13

29 7 0
                                    

ARKA benar-benar bingung. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Semenjak kejadian di perpustakaan, hawa di antaranya dan Lail bukannya semakin membaik, tapi justru semakin memburuk. Jika sebelumnya Lail pura-pura tidak kenal dengannya, sekarang gadis itu benar-benar menghindarinya. Dia bahkan tidak tahan berada seruangan dengannya jika hanya mereka berdua yang ada di dalamnya.

Contohnya, seperti barusan. Lail datang di waktu yang berdekatan dengan bel masuk, dan semua teman sekelas mereka sudah menuju lab komputer untuk tryout UNBK pertama semester ini. Arka baru mau ke sana ketika Lail masuk ke ruangan kelas, menaruh tas, kemudian langsung menuju ke lab komputer tanpa berhenti untuk mengambil alat tulis. Alhasil, gadis itu harus kembali lagi ke kelas untuk mengambilnya ketika waktu mengerjakan sudah mau dimulai.

Arka bersungguh-sungguh ingin meminta maaf pada Lail. Tak masalah jika gadis itu tak mau memaafkannya, tapi dia ingin paling tidak menunjukkan bahwa ia sudah berubah. Ia bukan lagi orang yang dulu sudah menjadi bagian yang pahit di dalam hidup Lail.

Lagipula, Arka berhutang budi pada Lail. Bagaimana dia tidak menginginkan hubungan yang baik dengan gadis itu?

🥀🥀🥀

Arka teringat akan sesuatu. Dia belum sempat berterimakasih pada Lail tadi. Begitu sampai di depan gedung apartemennya, Lail sudah dijemput dan mereka hanya sempat mengucapkan selamat tinggal pada satu sama lain sebelum Arka naik lift menuju lantainya.

Awalnya ia ragu untuk melakukannya, namun akhirnya Arka menelan keraguannya juga. Ia meraih HP dan mulai mengetik juga.

Arkana: makasih udah ngobatin gue

Arkana: sama nganterin pulang

Ugh, mengapa dia terdengar begitu canggung? Ayolah, kalau begini lebih baik dia tidak men-chat Lail saja dan mengucapkannya langsung di sekolah.

Ah, Arka tahu betul itu tidak akan terjadi. Kalaupun begitu niatnya, ia tahu pasti akan susah mencari waktu ataupun alasan untuk berbicara dengan Lail yang letak kelasnya tidak berdekatan dengan kelasnya.

Jadinya dia memaafkan dirinya sendiri, walaupun masih gelisah memikirkan apa yang Lail akan pikirkan tentang dirinya.

Bunyi notifikasi membuat Arka melonjak. Itu pasti balasan dari Lail. Buru-buru Arka memeriksa isinya.

Apa, sih, Ka? Biasa aja, dong, Arka memaki dirinya.

Lail: nggak masalah :)

Lail: lo nggak biasa lewat gang itu, ya?

Arkana: nggak, biasanya gue lewat jalan lain

Arkana: lo sendiri?

Lail: di deket sana ada halte bus, biasanya papa gue jemput di situ

Lail: tapi gue juga nggak biasa lewat gang-gang

Arkana tahu Lail yang membunyikan siren polisi tadi, tapi entah kenapa dia tidak ingin percakapan mereka berakhir di sana. Dia memutuskan untuk memastikannya.

Arkana: tadi pas ada bunyi siren polisi, itu lo?

Lail: iya, gue setel dari youtube pake hp gue

Lail: gue denger keributan, tapi gue takut nggak bakalan keburu kalo gue telfon polisi

Arkana: terus? kotak p3k-nya?

Cintaku Hilang (Rewriting)Where stories live. Discover now