31. Candu

55.3K 846 2
                                    

Sudah 3 bulan berlalu semenjak kedua insan ini kembali akur. Stella dan Darren melalui hari-harinya dengan bahagia meskipun sesekali dibumbui dengan pertengkaran kecil yang tidak berarti sebenarnya. Dan yang pasti Darren tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bercumbu dengan Stella. Tidak ada alasan yang dapat menghentikannya untuk menyentuh Stella. Bahkan alasan pamungkas yang dulu dilontarkan Stella kini sudah tidak mempan lagi untuknya. Dia sudah mampu mengatasinya, Darren akan langsung memastikan kebenarannya apakah istrinya itu memang sedang menstruasi ataupun jika benar maka setidaknya dia akan meminta bantuan istrinya itu untuk menuntaskan hasratnya.

Darren bahkan seperti tidak mengenal waktu dan tempat untuk menuntaskan hasratnya. Ia bahkan sudah pernah melakukannya bersama Stella di setiap sudut ruangan apartemennya dengan berbagai gaya. Stella hanya pasrah dengan kelakuan suaminya itu. Jikapun dia menolak, tubuhnya akan terbuai dengan sentuhan pria itu.

Seperti pagi ini, Stella terbangun saat merasa tidurnya terusik akibat merasakan tubuhnya yang telungkup bergerak maju mundur. Langsung saja dia menoleh ke belakang dan benar saja suaminya sedang melakukan aktivitas mesumnya di bawah sana.

"Oh Tuhan, sejak kapan dia melakukannya?" Gumam Stella memutar matanya malas.

"Morning, sunshine." Ucap Darren serak dan yang sejenak menghentikan kegiatannya tanpa melepaskan penyatuannya.

Stella melihat jam di atas nakas menunjukkan pukul 6 pagi. Dia menyadari pria yang dulunya sangat sulit dibangunkan itu kini selalu membangunkannya dengan kelakuan mesumnya. Ya, Stella kini sudah menjadi korban kemesuman suaminya sendiri. Untung sudah sah. Batinnya.

Darren menggulingkan tubuhnya di samping Stella setelah keduanya mencapai kepuasannya. Seperti biasa dia memeluk erat istrinya itu.
Mereka saling berpandangan. Stella membelai lembut wajah tampan suaminya sedangkan Darren memainkan rambut Stella.

"Sejak kapan?" Tanya Stella.

"Hmm.." Darren hanya bergumam dan tidak memberi jawaban atas pertanyaan Stella.

"Jangan bilang kamu belum tidur, Ren!" Ucap Stella menegakkan tubuhnya dan kini sedang memicingkan matanya menatap Darren.

Darren menarik lengan Stella agar kembali berbaring di sampingnya ke posisi semula.

"Ini tidak baik untuk kesehatanmu. Kamu juga harus istirahat, ren. Sebentar lagi kamu akan berangkat ke kantor, kamu tidak akan punya waktu beristirahat. Tubuh kamu tidak akan mampu menoleransinya jika terus seperti ini." Jelas Stella panjang lebar.

"Aku gak bisa menahannya kalau terus menerus berdekatan denganmu." Ucap Darren serak.

"Ren, bukankah tadi malam kita sudah melakukannya berkali-kali? Ada apa denganmu? Jadi, saat aku sudah tidur kamu terus melakukannya?" Geram Stella.

"Gak. Aku sempat tidur beberapa jam. Dan aku baru melakukannya 2 jam yang lalu." Elak Darren.

"Itu artinya kamu hanya tidur selama 4 jam sehari Darren. Kamu manusia bukan robot, seharusnya kamu tidur selama 6 sampai 8 jam sehari. Apalagi aktivitasmu padat seharian. Kalau begini terus lebih baik kita kembali tidur terpisah." Tegas Stella dan berniat bangkit dari ranjang namun lagi-lagi Darren merengkuh tubuhnya.

"Aku mencintaimu" bisik Darren dan menatap manik mata Stella dalam.

Stella tersenyum hangat. Tidak dapat dipungkirinya ada kebahagian yang membuncah di hatinya saat mendengar kalimat itu dari bibir Darren. Namun otaknya memperingatkannya untuk tidak mempercayai hal itu.

Melt Her Heart (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang