Bel istirahat pun berbunyi, membuat semua anak dikelas gue teriak tertahan."Bu udah bell bu" celetuk Ariz membuat guru sejarah kami berhenti berbicara.
"Beneran? Kok saya ga dengar"
"Bener bu!"
"Ibu budek"Gue tertawa kecil ketika Ariz lagi-lagi mendumal dengan suara kecil, dan hanya gue serta Hyesoo yang bisa mendengar karena pria berlesung pipi itu tepat dibelakang kami.
"Ariz kalo sampe kedengeran mati lo" Hyesoo terkekeh sembari memperingatkan Ariz.
"Ah bodoamatlah, lagian lama. Dasar tukang korupsi waktu siswa cuma buat pamer"
Gue dan Hyesoo kembali tertawa, memang benar jika guru sejarahnya itu lebih suka menceritakan pengalaman liburannya dari pada pelajaran mereka, tidak penting.
"Hayuk gaes cepet, gue laper" ujar Somi yang membuat gue dan Hyesoo langsung membereskan meja kami dengan cepat, lalu mengikuti langkah mereka.
"Boby jangan mepet-mepet anjing" Hyesoo mendorong tubuh Boby yang ingin berdekatan dengannya, mereka berdebat didepan pintu.
"Aku tau kamu demen diginiin, mau sekalian dipeluk?" Boby merentangkan tangannya bersiap-siap untuk memeluk Hyesoo
"Sinting bangsat, lo kebanyakan coli si!" Hyesoo segera keluar dari kelas karena teriakan anak-anak lain yang ada dibelakang gue.
Gue hanya terkekeh melihat tingkah pdkt mereka, tidak habis pikir terhadap sikap Boby yang sangat agresif. Mereka benar-benar imut.
"Rain.." gue menoleh ketika suara yang benar-benar gue kenal memanggil gue.
"Eh, hai. Kenapa Chan?" gue memposisikan tubuh gue tepat didepan Chanyeol.
"Ayo ngobrol sebentar" gue memerhatikan wajah Chanyeol, wajah lelah itu kini bertambah penat ketika ujian akhir semester segera datang tidak lama setelah kami mengadakan ldks.
Gue menganggukkan kepala tanda setuju, lalu menatap teman-teman gue yang ternyata sedari tadi telah memperhatikan kami.
"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul" ucapan gue membuat mereka mengangguk setuju lalu segera pergi meninggalkan kami.
Setelah itu gue dan Chanyeol berjalan kearah taman belakang sekolah, setelah sampai gue langsung duduk dibawah pohon rindang disusul oleh Chanyeol.
"Tadi mau ngobrolin apa?" Gue bertanya ketika Chanyeol baru saja menempelkan pantatnya diatas rumput, gue berusaha tampil sebiasa mungkin tanpa membuat Chanyeol curiga kalau kini hati gue ga baik-baik aja.
"Rain, kenapa sekarang lo berubah banget? gue kaya ga tau siapa lo sekarang" Chanyeol menatap gue, ia terlihat sangat kecewa atas sikap gue akhir-akhir ini.
"Gue ga pernah berubah Chan, cuma lagi belajar jaga jarak aja" gue tertunduk, tidak ingin melihat ekspresi Chanyeol sekarang
"Kenapa harus jaga jarak?" Chanyeol bertanya lagi dengan nada yang sedikit enggak enak, ia sepertinya kesal akan jawaban gue.
"Menurut lo kenapa?" Gue akhirnya mendongak, sekarang bukan saatnya untuk terus menjaga perasaan Chanyeol. Perasaan guepun juga layak terjaga.
"Maafin gue, kemarin gue kerumah lo sama Hani untuk minta maaf. Tapi kata Seulgi lo lagi ga dirumah"
Ah, pagi itu. Disaat gue gamau ketemu sama siapapun saat itu, gue sangat bersyukur pada Seulgi yang sangat menjaga perasaan gue untuk tidak mempertemukan kami kemarin.
"Ngapain minta maaf si, lagian juga kalian ga salah. Gue yan---"
"Rain please, jangan buat gue semakin menjadi orang jahat" Chanyeol memotong ucapan gue dengan cepat, ia terlihat frustasi disaat gue ga berniat untuk memperpanjang masalah ini.
"Gue beneran pengen secepetnya kasih tau hal ini sama lo, tapi ga tau kenapa rasanya berat. Apalagi saat kebersamaan kita selama ini. Inget waktu kita ke taman? Waktu itu gue sempat kasih tau lo, tapi kayanya saat itu lo ga denger. Sejak itu gue jadi ragu--"
"Kapan kalian deket emangnya?" Gue memotong ucapan Chanyeol, berat sekali rasanya mendengar beban yang Chanyeol rasakan hanya untuk memberi tau gue hal ini.
"Waktu kita lomba paduan suara kelas delapan, cuma baru deket lagi waktu pas masuk sma" Chanyeol tersenyum ketika gue bertanya tentang itu, gue tersenyum terpaksa. Ini sangat menyakitkan.
"Oh oke, lain kali ga usah sungkan lagi buat ngomong apapun sama gue Chan, gue sahabat lo kan?"
"Maaf Rain, gue minta maaf" Chanyeol lagi-lagi meminta maaf, membuat gue semakin merasa bersalah.
"Jangan kaya gini Chanyeol, lo ga musti minta maaf. Untuk apa si minta maaf sama gue, gue cuma sahabat lo. Ga berhak apapun atas keputusan lo, udah jangan kaya gini lagi" Gue terisak, airmata yang sedari tadi gue tahan akhirnya keluar. Benar-benar menyesal atas sikap terlalu posesif terhadap Chanyeol.
"Sekarang lo bebas, ga perlu mikirin gue lagi. Jalanin aja yang lo mau, sekarangkan gue baik-baik aja, punya banyak temen dan bisa berbaur. Itu yang lo pengenkan? Gue udah jalanin apa yang lo mau, sekarang. Lo bebas Chanyeol, waktunya lo jalanin masa-masa yang belum sempat lo raih waktu gue masih jadi beban" gue menghela nafas, mengusap air mata gue dan tersenyum. Dasar bodoh, Chanyeol ga bakal peluk lo lagi disaat dia udah punya pasangan yang harus dijaga hatinya.
"Kita masih temenkan? sesekali lo bisa dateng kerumah. Kita main kaya dulu, rumah dan diri gue selalu terbuka buat lo. Selalu terima lo apapun keadaannya, jangan sukan lagi sekarang kalo lo masih anggap kita sahabat" gue meremas tangan. Tidak tau mau berbicara apa lagi.
"Lo masih proritas gue Rain, ga ada yang pernah bisa gantiin lo sama Mami kalian ga ada penggantinya. Please jangan ngomong kaya gitu lagi seakan-akan gue bakal tinggalin lo, gue ga pernah ninggalin lo Rain. Jangan jaga jarak, jangan bersikap dingin lagi ke gue kaya waktu kemarin, jangan pergi" Chanyeol memeluk gue, pelukan yang seketika membuat dinding pertahanan gue roboh, rasanya lega ketika mendengar bahwa Chanyeol masih memikirkan gue. Syukurlah bahwa persahabatan kami memang akan terus berjalan.
"Tapi Hani?" Gue bertanya dengan ragu disaat Chanyeol melepaskan pelukan kami. Sebuah pertanyaan yang sangat sensitif buat hati gue.
"Dia ajak lo makan malem nanti, Lo dateng ya. Katanya sebagai ucapan permintaan maaf"
"Liat nanti ya"
"Raina.." Chanyeol terlihat memohon, baru kali ini Chanyeol terlihat sebegitu sayangnya dengan seseorang selain Tante Dinda dan gue.
"Nanti gue jadi nyamuk lagi" gue menggelengkan kepala, tidak ingin membuat hati gue tambah sakit ketika melihat mereka bersama.
"Ayolah. Lo bisa ajak Sehun kok, lagian kan gue mau liat pacar sama sahabat gue akur"
Ah! pacar dan sahabat, itu terlihat sekali bedanya. Salah satu diantara kami memang ada yang paling spesial.
"Yaudah. Gue nanti tanya Kak Sehun dulu, gue juga ga janji" gue memilih untuk tidak menebar janji, jika Kak Sehun hari ini tidak bisa datang bisa dipastikan kalau guepun juga akan ga datang, ngapain nanti jadi nyamuk.
"Oke, jangan berubah lagi ya Rain kaya kemarin. Gue ga bisa tahan kalo kita kaya kemarin" Chanyeol mengusek kepala gue, seperti biasa.
"Iya, maaf. Lo juga ya, jangan ada hal apapun yang ditutup-tutupin lagi dari gue" Gue tersenyum, memegang tangan Chanyeol yang ada dikepala gue. Mengubah pegangan itu menjadi genggaman hangat "Janji ya, Sabahat selamanya"
"Siap princess"
Memang semudah itu kami berbaikan, tidak ada kata marah berlebih dari gue untuk Chanyeol. Bahkan untuk tidak saling sapa saja rasanya berat buat kami.
Pertemanan adalah sebuah bunga dipohon berbuah. Manusia tidak akan memperdulikan sang bunga jika buahnya masih ada, lalu ketika sang bunga itu menghilang barulah rasa penyesalan hinggap. Sama seperti kita, sahabat memang tidak terlalu penting. Kekasihmu adalah yang selalu dibutuhkan, tapi nanti ketika sahabatmu benar-benar hilang disitu barulah kau akan belajar apa makna dari semua penghargaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriends -PCY
FanfictionTerimakasih karena sudah mau menjadi teman ku. Dan. Cinta pertamaku... °bahasa non baku °baca ae siapa tau suka °(n˘v˘•)