25

67 4 0
                                    

"Balik aja yuk Kak" gue menepuk punggung Kak Sehun. Sekarang kami persis berada didepan rumah Chanyeol.

"Enggak, ayo masuk" Kak Sehun turun dari motornya, lalu menatap gue yang masih enggan untuk turun. Gue memberikan pupy eyes andalan gue yang sepertinya ga mempan sama sekali sama dia. "Cepetan Raina Kinara" lanjutnya lagi.

Gue berdecak kesal, seharusnya pria itu membela gue kan? dia suka gue atau enggak si! Disaat lagi menggerutu Kak Sehun langsung menggenggam tangan gue. Membuat gue terkejut.

"Tenang aja. Gue ada disini" setelah mengatakan itu Kak Sehun langsung mengajak gue untuk terus berjalan hingga mendekati rumah Chanyeol.

Pasti disana Chanyeol sedang berduaan dengan Hani. Karena sekarang rumah Chanyeol terlihat sangat sepi, mungkin Tante Dinda dan om Gongyoo belum pulang.

Gue mengetuk pintu itu dengan perlahan, lalu menatap Kak Sehun lagi dengan cemberut.

"Senyum" Kak Sehun menarik bibir gue, lalu mencubit pipi gue dengan gemas.

Ketika pintu mulai terbuka Kak Sehun mulai menjauhkan tangannya, lalu terlihatlah Hani yang membukakan pintu sambil tersenyum.

"Ayo masuk, tuh Chanyeol masih ngerapihin meja makan. Semangat banget dia hari ini" gue menganggukan kepala, membalas senyuman Hani dan ikut masuk. Lalu melihat Chanyeol yang tengah merapihkan meja makan.

Tampannya sahabatku...

"Hai" gue menyapa dengan canggung, entah atmosfer ini terasa sangat asing.

"Duduk-duduk"

Terasa sangat asing, dulu gue ga pernah canggung kalau kesini. Selalu masuk dan berjalan kemanapun gue mau tanpa ada terasa seperti ini. Selalu mencomot susu rasa strawberry yang dibelikan Tante Dinda untuk gue. Kini semua terasa sangat berbeda sekarang.

Ketika kami semua sudah mulai duduk gue memberikan sekotak gue coklat yang sempat gue dan Kak Sehun beli dijalan.

Gue tertegun begitu melihat Hani dengan lincahnya mengambil nasi serta lauk untuk Chanyeol dengan telaten. Hani benar-benar terlihat anggun dengan penampilannya.

"Dimakan Rain, Kak Sehun" gue dan Kak Sehun menganggukan kepala dengan singkat, pemandangan tadi membuat kita hilang akal sesaat.

"Raina, gue mau minta maaf buat yang kemarin. Gue cuma.... Cemburu aja" Hani menundukan kepalanya, gue bisa melihat Chanyeol mengusap punggung tangan kiri Hani dengan sayang. Itu justru semakin gue ga mau maafin Hani.

"Enggak apa, gue juga udah ngerti kok. Chanyeol udah ngasih tau semuanya, maafnya sampe lo repot-repot buat makan malem kaya gini"

Hani menatap gue, matanya yang berkaca-kaca membuat gue tidak tega untuk marah lebih lama lagi terhadap perempuan ini.

"Seriusan? Makasih ya Rain, maaf kalo gue sempet buat persahabat kalian sempet renggang. Lo harus tau kalo Chanyeol lebih sayang sama lo dari pada sama gue"

Gue lebih memilih melanjutkan makan saja daripada melihat kemesraan Chanyeol dan Hani, benar-benar menyakitkan.

Bagaimanapun juga tidak ada satu hati untuk dua orang, kau harus memilih salah-satunya dan menyingkirkan yang satunya lagi. Dunia itu adil, jika kau memiliki satu maka Tuhan akan memberikannya satu lagi sebagai penghilang rasa bosan. Tidak ada yang namanya duapasang atau tigapasang.

"Raina" panggil Hani yang membuat gue lagi-lagi harus mengalihkan pandangan dari makanan "Kita bisa jadi temenkan?" Lanjutnya lagi yang membuat gue terdiam.

Bagaimana ini, semua orang sedang menatap gue, termasuk Kak Sehun.  Dasar pria tidak peka, sekarang gue butuh bantuan lo Kak yaampun.

