9

35 7 0
                                    

LAIL baru menaruh tas di bangkunya, dia sempat berpikiran untuk menghampiri Raya di kelasnya. Dia tak dapat berhenti tersenyum mengingat banyaknya hal yang ia pelajari tentang Raya setelah kunjungan mereka ke rumah Lail. Namun, sebuah panggilan dari seberang kelas membuat Lail menunda niatnya.

"Lail!"

Lail mendatangi bangku tempat Dewa duduk dan bertanya dengan manis, "Kenapa?"

"Nggak usah senyum-senyum," sindir cowok itu, membuat Lail sadar ia tengah memasang senyum lebar yang kentara.

"Suka-suka gue," Lail berkata getir, namun Dewa tak merespon banyak. Dia hanya memberi Lail isyarat untuk mendekat.

"Lo tau festival kembang api yang bakal diadain Sabtu depan?"

Lail tahu yang dimaksud Dewa. Pada hari itu, akan diadakan festival kebudayaan Jepang di daerah Monas. Tepat pukul dua belas malam, pada puncak acaranya, kembang api akan dinyalakan seperti sedang tahun baru. Orang-orang dibebaskan untuk datang membawa kembang api mereka sendiri.

"Tahu. Kenapa?"

"Gue mau ngajak Audy buat pergi bareng."

Tentu saja, ini tentang Audy.

"Yaudah, lo nunggu apa lagi? Audy pasti pergi. Ini kesempatan lo," Lail memberi Dewa dorongan yang dia butuhkan, dia menepuk bahu cowok itu sebelum pergi mengarah ke pintu kelas.

"La, tunggu La," Dewa mengejar Lail sampai ke pintu. Dia menggenggam Lail pada bahunya, kemudian membawa gadis itu pada tembok di samping kelas. Dia menaruh sebelah tangannya di samping Lail, menguncinya di tempat agar tidak kemana-mana. "Lo nggak ngerti. Lo harus ikut. Navin, Kyla, dan Rasya juga."

Lail menghela nafas. Klasik. Ini posisi yang sangat klise. Tidak, jantungnya tidak sedang berdegup kencang seperti cewek-cewek di novel ketika berada di posisi seperti ini. Dia tahu arah pembicaraan ini mengarah kemana.

"Lo pengen gue yang ngajakin?" tebak Lail tepat sasaran.

"Ajak Kyla juga. Nanti gue yang ajak Navin dan Rasya."

"Bodoh. Kalo gue dateng bareng mereka, lo nggak bisa berduaan sama Audy."

"Gue nggak yakin Audy mau kalo cuma sama gue," Dewa memasang wajah memelas. "Plis, La. Gue cuma bisa minta tolong sama lo."

Sungguh, Lail ingin menolong Dewa. Lail hanya ingin yang terbaik bermaksud mewujudkan tujuan awalnya Dewa meminta tolong, tapi sungguh cowok berambut berantakan itu membuatnya susah untuknya.

Namun di waktu yang bersamaan, Dewa tak salah. Kemungkinan Audy menolak sangat besar, dia akan jauh lebih memilih pergi ramai-ramai dengan teman-teman. Tapi paling tidak, jika Dewa mengajaknya terlebih dahulu, meski ditolak, itu merupakan kemajuan. Setidaknya, cowok itu dapat memberitahu Audy secara non-verbal bahwa dia masih menyukainya.

Tentu saja, Lail tidak memberitahu Dewa soal pikirannya. Lagipula, dia punya rencana baru. Dia akan mengikuti aturan main Dewa.

"Oke," Lail mengangkat bahunya, tanda dia menyerah menyanggah Dewa. "Nanti gue ajak. Sekarang lo minggir."

Bukannya minggir, Dewa justru memasang cengiran lebar, "Ajak Raya juga."

Cintaku Hilang (Rewriting)Where stories live. Discover now