Tiga puluh Tiga

42K 2.1K 52
                                    

Jika berkenan, boleh voment untuk menghargai tulisan seadanya ini

Malam ini, rumah besar itu kedatangan seseorang yang katanya ingin bermain dengan keponakannya.

"Sya, jagain Fio bentar ya" Aviela berujar kepada lisya seraya menggendong Lio.

"Lo mau kemana kak? Gak keluar rumah Kan?"

Aviela menggeleng "gak kok, gue cuma mau ganti popok Lio aja, udah basah banget nih sampe celananya juga basah"

"Ohh yaudah kak, gue jagain Fio di sini"

Aviela mengangguk kemudian berlalu ke kamar nya. Lisya pun menggendong Fio yang tadi nya di tidurkan di sofa juga dengan pembatas berupa bantal sofa di samping nya.

"Ponakan nya kaka lucu banget sih" Ujar lisya berinteraksi dengan Fio dan bahkan menyebut dirinya kaka, bukan tante atau semacam nya.

Tangan kecil Fio terangkat dan menyentuh kecil wajah Lisya "utututu mau main sama kaka ya?" Seolah mengerti, bayi perempuan itu menarik sudut bibirnya tersenyum.

"Iya mau main sama kaka? Tapi nanti ya kalo udah besar ya ya ya" Lisya menciumi seluruh wajah bulat Fio, sedangkan bayi itu bergerak merasa geli.

Setelahnya, Lisya kembali menidurkan Fio di sofa yang berukuran besar itu, tidak lupa juga ia menaruh bantal sofa sebagai pembatas agar bayi itu tidak jatuh.

Setelah memastikan jika posisi tidur Fio aman, lisya beranjak ke dapur sebentar untuk mengambil minuman serta cemilan jika ada.

Di saat sedang melihat isi kulkas, lisya di kejutkan dengan suara benda jatuh lalu di susul dengan suara tangisan kencang bayi.

OEKKKKKK OEKKKKK

Tanpa menunggu lama, gadis itu segera berlari ke ruang keluarga di mana ia meninggalkan Fio sendirian di sana.

"Ya ampun Fio... " Paniknya ketika melihat bayi kecil itu jatuh di lantai dengan suara tangisan yang belum berhenti. Lisya pun segera menggendong bayi kecil itu berusaha untuk menenangkan nya.

Bertepatan dengan itu juga, pintu rumah terbuka, terlihat zeyan dengan jas kantor nya berdiri di sana dengan pandangan yang kini juga terarah pada nya.

"Lo apain anak gue?'' Tanya zeyan yang dengan segera mengambil alih untuk menggendong anak nya.

"Sya, ada apa? Fio kenapa?" Aviela yang baru saja turun dengan raut muka panik ikut bertanya, ia pun sudah berdiri di depan zeyan sekarang.

Lisya menunduk panik, apalagi ketika melihat tatapan zeyan yang terus menatapnya.

"Fio jatuh kak, gue tadi ke dapur sebentar"

Zeyan menajamkan tatapan "Lo punya pikiran gak sih?! Anak sekecil Fio lo tinggal sendirian?" Lelaki itu berujar dengan berusaha menahan emosinya. Apalagi Fio masih menangis tak henti, sangat ingin zeyan murka kepada gadis di depannya itu, sekalipun gadis itu adalah adik nya.

"Tapi gue udah naruh bantal di samping nya..." Lirih lisya yang masih menunduk.

"Lo pikir bantal itu bisa lindungin anak gue?! Bego!" Marah zeyan tanpa bisa mengontrol emosinya lagi.

"Yan udah, kamu mending ke atas ya ganti baju. Sekalian bawa Lio, biar Fio aku tenangin dulu" Aviela berusaha untuk melerai perdebatan keduanya, ia merasa kasihan melihat lisya yang begitu ketakutan.

Zeyan menghela nafasnya, kemudian menyerahkan Fio pada Aviela.

"Kalo bisa, kamu tidurin Lio boleh? Dia keliatan ngantuk soalnya" Zeyan mengangguk lalu menuju ke kamar nya.

Tangisan Fio sudah berhenti, Aviela mengusap pelan kening anak nya yang terlihat sedikit warna kebiruan di sana.

"Kak,maaf.."

"Udah sya gakpapa, lagian gak sengaja Kan? Gak usah di pikirin" Tutur Aviela lembut, bahkan tersenyum pada lisya.

"Tapi abang kak, kayak nya marah banget sama gue"

"Gkpapa, nanti biar gue yang ngomong sama zeyan" Lisya mengangguk, ia berterima kasih pada Aviela.

•••

"Yan" panggil Aviela ketika sudah masuk ke kamarnya.

Zeyan menyahut, mengalihkan fokusnya dari Lio yang sudah tertidur dan menatap Aviela "kenapa? Fio gak kenapa kenapa kan?"

Aviela menggeleng dan tersenyum "Gak kenapa kenapa kok" Ia kini menghampiri zeyan dan duduk di atas kasur di depan cowo itu "Kamu jangan marahin lisya ya, tadi aku yang suruh dia buat jagain Fio sebentar, karena si abang tadi celananya udah basah"

"Jangan bentakin Lisya, dia jadi takut sama kamu" lanjut Aviela memohon pada zeyan.

"Iya" balas nya singkat.

Aviela tersenyum menatap zeyan, tangannya mengambil tangan zeyan "Aku tadi belum salim sama kamu saat kamu pulang" seraya mencium lembut tangan suami nya itu.

Hati zeyan menghangat, pikiran yang tadi nya penuh dengan emosi, kini telah hilang hanya dengan perlakuannya manis dari Aviela padanya.

Lelaki itu menyuruh Aviela untuk mendekat kepadanya, sebuah kecupan ia daratkan di kening istri nya itu "Aku juga belum cium kening kamu tadi saat pulang"

Aviela juga tersenyum, ingin rasanya ia merasakan suasana seperti ini setiap saat, tanpa ada masalah atau pertengkaran antar mereka.

"Kamu hari ini pulang nya cepet?"

"Iya, aku pulang cepet karena semua pekerjaan udah aku selesain. Besok juga kantor libur, aku pengen nikmatin waktu libur sama kalian di rumah"

Aviela mengangguk "Yaudah ayo ke bawah, makan malam dulu" ajaknya.

Sebelum keluar dari kamar, Aviela terlebih dahulu berjalan ke box bayi untuk menidurkan Fio yang sudah terlelap dari tadi. Ia juga menyuruh zeyan untuk menidurkan Lio di sana.

Setelah kedua buah hati nya terlihat dalam posisi tidur yang nyaman, Aviela menggandeng tangan zeyan untuk segera turun agar dapat menyantap makan malam segera.

"Sya? Kenapa?" Aviela sedikit kaget ketika mendapati lisya di depan pintu kamar nya.

"Emm, gue pulang ya kak"

Aviela mengernyit "Kok pulang? Tadi katanya di rumah gak ada orang, bunda sama ayah ke Bandung Kan? Terus ngapain pulang? Gak jadi nginep di sini?" Tanya Aviela panjang lebar.

Lisya menggigit bibir bawah nya
" Gakpapa kak, gue pulang aja"

Aviela menatap lisya kemudian beralih menatap zeyan "Lo mau pulang karena masalah tadi? Sya, zeyan gak marah lagi kok. Tetap di sini ya, daripada di rumah sendirian" Jelas nya yang mengerti jika adik ipar nya itu mungkin masih takut pada kemarahan zeyan.

"Di rumah ada siapa? Pak anto?" Pertanyaan tiba tiba zeyan mendapatkan gelengan pelan dari Lisya 

"Lo gak usah pulang, nginep di sini" putus zeyan yang membuat adiknya itu menatap nya "gue pula--"

"Lo mau gue marah lagi?"

Lisya menggeleng cepat, ia sangat tidak mau jika lelaki itu kembali marah padanya "jangan marah lagi" masih ada rasa takut dalam ucapannya.

Zeyan menghela nafasnya, sedikit ada rasa bersalah karena telah membentak adik semata wayang nya itu.

"Yaudah, ayo sekarang kita makan malam" ujar lelaki itu kemudian sambil merangkul Aviela dan tangan kirinya menggenggam tangan Lisya untuk bersama sama menuju meja makan.

.
.
.
.
.
.

Baru bisa publish malam ini :v
Maaf jika tidak bagus, kalo bisa, kasih saran atas segala kekurangan yang ada, karena kritik dan saran nya sangat di tunggu 👌

🖤

My Bad Husband [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang