Dua Puluh Enam

48K 1.9K 17
                                    

Zeyan berjalan dari dapur menuju ruang keluarga dengan membawa segelas susu.

"Minum dulu susu nya"

Aviela dengan senang hati menerima susu itu kemudian langsung meminumnya "makasih" Ucap nya setelah menghabiskan isi gelas itu.

Zeyan mengangguk lalu menyuruh Aviela untuk duduk lebih dekat dengan nya "deketan lagi sini" seraya menepuk​ tempat di samping nya.

"Kalo mau mesra mesraan kasih aba aba,biar gue minggat dulu daripada gue berasa gak di hargai di sini" Alfa berujar tanpa melihat ke arah zeyan, pandangan nya malah sepenuhnya kepada layar handphone.

"Makanya gue bilang juga apa,buruan jadian sama Qila. Sebelum di hak milik sama orang lain" Rafi menepuk kerasa pundak Alfa namun cowo itu hanya menepis,sama sekali tidak menyahuti.

"Gue gak denger,gue budeg" Sahut Qila yang sebelumnya menghela nafas nya,kesal karena namanya selalu di bawa bawa jika menyangkut Alfa.

"Amiinn" Sindy mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah dengan cengiran tanpa dosa. Namun setelahnya langsung menerima lemparan bungkus snack dari Qila.

"Lo semua ya! Stop sangkut pautin gue sama dia!" Qila sedikit berteriak yang membuat mereka semua tertawa kecuali seorang Alfa yang hanya diam.

"Qil, lo gak boleh gitu. Siapa tau kan Al emang jodoh lo" Aviela sedikit tertawa setelahnya.

"Apaansih, ogah gue sama dia"

Alfa masih diam,ia hanya menyimak pembicaraan mereka,tanpa ikutan nimbrung.

Zeyan menatap kasian namun juga ingin terbahak ke arah sahabatnya itu. Begitupun dengan Rafi yang malahan sudah tertawa pelan sambil mengusap sabar pundak Alfa.

"Gue juga ogah Kali sama lo. Masih ada cewe lain di luar sana yang lebih pantas dari lo" cibir Alfa

Qila menatap nyalang "dih,gue mah bodo amat yekan"

"Udah sih berantem mulu. Mending Kita ngapain kek,bosen gue" Rafi melerai perdebatan itu agar tidak berlanjut.

"Yaudah apa?" Tanya zeyan

"Apa nya?" Rafi yang bingung balik bertanya.

"Apanya?" Zeyan sekarang sedikit menaikkan alisnya,merasa bingung dengan pertanyaan Rafi barusan.

Rafi mendelik kesal"Lo nanya apa sih sebenarnya? Gue bingung makanya nanya apa?"

"Bego lo berdua!" Tangan Alfa memukul pelan kepala Rafi yang duduk di samping nya lalu berdiri dan menghampiri zeyan untuk mejitak kepala cowo itu juga "Frustasi gue sama lo berdua" kemudian pergi ke arah dapur.

Zeyan maupun Rafi menatap bengong Alfa yang berjalan santai menuju dapur "Anjir" umpat keduanya bersamaan.

°°°

Karena tidak ada hal yang menarik untuk di lakukan, keenam orang itu memutuskan untuk mengistirahatkan diri mereka masing masing.

Sesuai dengan ucapan mereka pada mama Aviela, malam ini semuanya menginap di rumah zeyan dan Aviela.

Zeyan sendiri sudah berada di kamarnya sambil rebahan di kasur "kenapa?" Tanya nya ketika melihat Aviela berdiri di pinggir kasur.

Yang di tanya pun sekarang meremas tangannya,bingung harus mengatakan apa.

Zeyan yang tidak mendapatkan respon akhirnya bangun dan mendudukkan dirinya "sini,bilang sama aku. Kamu kenapa?" Ulangnya.

Aviela menurut,ia menaiki kasur lalu duduk di hadapan zeyan "emm ini--" gumam nya tidak jelas.

"Apa?"

"Dedek bayi nya----pengen di-- elus" Aviela menundukkan wajahnya malu apalagi melihat zeyan yang sekarang tersenyum padanya.

"Dedek bayi nya yang pengen atau--" belum zeyan menyelesaikan kalimat nya, Aviela dengan cepat menyahut "Dedek nya bukan aku!"

Tawa zeyan pecah apalagi melihat wajah gadis di depannya yang sekarang muncul semburat merah.

"Zeyan!" Sentak nya yang kesal karena cowo itu terus saja menertawai

"Iya iya sorry. Yaudah jadi gak di elusin dedEk bayI nya?" Dengan sengaja zeyan menekankan dua kata itu dengan tujuan menggoda Aviela.

"Jadi"

Aviela membaringkan tubuhnya di kasur,di ikuti zeyan yang sekarang tangannya telah mengusap lembut perut yang di sana tepat buat hatinya berada.

"Gak lama lagi kita bakal jadi orang tua. Aku nanti di panggil nya ayah atau papa?"

Aviela tersenyum mendengar penuturan zeyan. Memang usia kandungan nya tidak terasa terus bertambah. Tidak lama lagi buah hati kecil mereka akan melihat dunia.

"Papa aja"

"Kenapa papa? Daddy aja boleh gak?"

"Gak kenapa kenapa,kan tadi kamu nanya ya aku jawab" Jelas Aviela yang kemudian ikut bertanya ''kalo aku di panggil siapa?"

"Kalo aku di panggil papa, ya kamu berarti mama"

Aviela mengangguk lalu kembali menatap zeyan "nanti mereka bakal mirip siapa ya? Aku atau kamu?"

Zeyan sedikit berpikir "mirip aku sama kamu. Ganteng dan cantik" jawabnya kemudian

Aviela tersipu,secara tidak langsung zeyan telah memujinya "makasih" seraya mengecup singkat pipi cowo itu.

"Sama sama" Sebenarnya zeyan tidak tau untuk apa Aviela berterima kasih,namun ia tetap tersenyum walau di dalam kebingungannya.
.
.
.
.
.

Update lagi hehe
Jangan bosan ya dan sorry jika ini pendek
Maklumi kalo ada typo🙂 entar di revisi kalo sempat :'


My Bad Husband [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang