8 - Pertanyaan

16.4K 2.2K 210
                                    

Begitu tahu Sina sudah datang dan sempat menanyakan keadaan darurat di Jumat malam tempo hari, Eros langsung tahu bahwa perasaan tak enaknya adalah pertanda hal buruk. Tanpa pikir panjang ia langsung meninggalkan ruangannya untuk menengok Ursa. Mungkin Sina ke sana.

Begitu memasuki bangsal VVIP ia mendengar suara bising yang tak normal lantaran, pasien dari ruangan lain ikut keluar, melongok ke ujung lorong, begitu juga perawat yang menjaga, mereka sibuk melongok ke arah yang sama tempat datangnya suara tanpa berniat mencari tahu ada apa.

Kamar Ursa!

Eros buru-buru berlari, ada dua—tiga suara, suara wanita yang terdengar serak, itu suara Ursa, dan dua lainnya merupakan suara lelaki yang Eros kenali salah satunya sebagai suara Sina lantaran cara bicaranya masih sedikit ke-inggris-inggris-an tak peduli seberapa sering Sina berbincang menggunakan bahasa Indonesia.

Ketika Eros membuka kamar Ursa, dua orang pria yang tengah adu mulut itu sibuk memberenggut kerah masing-masing, pembuluh darah di leher keduanya nampak jelas dan sepertinya jika dibiarkan keduanya bakal adu jotos dalam hitungan detik. Ia melirik Ursa sesaat, pasiennya tersebut sedang memegangi punggug sementara tangan kirinya sibuk memijit kening.

Terkutuklah Sina dan entah berandalan mana yang bertengkar di kamar inap.

Ia langsung melayangkan tempelengan kuat ke kepala kedua pria itu secara bersamaan, membuat keduanya sadar di mana mereka. Salah satunya, pria yang lebih pendek dan mengenakan setelan kerja rapi, masih belum sadar siapa Eros.

"Ini apa lagi? Mau mesum juga?"

"Saya dokter!" Eros kembali memukul kepala pria tersebut sebelum beralih pada Sina. "Kamu tahu ini rumah sakit bukan kelab, kan?"

"He kicked me out of nowhere!" jelas Sina sambil menunjuk lawan bicaranya. Seperti anak yang mengadu pada ibunya kalau ia baru saja diusili.

Eros beralih pada lawan Sina yang sepertinya masih terlalu hijau, mungkin baru lulus kuliah kemarin sore. "Siapa kamu?"

"Bastian. Dia buka-buka baju di depan Ursa, itu namanya pelecehan seksual!"

Dan keributan itu pecah lagi lantaran Sina yang terpancing dengan kalimat 'pelecehan seksual', mereka mulai beradu mulut, hampir bergelut jika Eros tak langsung menggiring keduanya keluar dari ruangan dengan menjinjing kerah belakang mereka.

Ia memojokkan keduanya di tembok dan menghadap dirinya selaku yang berkuasa di rumah sakit ini sekaligus penanggung jawab keadaan Ursa. Ketika keduanya akan beradu argumen kembali, Eros sigap membekap mulut keduanya, tubuhnya sedikit menunduk, memaksa Sina yang dua senti lebih tunggi dari Eros menekuk kakinya agar sejajar dengan mata Eros.

"Listen to me, you Little Brat, kalian tahu kalau Ursa sakit dan butuh banyak istirahat?" tanya Eros dengan suara berat dan tatapan datar yang tak ada potongan seorang dokter ramah seperti yang rumah sakit sematkan.

Keduanya mengangguk.

"Dan kalian sadar kalau tindakan kalian barusan membuat Ursa semakin stres?"

Keduanya menggeleng kemudian bergumam yang langsung berhenti lantaran Eros menatap datar keduanya sambil mengeratkan bekapan di mulut.

"Sekarang, kalian keluar dari lorong ini menuju ruangan saya, tunggu di sana, Sina tahu tempatnya," ia melihat ke mata Bastian, "jangan bicara satu sama lain, kalau sampai ada pertengkaran lagi, I'll broke your bones into pieces!" Eros mundur dua langkah, membiarkan dua pria tersebut berjalan beriringan.

Ketika Bastian akan memasukan lengannya ke saku jaket, ia tak sengaja menyenggol tangan Sina dan Sina yang merasa dilecehkan langsung balas senggolan tersebut.

URSA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang