23

36 5 0
                                    


Ning Nang Ning Nung!
Ning Nang Ning Nung!

Gue mematikan suara alarm dan bangkit dari tidur, menyenderkan tubuh gue dikepala ranjang dengan nyaman. Gue kembali memeluk guling dan melirik toples bunga mawar yang Chanyeol berikan delapan bulan yang lalu. Kenangan yang masuk kini terasa menyesakan, tidak lagi indah seperti dulu.

Gue memilih untuk kembali memejamkan mata, entah sudah terlihat seperti apa wajah gue sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue memilih untuk kembali memejamkan mata, entah sudah terlihat seperti apa wajah gue sekarang. Rasanya begitu sesak ketika baru menyadari bahwa gue adalah alasan Chanyeol kesusahan, alasannya risih terhadap sikap gue dan bodohnya gue baru menyadari bahwa memang benar dalam beberapa bulan ini Chanyeol terasa sedikit menjauh.

"Rainnnn" gue membuka mata ketika mendengar ketukan pintu dan panggilan dari Seulgi.

"Gue ga sekolah. Badan gue ga enak, nanti lagi aja kesininya, gue mau tidur"

Setelah tidak mendengar balasan dari Seulgi guepun kembali merebahkan tubuh gue dikasur, menatap dinding kamar gue hanya untuk sekedar menghilangkan rasa sakit.

Rasanya enggan untuk pergi kemanapun hari ini, bahkan hanya untuk beranjak dari kamar dan sarapanpun tubuh gue serasa mati rasa.

Gue mengusap airmata yang entah sejak kapan sudah turun, gue meringkuk seperti bayi diatas tempat tidur rasanya perih sekali. Chanyeol benar-benar berhasil mematahkan hati gue.

Gue mengucek mata untuk menghilangkan airmata yang terus saja jatuh, ini benar-benar menyebalkan sekali.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kembali berbunyi, gue menutup wajah gue dibalik selimut. Tidak ingin menemui siapapun hari ini.

"Rainaaa... buka pintunya sayang, mama mau masuk"

"Rain mau istirahat mah, nanti aja ya balik lagi kekamar Rain" gue mengusap airmata untuk yang terakhir kalinya, tidak ingin menangis lagi untuk hari ini.

"Sebentar aja sayang, mama cuma mau liat kondisi kamu" gue mendesah kesal, tidak ingin berbicara apapun.

Raina cuma pengen sendirian hari ini mah.

"Raina. Buka pintunya sayang, jangan buat mamamu cemas" perkataan dari bokap membuat gue lebih memilih mengalah, tidak ada pilihan lagi.

"Iya sabar"

Gue mencuci muka sebentar baru membuka pintu, diluar kamar gue sekarang sangatlah ramai. Bagaimana tiga orang kepo itu menatap gue dengan cemas.

"Apa yang sakit sayang? Hmmm? Sini sini tiduran lagi, ayuu" Mama langsung menarik tangan gue lagi ketempat tidur, papa dan Seulgi juga ikut masuk kedalamnya.

"Aku cuma flu, nanti sore juga sembuh. Mama ga usah khawatir, Raina gapapa" gue mengelus tangan mama, wanita paru baya itu benar-benar terlihat khawatir.

Bestfriends -PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang