Seminggu sudah dari kabar kehamilan Aviela, yang banyak orang menyambutnya dengan bahagia.
Aviela juga masih melakukan aktivitas nya sebagai seorang siswa seperti biasa, sekolah belajar dan pulang.
Sekarang ini, terlihat tiga orang yang duduk di ruang tamu dengan beberapa buku di depan mereka berikut dengan cemilan dan minuman.
"Gue nyerah, ini susah banget tugas nya"
"Iya woii, bisa bisa gue stress kalo gini"
"Yaelah lo berdua, gini doang udah nyerah" Sindy memandang kedua sahabatnya dengan tampang mengejek "tapi gue juga nyerah sih hehe"
Pletak pletak
Dua pukulan pelan di dapat Kan Sindy, dan pelakunya sudah jelas Aviela dan Qila.
"Pas di sekolah aja deh,besok Kita nyontek ke siapa aja" usul Qila yang sangat di setujui oleh dua orang di depannya.
Menutup buku tugas, mereka bertiga memilih untuk menonton televisi sambil nyemil. Melupakan tugas yang membuat ketiga nya harus berpikir keras.
Sindy berdeham lalu menatap Qila
"qil, kemaren gue liat Alfa boncengin cewe pas pulang"Qila menaikkan alisnya, jika memang itu iya, bukan urusannya juga kan? Kenapa Sindy memberitahu Kan nya
"Terus? Lo ngasih tau gue buat apa? Gue gak nanya juga""Ya bukan buat apa apa sih, cuma ngasih tau doang"
Aviela yang tadinya sedang rebahan di sofa, kini ikut duduk di antara kedua sahabatnya "eh qil, lo gak suka gitu sama Alfa? Dia baik, ganteng juga, kocak lagi"
"Pliss, ini lo berdua kenapa sih? Tiba tiba bahas dia, dan nanya gitu ke gue. Lo berdua liat sendiri Kan? Dia itu bikin gue naik darah tiap hari, ganggu banget "
Qila menatap Aviela dan Sindy heran, kenapa tiba tiba menanyakan hal itu. Jelas dari Hal yang setiap hari terjadi, Qila tidak menyukai cowo itu dan malah ia kesal dengan Alfa.
"qil, gue ngasih tau aja nih ya. Jangan terlalu benci entar malah cinta mati. Lagian lo berdua cocok kok"
Qila mengusap wajahnya, penuturan Sindy barusan seakan membuat nya ingin mncakar gadis itu " lo putus gih dari Rafi, terus jadian sama Alfa. Dari tadi muji dia mulu" Ujar Qila kesal
"Eh tai lo" seru Sindy menimpuk Qila dengan bukunya "Gue cuma ngasih tau doang ya, soalnya kasian sama lo yang tiap hari nya nempel ke Kita berdua, kan kalo lo ada cowo bisa nempel ke dia" lanjut nya.
"Nah bener, kayak lintah darat lo ih gak bisa lepas dari gue sama Sindy" Aviela ikut menimpali.
"Jadi kalian gak suka kalo gue deket deket lo berdua? Gitu banget sih, yaudah mulai besok gue gak bakal nempel ke lo berdua lagi, gue Jalan sendiri aja" seru Qila dengan menatap kedua sahabatnya.
"Yaelah, ngambekan lo" Aviela menoyor pelan kepala Qila " maksud nya gak gitu Qila,pliss deh beneran gue nikahin sama Alfa mampus lo"
"Bodo ah! Gue kesel sama lo berdua! "
Ceklek
Pintu depan terbuka dan menampilkan dua orang cowo yang berjalan masuk.
"Gue Kira ada yang kerasukan, teriak teriak sampe kedengaran ke luar" Ucap Rafi yang kini sudah ikut bergabung dengan mereka.
"Iya tuh si Qila yang kerasukan gegara pengen di jadiin cewe nya Alfa" Sindy berbicara santai tanpa melihat tatapan tajam Qila yang terlihat ingin memangsanya.
"Lah beneran? Kalo iya mah, biar gue bantu ngomong sama Alfa " Tanya zeyan yang menganggap serius omongan Sindy
Aviela tertawa kemudian ikut mengompori " iya Yan, ngomong aja ke Alfa. Soalnya Qila malu kalo dia sendiri yang ngomong " tawa Aviela semakin meledak.
"Apaan sih! Gue gak suka dia! Dan gue gak bilang kalo gue ngebet pengen di jadiin pacar! Udah ah gue mau pulang!" Teriak Qila yang sangat kesal, terlebih lagi dua sahabatnya yang berbicara hal yang sama sekali tidak benar.
"Yah, dia nya marah" Ujar Sindy masih dengan tawanya.
Menghiraukan mereka semua, Qila masih terus berjalan menuju pintu untuk keluar dan pulang.
Di saat ia ingin membuka pintu, ternyata sudah terlebih dahulu di buka oleh seseorang yang berada di luar.
"Minggir lo!" Seru Qila kepada orang itu yang ternyata adalah Alfa.
Alfa yang merasa dirinya tidak bersalah namun malah di bentak pun menatap gadis itu datar "apaan deh, gak jelas amat. Gue Baru buka pintu udah di bentak sama mak lampir macem lo"
"Minggir tai! " Kembali Qila menyuruh Alfa untuk pergi dari situ, tapi hanya di hiraukan.
"Al, jangan biarin dia pulang. Bawa ke sini sekalian" Rafi menyuruh Alfa agar tidak membiarkan Qila keluar.
"Eh lepasin bangsat! Najis banget sih lo main megang megang gue aja!" Berontak Qila ketika Alfa menariknya agar kembali ikut duduk bersama yang lain.
"Diem njirr, cerewet lo" Alfa masih menarik Qila dan menyuruhnya duduk.
"Ngapain lo semua liatin gue?'' sewot Qila yang sudah kembali duduk di antara mereka dan melihat semua pasang mata menatap nya.
"Kagak bisa nyelo lo? Sewot amat" Lontaran dari mulut Alfa membuat Qila menarik napasnya "Terserah gue! Lo ngaca deh, kayak lo gak sewot aja cih" Decak Qila malas.
"Qil, inget kata Sindy, jangan terlalu benci entar malah cinta mati huaahah" Ejek Aviela yang di angguki oleh Sindy.
"Udah sih Al,qil, kalian berdua jadian aja. gue bakal dukung seratus persen " Seru zeyan menaikturunkan alisnya.
"Ogah!!" Teriak keduanya secara bersamaan yang membuat keempat orang lainnya tertawa keras.
°°°
Setelah Qila Sindy Rafi Dan Alfa pulang,tinggal lah zeyan dan Aviela yang kini sama sama duduk di depan televisi.
Hingga zeyan mengeluarkan suara "Viela" panggil nya dan Aviela menyahut bertanya.
"Mulai sekarang manggil aku-kamu ya, gak baik kalo dedek bayi denger Kita ngomong yang gak lembut" zeyan tersenyum seraya menggoda.
Aviela merasakan panas di pipi nya. Malu, itu lah yang ia rasakan. Aku-kamu adalah dua kata yang belum terbiasa mereka ucapakan satu sama lain.
"Denger gak sih? Hmm?" Tanya zeyan yang kini mendekatkan badannya di samping Aviela.
Aviela mengangguk tanpa menatap zeyan "iya, aku denger kok" balasnya.
Zeyan mengangkat wajah Aviela agar menatap nya "kalo ngomong lihat aku viela,ngapain liat ke bawah" Tangannya merangkul bahu Aviela dan merebahkan kepala gadis itu pada bahunya.
"Iya" kini Aviela memberanikan diri untuk menatap zeyan, lebih tepatnya mata cowo itu. Akhir akhir Ini, dirinya sering malu dan merasakan panas di pipi nya akibat ucapan Manis zeyan.
"kamu jangan capek capek ya, kalo butuh apapun kasih tau aku" Ujar zeyan seraya mengelus dan menyelipkan anak rambut ke belakang telinga gadis itu.
"Iya zeyan,"
Kini tangan zeyan turun ke bawah untuk mengusap perut Aviela yang belum terlalu keliatan membesar, karena usia kandungan nya yang masih seminggu.
"Dedek bayi sehat sehat ya, biar cepet ketemu Daddy sama mommy " Ujar nya dengan masih mengelus perut Aviela.
Aviela sendiri tersenyum kecil ketika zeyan menyebutkan kata Daddy dan mommy untuk nya, terasa sangat aneh jika panggilan itu di tujukan kepada mereka di saat usia keduanya masih sangat muda.
.
.
.
.
.Makasih yang udah vote dan komen chapt sebelum nya, dan sesuai dengan apa yang aku katakan, "10 komen bakal 2 kali up dalam seminggu ini"😂
Minggu ini 2 kali, malam ini dan next chapt nya hari minggu. Moga aja ada yang nunggu ya:)
Vote, dan komen nya biar aku lebih semangat buat lanjut. Dan jangan lupa follow, gratis kok, kalo mau di follback komen aja🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Husband [Completed]
Teen Fiction|BISA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA| Hanya kisah perjodohan antara dua orang remaja... ~Aviela putri Densly ~Zeyan Lio Welfis ✅🍁 #1 Cowo [19/01/20] #11 Badboy [19/01/20] #1 Cewe [19/04/20]