2

69 9 0
                                    

DUA menit berlalu sejak bel berbunyi nyaring menandakan dimulainya jam istirahat pertama. Lail berniat keluar kelas untuk bergabung dengan teman-temannya di kantin, melihat Reno dan Ian sudah pergi sedaritadi, bersamaan dengan mayoritas penduduk kelas. Hanya ada dia dan beberapa siswa lain yang pada saat itu masih berada di ruang kelas.

Lail hampir menabrak seseorang ketika ia hendak melewati pintu kelas yang terbuka lebar. Cewek itu sampai harus mendongak untuk melihat orang yang barusan ditabraknya, mendapati sosok teman sebangku barunya yang berdiri di sana.

"Lo pendek banget," komentar itu keluar saja dari bibir Dewa, membuat Lail membulatkan mata karena cowok itu mengucapkannya seolah itu adalah berita terkini. "Yakin lo nggak tumbuh ke samping?"

"Enak aja," bantah Lail tak terima.

"Itu pipi lo chubby."

"Mana?" Lail menarik-narik pipinya sendiri untuk membuktikan maksudnya. "Mana yang chubby?"

Gantian Dewa yang mencubiti pipi Lail. "Nih, nih."

"Apaan, sih? Ini nggak chubby," protes Lail. Gadis itu berpikir tak adil jika hanya dirinya yang kena serangan cubitan, jadi dia membalas dengan bergantian mencubiti Dewa. "Pipi gue masih kalah tembem sama ini."

"Apaan? Jelas-jelas tembeman elo," Dewa kembali mencubit Lail.

"Bapak lo kali, tembeman."

"Paling nggak gue nggak tumbuh ke samping," ejek Dewa.

"Lo berdua ngapain?"

Lail hendak kembali berdebat dengan Dewa, tapi tidak jadi karena tiba-tiba ia mendengar suara dari lorong. Ia baru mau mengintip siapa yang berdiri di sana, tapi pemandangannya terhalang tubuh tinggi Dewa. Ia sampai tak menyadari mereka masih berada di dekat pintu, di tengah jalan tepatnya, dengan posisi tangannya masih berada di pipi cowok itu.

Dewa yang tadinya menghadapnya langsung berbalik dan minggir, memberikan jalan bagi siapapun yang berada di sana. Reno dan Ian masuk, dan hal yang pertama Reno lakukan adalah menepuk bahu Lail meyakinkan.

"Baru sehari sebangku, udah pacaran aja, La. Cinta pada pandangan pertama?"

"Itu namanya cinta lokasi, No," Ian menggelengkan kepalanya. Rupanya ia yang tadi bertanya apa yang sedang dilakukan Lail dan Dewa. Reno ber-oh ria, tapi tanpa melepas cengiran khas Reno ketika sedang asyik mengejek Lail.

"Pacaran keningmu," cibir Lail. "Kata dia gue pendek karena tumbuh ke samping."

"Hah? Gue nggak bilang gitu. Gue, kan, cuma nanya tadi," kata Dewa dengan tingkah pura-pura bodoh yang membuat dongkol.

Suara bel masuk yang berbunyi nyaring mengakhiri percakapan, atau mungkin lebih tepatnya, perdebatan tidak penting Lail dan Dewa.

Gara-gara Dewa, Lail sudah membuang waktu untuk berdebat dengannya, tidak jadi ke kantin bersama teman-temannya pula. Bodohnya dirinya mau saja meladeni cowok itu.

Dewa tertawa puas melihat tatapan tajam Lail yang tertuju ke arahnya, tapi hampir tidak ada yang menakutkan darinya karena bagaimanapun juga ini adalah Lail. Sulit untuk merasa terintimidasi oleh gadis yang tingginya berselisih lima belas senti darinya.

Cintaku Hilang (Rewriting)Where stories live. Discover now