"Boleh kalo gue lebih dulu buat nyatain perasaan gue ke elo, Sa?"
Tangan gue dia taruh di dadanya. Gue tau ini norak, tapi jujur dia buat gue berkesan.
"Gue gak bisa buat nahan ini lebih lama lagi,"
"Drick ..." gue tarik tangan gue dan mundur beberapa langkah. Gue masih kaget sama apa yang barusan dia bilang. Tapi sayang tangan dia lebih gesit, dia tarik pinggang gue dan sedetik kemudian gue udah ada di pelukan dia.
"Mulai sekarang lo mesti lupain perasaan suka lo sama Irgi karena gue rasa, gue suka sama lo."
Kenapa, kenapa gue gak bisa berkutik sama sekali. Kenapa sekarang Edrick kelihatan tulus banget. Dan jantung gue, kenapa rasanya mau copot gini.
"Gak ada satu orang pun yang pernah ngomong kaya gini ke gue, Drick. Gue gak mesti ngomong apa."
Dia senyum dan senyum itu bikin gue ngerasain sesuatu yang seolah bikin gue melayang. "Jangan ngehindar dari gue, gue mohon."
"Kasih gue waktu."
"Waktu buat apa?"
"Buat pastiin perasaan gue."
* * *
Gue gak sempet ngomong apa-apa ke Edrick dan emang gue pun gak tau mau jawab apa. Semuanya kerasa cepet banget.
Kenapa dalam sekejap perasaan gue berubah. Gue lupa sama sekali soal keresahan gue tentang Irgi.
* * *
"Sorry By, gue ganggu lo pagi-pagi."
Iya, sebelum berangkat ke kantor gue pergi ke rumah om Faris buat ketemu sama Alby. Gue perlu saran sekarang ini. Gue gak mau ngambil keputusan berdasarkan emosi.
"Jadi, ada apa?"
Alby bawa dua cangkir minuman hangat yang dia taruh di atas meja.
"Minum,"
Gue cuma ngangguk, gue nengok sebentar ke kanan dan kiri, buat mastiin gak ada orang selaun gue sama Alby.
"Lo kenapa, sih?"
"Jadi gini," gue sengaja kasih jeda, gue butuh waktu buat tarik nafas dalam-dalam. "Edrick semalam nembak gue."
"Eeee???"
Dia kaget apa pura-pura kaget, sih. Tunggu, kalo gak salah kemarin waktu gue nguping obrolan Alby sama Edrick, mereka lagi nyinggung-nyinggung soal gue gak mungkin 'kan Alby gak tau soal hal ini.
"Lo tau, 'kan?"
"Tau apa?"
"Soal ini, kalo dia mau nyatain perasaanya ke gue."
"Eh, Sa, sekalipun gue tau, gue gak mau ikut campur. Lagian gue gak mau jadi kompor buat lo."
"Kompor gimana?"
"Dia nanya ke gue, gimana hubungan lo sama Irgi, dia minta pendapat gue soal perasaanya ke lo. Sedangkan gue tau gimana besarnya cinta lo buat Irgi, dia temen gue, lo temen gue, gue gak mau kalo pada akhirnya perasaan dia ke lo cuma buat kalian berdua malah gak nyaman."
Seberapa besar cintanya gue ke Irgi, rasanya klise banget. Itu cinta atau keegoisan gue buat bisa milikin Irgi.
"Gue gak mau bilang kalo Edrick baik atau apapun itu, gue mau lo yang rasain sendiri. Yang mau jalanin lo, bukan gue." Alby masih lanjutin omongannya.
"Gue gak tau, By. Perasaan gue berubah buat Irgi."
"Berubah gimana?"
"Iya, sedikit demi sedikit gue mulai lupa sama Irgi. Setiap kali gue bareng Edrick, gue ngerasa makin tertarik ke dia."