Tiga puluh Dua

40.2K 1.8K 26
                                    

Terlihat tiga orang cowo duduk bersama. Namun dua pasang mata sedari tadi menatap seorang cowo yang terus menghela nafasnya.

"Kenapa? Ceritain!" Tanya sekaligus tegas Rafi pada zeyan, ia sudah sangat pusing melihat sahabatnya itu.

Zeyan mengangkat kepalanya yang sebelumnya menunduk "bukan urusan lo"

Alfa menaikkan alisnya "Lo sahabat kita bukan sih?" Tanya nya.

Pertanyaan itu selalu membuat zeyan ingin meluapkan emosinya. Selalu saja baik Alfa maupun Rafi akan mengeluarkan kalimat itu untuk memaksa zeyan membagi beban pikirannya.

"Gue berantem sama Aviela"

Alfa menyahut cepat "penyebab nya?"

"Cowo"

Rafi menegakkan tubuhnya "Tunggu deh, gue gak ngerti sumpah. Maksud lo cowo apaan?"

Belum sempat zeyan menjawab, getaran di handphone nya membuat semua mata tertuju pada layar benda pipih itu.

Dengan cepat ia menekan tombol merah menolak panggilan.

"Kenapa lo matiin?"

"Terserah gue!" Setelah mengatakan itu zeyan bangkit dari duduk nya dan meninggalkan cafe. Padahal sebelumnya ia meminta Rafi dan Alfa untuk bertemu masih dengan menggunakan jas kerjanya.

Kedua sahabatnya itu sama sekali tidak mencegah, karena mereka tau, itu hanya sia sia.

°°°

Zeyan melajukan mobilnya dengan pandangan yang lurus kedepan. Pikirannya di penuhi dengan kejadian yang beberapa waktu lalu terjadi.

Suami mana yang tidak marah jika melihat istrinya berduaan dengan orang lain di rumah? Begitupun zeyan, ia sudah kelelahan dengan pekerjaan di hari pertamanya, namun harus melihat pemandangan yang membuat emosi nya tak terkendali, sudah pasti dirinya akan marah.

Zeyan memarkirkan mobilnya di garasi. kaki panjangnya melangkah dengan cepat memasuki rumah, tatapan nya pun masih tajam dan datar.

"Yann kamu pulang?"

Hal yang zeyan dapati pertama kali saat membuka pintu adalah sosok Aviela dengan mata sembab namun tersenyum padanya.

Belum sempat Aviela memegang tangan zeyan, lelaki itu terlebih dulu berjalan cepat menaiki tangga.

Aviela kembali menundukkan kepalanya. Apa yang harus ia lakukan? Kemarahan zeyan bukan lah hal yang ia harapkan.

Tak mau berlama lama dengan pikiran yang sia sia, ia memutuskan untuk menyusul zeyan ke kamar.

Suara gemercik air dari kamar mandi membuat Aviela memutuskan untuk duduk di sofa kamar sambil menunggu zeyan. Namun tak sengaja ia melihat sebuah kotak merah kecil yang di letakkan di atas nakas.

Karena penasaran, Aviela berdiri dari sofa untuk melihat isi kotak merah yang biasa berisi perhiasan cincin atau kalung itu.

Baru saja ia membuka nya, bertepatan juga dengan pintu kamar mandi yang terbuka.

"Yan, ini kalung buat aku?" Senyum Aviela masih saja terhias di bibir nya sekalipun matanya terlihat bengkak.

Zeyan melihat sekilas, lalu berjalan ke lemari pakaian menghiraukan Aviela yang berbicara kepadanya.

"Yan.." panggil nya lagi, Kali ini mendapatkan respon dari zeyan, namun bukan respon yang di harapkan Aviela.

"Hadiah yang lo dapat tadi lebih bagus dari hadiah yang mau gue kasih!" Seraya mengambil Kotak merah di tangan Aviela dan membuang nya ke sembarangan arah.

"Yan, gak gitu..."

"Udah lah gue liat sendiri gimana kelakuan lo saat gue gak di rumah!"

Aviela mendekat, menatap zeyan dengan tatapan sendu nya "aku Kira tadi kamu, makanya aku bukain pintu Yan, tapi ternyata Reno"

"Lo bisa bikin seribu alasan atas kelakuan lo! Tapi udah dua kali gue dapetin lo berdua sama dia saat gue gak di rumah!"

"Lo mau selingkuh atau apa! Sengaja ajak dia masuk ke rumah? Dan saat gue pulang biar liatin kalo lo lagi berdua sama dia?!" Sarkas zeyan.

Aviela menggeleng, air matanya kembali jatuh "Aku gak selingkuh Yan! tolong jangan kayak gini aku mohon.."

Zeyan memalingkan wajah nya, Aviela menangis karena nya. Ia tidak mau melihat air mata itu. Air mata yang membuatnya seolah olah seorang lelaki jahat yang membuat perempuan menangis.

"Aku minta maaf Yan, tolong jangan marah sama aku.." Gadis itu mendekap kan dirinya di pelukan zeyan. Memeluk nya erat walaupun tangan zeyan sama sekali tidak bergerak untuk membalas pelukan nya.

Dengan pipi yang masih bersisa air mata, Aviela sedikit berjinjit​  -Cup--- mendaratkan bibir merahnya pada bibir tipis zeyan.

"Aku sayang kamu, kita jangan marahan. Aku minta maaf.." Pinta Aviela seraya menatap lembut manik mata zeyan.

Dengan sendirinya, zeyan juga menatap bola mata cokelat Aviela, terlihat sayu. Zeyan tidak sanggup jika melihat gadis itu menangis untuk kesekian kalinya.Manik cokelat itu juga menyiratkan tatapan berharap.

"Jangan bikin aku kecewa.." Zeyan membalas pelukan Aviela seraya menenggelamakan wajah nya pada leher gadis itu.

.
.
.
.
.

Maaf ya kalo membosankan 😔 aku gak dapet ide buat lanjutin konflik jadi langsung di selesain deh:(

Kalo gak suka dan gak sesuai gak usah vote gkpapa...

Segala kekurangan mohon di maklumi dan jika gak keberatan boleh kasih kritik dan Saran👌



My Bad Husband [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang