12

30 8 0
                                    

SEKEMBALINYA dari fotokopian, Lail langsung duduk kembali di kursinya. Semua angan-angan tentang memiliki teman sebangku baru enyah seluruhnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Rasanya, dia ingin menghilang saja.

"Lail!"

Farhan tiba-tiba datang menghampirinya, dengan wajah cengengesan hendak meminta bantuan.

"Kenapa?"

"Mmm... mau tukeran tempat duduk, nggak?"

"Hah?"

"Sebelah lo kosong, kan?"

Lail masih tak mengerti. Bukannya Farhan sendiri yang waktu itu memelas meminta bertukaran tempat duduk dengannya?

"Bangku sebelah lo kosong. Nanti ditempatin sama Arka," jelas Farhan.

"Siapa?" Lail meminta Farhan menjelaskan kalimatnya, dia tidak tahu cowok itu sudah mengenal yang disebut-sebut sebagai murid pindahan.

"Arka, murid pindahan. Dia masuk kelas kita."

"Gue sama Arka temen SD, boleh kan tukeran? Nanti lo sebelah Dewa lagi," pinta Farhan.

Lail melirik ke arah yang dimaksud. Oh, Dewa sudah datang. Nyaris tidak kelihatan karena dihalangi punggung Farhan.

"Eh, tapi nggak apa-apa? Lo kelihatan dari belakang sini?"

"Gue udah beli kacamata," Farhan menunjukkan casing kacamata barunya. "Mau, kan, La? Gue langsung pindahin barang-barang habis ini."

Lail dapat bernafas lega mendengar Farhan. Sekarang dia bisa menerima tawarannya tanpa merasa bersalah. Kebetulan sekali, karena dia ingin secepatnya pindah dari sini.

Lail baru selesai memindahkan tas dan barang-barangnya ketika suara menggelegar Pak Hasyim terdengar memenuhi ruangan.

"Di sini ada kursi kosong, ya, satu?" tanya Pak Hasyim, matanya menyapu seisi kelas sebelum berhenti pada tempat yang kosong di sebelah Farhan.

Arkana masuk ke dalam mengikuti Pak Hasyim. Jika bukan karena Lail yang langsung cepat menunduk, mereka sudah bertemu pandang.

"Arkana, kamu di sebelahnya Farhan," Sambil menepuk bahu cowok bertubuh tinggi itu, Pak Hasyim menunjuk tempat di sebelah Farhan.

Arkana berjalan menuju tempat itu, dan ketika dia duduk, Pak Hasyim sudah mau cabut. "Nggak usah pake acara kenal-kenalan di depan, ya, Bapak tinggal dulu."

Suasana kelas gaduh seketika pada saat walikelas mereka keluar. Beberapa orang, atau tepatnya tiga perempat dari kelas mereka, berkerumun di meja Farhan dan Arkana, penasaran dengan murid yang pindah dua semester terakhir di angkatan mereka.

Ugh, ini menganggu konsentrasi Lail yang sedang mencoba kelihatan sibuk berkutat dengan buku latihan soal UTBK-nya. Hal ini tidak dilewatkan Dewa yang biasanya tidak peka.

"Lo kenapa, sih?"

Ah, ya. Lail nyaris lupa dia kembali duduk di sebelah Dewa.

"Nggak," Lail membalas singkat. Kali ini dia betulan mencoba fokus dengan buku yang dibacanya.

Dewa tak berhenti di situ. "So, denger-denger kemarin ada yang habis jadian."

Cintaku Hilang (Rewriting)Where stories live. Discover now