“Aku percaya bahwa kejadian ini mungkin jalan dari tuhan menuju kebahagiaan sesungguhnya."
.........
Starla ingin menangis sekarang,tetapi ia tahan dengan senyuman miris yang terpatri diwajahnya. Gadis itu menatap Bara dengan tatapan kecewa, kemudian tatapan itu beralih ke Sinta yang sedang tersenyum ke Bima.
Starla mengepalkan tangannya kuat, gadis itu melihat Bima yang sedang menatapnya penuh nafsu. Dasar brengsek! Gadis itu sangat ingin memberikan bogeman mentah ke mereka bertiga.
"Ohh jadi kalian mau ngejual aku ya?" tanya Starla seraya menatap mereka bertiga dengan mata memerah.
"Bukan ngejual, tapi menggunakan kamu sebagai alat untuk mencari uang," jelas Bara membuat Starla mati matian menahan sesak didadanya.
"Ikut saya," ajak Bara dingin seraya beranjak dari tempat duduknya, Starla mengikutinya.
Kini, Starla dan Bara sedang berada didapur, gadis itu melihat Bara yang menatapnya datar.
"Kenapa? Kenapa kalian mau ngejual gue?!" tanya Starla.
"Ya, kamu hanya memuaskan dia setelahnya kamu kembali lagi kesini dan menunggu seseorang yang mau menyewa kamu, daripada kamu nggak berguna, lebih baik mencari uang untuk kami bukan?"
Pertahanan Starla runtuh, gadis itu meneteskan air matanya seraya meremas baju dibagian dadanya. Sakit rasanya, sangat sakit saat orang tuanya menganggapnya tidak berguna dan ingin menjadikannya seorang jalang.
"Gue nggak mau!" tegas Starla,Bara mendelik marah ke Starla.
"Harus mau! Kalo tidak kamu akan saya--"
"Apa? Bunuh?!"
Plaak!
"Dasar anak nggak tau diri kamu!" bentak Bara. Starla memegang pipinya yang terasa panas saat pria paruh baya itu menamparnya. Air mata Starla semakin deras, gadis itu menatap Bara dengan tatapan kecewa.
Setelah sekian lama menunggu,Sinta melangkahkan kakinya menuju dapur tempat suaminya dan Starla berada.
"Pa ... cepat, Bima nggak sabaran tuh," ucap Sinta menatap lembut suaminya, kemudian tatapan itu berubah menjadi dingin saat menatap Starla.
Starla menghapus air matanya dan menatap Sinta sinis.
"Cepat sana! Ganti baju kamu dulu!"
"Nggak usah Sin, baju itu aja cocok kok untuk gadis manis itu," ucap Bima seraya melangkah kearah Starla. Bima tepat dihadapan Starla yang membuat gadis itu menegang seketika.
"Hai sayang ... ikut abang yuk, nanti abang kasih uang kok," ucap Bima. Starla berdecih. Kemudian gadis itu memutar badannya dan pergi meninggalkan ketiga orang itu,tetapi baru lima langkah, Starla ditarik oleh seseorang.
"Ayo... nggak usah malu malu gitu," ucap Bima seraya melingkarkan tangannya ke pinggang Starla. Dengan kasar Starla menghempaskannya membuat Bara menatap tajam Starla.
Bugh!
"Dasar brengsek anjing!" umpat Starla seusai memberikan bogeman mentah ke Bima. Bara dan Sinta yang melihat itu segera menuju kearah Starla dengan emosi yang menggebu.
Plak!
"Apa susahnya nurut sama kami?!" bentak Bara. Mata Starla terpejam merasakan sakit yang menjalar ke kepalanya dan pipinya. Wajar saja ia merasakan sakit dikepalanya, pasalnya Sinta kini sedang menjambak rambutnya.
"Shh Kalian orang tua macam apa hah?! Dengan teganya kalian menjadikan gue JALANG!!" bentak Starla lantang. Biarlah ia dibilang tidak sopan, toh Bara dan Sinta tidak mengajarkannya.
Plak!
"Bar, udah nanti Starlanya nggak cantik lagi dong, nanti aku nggak bisa menikmati kecantikannya," lerai Bima, pria itu mendirikan badannya yang tersungkur akibat tonjokan gadis itu, dan segera mendekap Starla.
Starla meronta seraya menangis, ia tidak tahan dengan semua ini. Rasanya sakit, ia tidak kuat menahan air matanya dan rasa sakit yang menggejolak didadanya.
"LEPAS BRENGSEK!!" teriak Starla murka tetapi tidak dihiraukan oleh ketiga orang itu. Dengan santai, Bima menarik tangan Starla menuju kamar gadis itu. Belum sampai ketempat tujuan, Starla menyayat tangan Bima dengan cutter yang sempat ia simpan disaku bajunya tadi.
"Arghh!"
Pegangan tangan Bima terlepas begitu saja, darah mengalir menyelusuri jari jari Bima.Bara dan Sinta sempat kaget dengan perlakuan Starla terhadap Bima.
"Makanya nurut sama gue, jadinya tangan lo luka kan?" ucap Starla dingin dengan air mata yang masih mengalir, kemudian gadis itu berlari meninggalkan mereka bertiga. Bara menggeram marah, gagal sudah rencananya membuat Starla menderita.
"Sekarang kamu lolos, tapi besok kamu nggak bakal lolos Starla!"
........
Starla terus berjalan tanpa arah menyusuri jalan, gadis itu menatap kosong kendaraan yang berlalu lalang. Dan sepertinya alam mendukung suasana hati gadis itu, terbukti dengan hujan deras yang mengguyurnya.
Merasa sudah lelah, Starla mendudukan dirinya disalah satu bangku taman yang ia kunjungi sekarang. Kepala yang semula tertunduk pun mendongak, menatap langit mendung dan membiarkan air hujan masuk ke matanya.
Mata Starla memerah, bukan hanya karena air hujan, tetapi juga karena tangisnya. Ya, gadis itu kembali menangis ketika mengingat kejadian tadi.
Starla mengusap air matanya ketika melihat seseorang menujunya, sepertinya itu kak Citra. Tunggu, apa? Kak Citra? Starla yang menyadari bahwa itu Citra langsung bersembunyi dibelakang kursi yang ia duduki tadi.
"Star!!"
"Hah?!" kaget Starla, gadis itu menutup mulutnya. Ia melihat Gerry yang tersenyum kearahnya dengan payung yang ia pegang. Apakah ia sedang berhalusinasi? Tadi ia melihat Citra dan sekarang melihat Gerry.
"Ini bukan halusinasi," ucap Gerry seolah mengetahui pikiran Starla. Gadis itu kembali melihat Citra, dan sepertinya kakaknya itu sudah pergi.
"Tenang, Citra sudah pergi"
Starla menoleh ke Gery yang sedang menatapnya dengan khawatir.
"Kamu ada ma---" ucapan Gerry terpotong dengan pelukan Starla yang sangat erat. Pria paruh baya itu merasakan badan Starla yang bergetar hebat dengan isakan tangis yang memilukan yang menyapa indra pendengarannya.
"Hei kenapa?" tanya Gerry lembut seraya mengusap kepala Starla dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memegang payung.
Starla menggeleng, ia tidak mau menceritakan kejadian hari ini yang menurutnya menyakitkan.
Gerry menatap prihatin kepada gadis yang memeluknya itu, ia sudah tahu penyebab Starla menangis seperti ini, pasti karena Bara dan Sinta."Kita kerumah om dulu yuk?" tanya Gerry tetapi tidak dihiraukan Starla. Pria paruh baya itu melerai pelukannya dan alangkah terkejutnya ia saat melihat Starla sudah tak sadarkan diri.
"Starla!"
______________________
Pendeknya?
Hehe maaf,soalnya aku nggak ada ide nih sama cerita ini 😅.
Jangan lupa vote⭐,komen🐾,dan follow aku☺.
See you💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Starla
Teen FictionJudul awal: Strong girl [Open Pre-order] Starla Khayla Hardikusuma. Nama yang indah, namun tidak dengan hidupnya. Gadis remaja itu harus mengalami pahitnya hidup di saat remaja seumurannya masih memikirkan masalah sekolah. Dia selalu diabaikan, diac...