remot tv diatas meja dan mulai menekan nekan deretan angka diremot tersebut dengan telunjuk. Beberapa kali dia menukar siaran. Tidak ada acara yang menarik minat. Tentu saja, dia tengah gelisah saat ini.

Seandainya Livian kecelakaan dan sekarang dia tidak sadarkan diri.
 
Oh, tuhan.. Tolong, apa pun yang menimpa suaminya diluar sana. Tolong selamatkan suaminya dari siapa saja yang berniat jahat dengannya. Tentu saja, dia tidak ingin suaminya kenapa napa.
 
Lelah dengan pikiran pikiran yang tak kunjung menemukan jawaban, akhirnya Reyna tertidur diatas sofa saat Tv masih menyala.

****

Mobil Livian berhenti diluar paviliun, rumah yang selama tiga bulan sudah ditempatinya bersama Reyna. Sebelum keluar dari mobil. Dia merapikan rambut terlebih dahulu. Tangan terangkat dan menyentak pintu mobil kearah luar.
 
Bagian belakang kepala berdenyut sakit. Dia tidak ingat berapa botol minuman dihabiskannya. Namun, dia merasa tidak mabuk sama sekali. Jalan pun masih tetap lurus.

Entahlah, apapun itu. Sialnya, dia tidak bisa mengingatnya.
 
Sayup sayup suara Tv terdengar dari dalam rumah “Apa Reyna masih terjaga...”gumamnya bingung.
 
Dia menyentakkan pintu yang tidak terkunci tersebut. “Ck, Rey.. kebiasaan buruk."
 
Ya, kebiasaan buruk. Ini sudah kesekian kali dia mendapati rumah tidak dalam keadaan terkunci. Kalaupun Reyna mengunci pintu rumah. Dia masih punya kunci cadangan. Kebiasaan buruk ini bisa buat istrinya celaka. Lain kali, dia harus mengingatkan Reyna.
 
Saat melangkah kakinya terasa seberat gajah masuk kedalam rumah, karena kepalanya semakin berdenyut sakit seolah olah ada yang memukul dari belakang.

PUNCAK KENIKMATAN (21+) END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang