1

122 11 1
                                    

LAIL menutup pintu di belakangnya, melangkah masuk dan kemudian menyapu pandangan ke ruangan kelas yang akan ditempatinya selama dua semester ke depan. Kelas barunya, yang di luarnya terpampang dengan jelas banner dengan tulisan yang berbaca "Kelas 12 MIPA 2".

Ruangan itu nyaris tak bermanusia, hanya ada dua orang cowok yang sangat ia kenal. Kebetulan mereka dulunya sekelas. Lail bergerak mendekati mereka yang sudah mengambil tempat duduk sejak tadi.

"Di sini siapa?" tanya gadis itu, hendak menaruh tas di bangku yang terletak di belakang bangku mereka. Tapi, ia baru menyadari salah satu bangku itu sudah ditempati.

"Nggak tau, nih, La. Gue juga baru dateng," jawab Ian. Awalnya hanya ia yang menengok, tapi tiba-tiba Reno yang berada di sebelahnya juga memutar tubuhnya untuk menghadap cewek itu.

"Lo di sini? Di kelas ini, maksudnya?" Reno bertanya dengan satu alis terangkat.

Lail mengangkat bahu dan menunjuk ke arah pintu kelas dengan daftar nama yang memuat namanya. "Tadi gue lihat nama gue di situ."

"Hah? Mimpi apa gue semalem, bisa sekelas sama Lail lagi."

Lail memutar bola matanya, tapi sedetik kemudian tersenyum miring. Di antara Ian dan Reno, ia memang jauh lebih dekat dengan Reno terhitung mereka sudah sekelas dari kelas sepuluh. Ia sudah memaklumi keresean cowok itu.

"Rejeki nggak boleh ditolak."

"Enak aja rejeki, yang ada Tuhan kayaknya lagi pengen ngasih cobaan ke gue!"

Lail tak menghiraukan celetukan cowok rese itu. Ia menyampirkan tas di bangku, kemudian mengeluarkan headset yang ia simpan di bagian paling luar tas. Sebelum ia dapat memasangkannya pada telinga, ia sudah mendapatkan komentar baru lagi.

"Ke lapangan, woi, malah dengerin lagu! Kita upacara!" tegur Reno sambil menggebrak meja cewek itu.

Lail bertukar pandangan dengan Ian yang mengangkat bahu, sama heran dengannya.

"Lo sendiri ngapain masih di sini?"

Reno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oh, iya, ya. Yan, ke lapangan, yuk."

Sepeninggalan Reno dan Ian, Lail kembali mendengarkan lagu di kelas sambil bersenandung.

Dewa berjalan gontai di lorong depan kelas barunya, hendak masuk ke ruangan tersebut. Dia baru akan masuk, ketika mendengar suara senandung dari pintu yang sedikit terbuka. Suara ini, ia mengenalnya. Dewa mengintip ke dalam dari celah tersebut.

Lail masih belum menyadari kehadiran Dewa bersamanya di kelas itu, sebelum cowok itu sampai dan tengah berdiri di samping tempat duduknya. Lail mendongak, matanya bertemu dengan manik cowok itu.

"Ini tas lo, De?"

"He-eh." Sosok cowok yang sangat dikenali Lail itu mengangguk iya. Bertepatan dengan itu, suara interkom memenuhi penjuru sekolah.

"Upacara akan segera dimulai. Seluruh siswa-siswi yang berada di kelas, harap menuju ke lapangan."

Lail mengambil topi dari tas, dan ketika berbalik badan, cowok itu sudah lenyap dari pandangan. Lail melihat bagian depan tas Dewa masih terbuka. Ia pasti kembali ke kelas untuk melakukan hal yang sama dengannya tadi. Tanpa membuang waktu lagi, Lail mengeratkan dasinya dan berlari menyusulnya.

Cintaku Hilang (Rewriting)Where stories live. Discover now