6

40 7 0
                                    

HARI ini, Lail sedikit lebih telat dari biasanya ketika sampai di sekolah. Jam begini, pasti seorang guru sudah hadir di kelasnya. Cewek itu mempercepat langkah menuju kelasnya, dan sesuai dugaannya, walikelas sekaligus guru Fisika mereka sudah berdiri di depan... dan meja-meja sudah terisi penuh, termasuk bangkunya.

"Ah, Lail," Pak Hasyim yang pertama menyapanya, sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kamu nggak keberatan, kan, tukeran tempat duduk sama Farhan? Kalau di belakang, dia nggak kelihatan soalnya."

Lail menoleh sebentar ke arah bangkunya yang berada di barisan paling kiri, kemudian ke arah bangku lama Farhan yang terletak pada barisan paling kanan dan paling belakang. Ini berarti dia akan duduk sangat jauh dari teman-temannya. Dari Dewa, Reno, dan Ian.

Tapi, melihat Farhan yang menatapnya dengan tatapan memelas, dan satu kelas tengah melihat ke arahnya, cewek itu menghela napas sebelum mengangguk setuju. Dia melangkah menuju bangku barunya sebelum memulai pelajaran hari itu.

Waktu terasa berjalan begitu lambat. Lail mengetukkan jemarinya di atas meja. Kalau sudah bosan begini, gadis itu akan mengobrol dengan Dewa, bukankah begitu selama sebulan terakhir. Ah, ya, sebulan terakhir. Tak terasa sudah selama itu dia dan Dewa duduk bersebelahan. Mereka lanjut berbagi cerita, Lail sudah betah dengan posisi duduknya, karena kini semakin banyak hal yang bisa dibicarakannya dengan Dewa selain hanya beradu mulut dan cowok itu mengisenginya seperti dulu.

Bukannya Lail tak menyukai tempat duduk barunya, tempat ini jauh dari perhatian guru dan itu sangat membantunya yang hobi menghayal ketika pelajaran berlangsung. Tapi, Lail merindukan adanya seorang teman sebangku. Jumlah murid di kelas mereka ganjil, dan kebetulan bangku di sebelah tempat baru Lail-lah yang kosong.

Tapi, Lail harus menerimanya. Bahkan jika Farhan tak menatapnya dengan memelas seperti tadi, tentu saja Lail akan tetap memberikannya tempatnya. Satu hal yang selalu Lail hindari, adalah bersikap egois pada seseorang yang jelas lebih membutuhkan.

Bel akhirnya berbunyi saat Lail berada di jalan setelah kembali dari toilet. Cewek itu memutuskan untuk mendatangi kelas Kyla, tapi Lail tak menemukannya di dalam. Lail berbelok arah menuju kelas Audy dan Navin untuk melihat jika Kyla berada di sana.

Lail mengintip ke dalam ruang kelas 12 MIPA 4, hanya terdapat beberapa orang di sana yang dapat dihitung jari. Kebetulan, Reno dan Ian sedang berada di sana. Keduanya tengah mengobrol dengan beberapa anak yang ia kenali sebagai anggota ekskul Rohis. Lail memutuskan untuk menghampiri mereka.

"Lihat Audy sama Navin, nggak, No?"

"Kalo nggak salah pada ke kantin barusan," kata Reno sebelum menambahkan, "Eh, iya. Tadi gue juga lihat Kyla barengan sama mereka."

"Owalah... oke, oke. Makasih, ya, No."

Lail hendak beranjak dari sana, ketika ia mendengar suara Reno di belakangnya.

"Dewa di kelas, La?"

Lail jadi teringat, dia bahkan belum bertegur sapa dengan Dewa hari ini semenjak mereka dipisahkan tempat duduknya.

"Kayaknya iya, kurang tau gue." Lail mengangkat bahunya, menjawab seadanya.

Akhir-akhir ini Lail lebih sering menghabiskan waktu istirahat pertamanya di kelas atau bersama Dewa, karena Raya sibuk dengan persiapan ekskul Paskibra yang akan mengikuti lomba nanti. Ya, selain ekskul Jurnalistik, cowok itu juga bergabung dengan salah satu ekskul yang berjadwal padat.

Baru kali ini ia berpikiran untuk pergi ke kantin bersama teman-temannya. Mereka selalu mengajak di groupchat yang mereka buat, tapi Lail selalu lupa dan membacanya baru nanti saat istirahat sudah berakhir.

Cintaku Hilang (Rewriting)Where stories live. Discover now