"Orang yang deket sama Chanyeol berarti deket sama gue juga kok"

Gue melihat Hani sumringah, ia tersenyum pada Chanyeol yang pria itu juga balas dengan senyuman manis. Hal menyakitkan lagi-lagi datang didepan gue, membuat gue segera mengalihkan pandangan pada Kak Sehun.

Seperti sudah tau, Kak Sehun juga menggenggam tangan gue, ia mengelusnya pelan. Memberi kekuatan agar gue tidak menangis, namun sayangnya gue ga bisa.

"Gue kekamar mandi dulu"

Gue segera beranjak kekamar mandi, mencuci muka agar tidak terlihat bekas airmata yang sangat menyebalkan, gue akan mencoba terbiasa pada Chanyeol. Terbiasa untuk tidak sakit hati atas perlakuan yang tidak ia sadar untuk diri gue.

Setelah merasa sudah sedikit membaik gue kembali menyapukan wajah dengan bedak tidak lupa liptint yang selalu ada di dalam kantong celana.

"Rin.." gue terkejut ketika melihat Hani didepan pintu kamar mandi. Untung saja bukan hantu.

"Ya?"

"Kita sekarang temen kan?" Pertanyaan dari Hani membuat gue mengerutkan alis bingung, apa maksud dari gadis ini sih.  Gue tidak menjawab apapun, gue tau bahwa Hani pasti paham maksud gue tidak manjawab pertanyaannya untuk mendengarkan apa yang mau wanita ini sampaikan.

"Seorang teman ga bakal ambil pacar temannya kan?"

"Maksud lo apasih?" Tanya gue to the point ketika gadis itu terus sama berbicara kemana-mana.

"Maksud gue, biar lo lebih paham nih.  Tolong jangan berlebihan lagi sama Chanyeol, lo harus inget kalo Chanyeol punya gue. Lo taukan gimana sakitnya enggak diaanggap. Gue harap lo ngerti maksud gue tadi, gue duluan kedepan" setelah mengatakan itu Hani segera pergi, tadi namanya peringatan bukan?

Gue menghela nafas panjang, ini adalah konsekuensinya jika terus berdekatan dengan Chanyeol disaat pria itu sudah memiliki kekasih. Mulai sekarang gue harus tebel hati kalau lain kali Hani bersikap begini lagi.

Gue tersenyum kearah Chanyeol, ia menatap gue. Kini rasanya kami terasa sangat jauh, tidak seperti biasanya.

"Udah Kak? Balik yuk" gue berbisik. Rasanya ingin pulang ketika melihat bagian paling menyakitkan dalam diri gue yaitu melihat Chanyeol sedang menggenggam tangan Hani.

"Yuk"

"Mau kemana?" tanya Chanyeol ketika melihat gue dan Kak Sehun sudah bersiap-siap ingin pulang.

"Kita mau balik Chan, takut kemaleman"

Chanyeol menganggukan kepalanya, kini kami benar-benar sudah mempunyai garis batas sekarang.

Gue mendesah pelan lalu berjalan keluar rumah Chanyeol, namun langkah kami harus terhenti ketika Hani memanggil nama gue lagi.

"Ini susu strawberry, gue denger dari Chanyeol kalo ini kesukaan lo" Hani menyodorkan plastik yang berisikan beberapa susu strawberry kesukaan gue.

"Bilang sama Chanyeol ga usah repot-repot" gue menerima bingkisan itu, memang tidak pernah berniat untuk mengabaikan minuman kesukaan gue.

"Itu bukan dari Chanyeol kok. Itu dari gue" Hani tersenyum, entah itu terasa sangat aneh dimata gue.

"Oh yaudah, makasih ya. Duluan" gue berjalan kearah Kak Sehun yang sudah nangkring dimotor, tidak memperdulikan ucapan Hani lebih lanjut. Ini terlalu menyakitkan.

"Kerja bagus" Kak Sehun mengelus puncak kepala gue, ia lalu mengusap mata gue yang emang pengen nangis "Jangan nangis cuma buat hal-hal yang ga berguna" lanjutnya sambil memakaikan gue helm berwarna putih yang selalu nangkring di belakang motornya.

"Ayo kita mulai semuanya dari awal"

Sejak malam itu, gue memutuskan untuk menyudahi perasaan gue dengan Chanyeol. Bagaimana nantinya, kita lihat saja. Toh hidup memang harus dinikmati selagi berjalan.

TBC

Jakarta,25-okt-2019

Bestfriends -PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang