Power Ranger (Who Feels Love S2)

635 47 19
                                        


Season 2 Who Feels Love

Setelah Gue dan Edrick menikah, kita berdua setuju untuk tidak menggunakan jasa asisten rumahtangga. Memang sedikit merepotkan, apalagi urusan memasak dan mengurus Aroon, kadang gue bisa tidur jam setengah duabelas malem. Edrick suka negur gue, dia selalu bilang kalau gue harus cukup istirahat juga. Selain itu, Edrick merasa kalau perhatian gue sama dia berkurang. Gue hanya fokus sama Aroon dan pekerjaan rumah.

"Aku suka cemburu sama gagang panci, gagang teflon."

"Kenapa?"

"Dipegangin kamu terus."

Gue yang waktu itu posisinya lagi pegang teflon panas, rasanya pingin nyambit dia pake pantat teflon itu. Untungnya, gue masih sadar dan menghormati dia sebagai kepala keluarga di rumah ini. Kadang gue heran, kenapa dia selalu cemburu dengan hal-hal yang gak semestinya dia cemburuin. Makin hari bukannya makin dewasa malah dia makin kaya anak kecil.

Dan dia bilang ini adalah efek dari masa pacaran yang singkat. Setelah kita hidup bersama, salahnya kita adalah kita langsung bawa Aroon ke rumah buat tinggal sama kita berdua. Alhasil kita jadi kurang waktu untuk menikmati masa-masa pengantin baru.

Pernah satu waktu, kita berdua udah di tengah-tengah nafsu, tiba-tiba Aron masuk bawa bantal dan bilang kalau dia mau tidur sama kita. Gue yang udah telanjang bulat, pun dengan Edrick buru-buru ambil baju kita dan memakainya. Alhasil dia tidur di tengah-tengah kita berdua. Edrick yang sudah kepalang mau keluar, akhirnya melanjutkan permainan solo di kamar mandi.

"Mau marah, tapi anak sendiri."

Gue kayaknya gak pernah sekalipun lihat Edrick marahin Aron, yang sering marahin Aron malah gue. Gue sebel banget kalau dia berantem di sekolah, terus pulang-pulang nangis.

Kayak waktu itu, gue datang lebih awal buat jemput Aron, pas keluar dari kelas dia langsung lari dan meluk gue. Tiba-tiba dia nangis dan kasih lihat bajunya disobek gara-gara dikeroyok sama temen sekelasnya.

"Mana orangnya?"

"Itu" Aron nunjuk salah satu anak yang lagi jalan keluar dari kelas.

"Balas, lakukan apapun yang dia lakuin sama kamu. Kamu sama dia sama-sama makan nasi, kalau dia pukul kamu, kamu juga harus pukul dia!"

Gue waktu itu gedek banget, untungnya setelah gue memberikan semangat pada Aron, dia berani maju ke anak itu. Aron langsung berubah dan dia langsung nyamperin anak itu. Dari jauh gue lihat dia mukul anak itu dan narik bajunya sampai sobek.

Kalian tau apa yang gue rasain waktu itu?

Puas!!!! Puas banget.

Ya, walaupun setelah itu gue dipanggil ke ruang kepala sekolah. Si ibu anak nakal itu sinis banget lihatin gue, gue yang merasa benar, dengan langkah tegap, membusungkan dada, gue maju ke hadapan kepala sekolah. Kalau ada yang mengganggu anak gue, gue gak segan-segan bikin perhitungan.

Si kepala sekolah nanya gue, kenapa gue nyuruh Aron buat pukul David (nama anak nakal itu). Gue cuma jawab, kalau gue yang mukul David itu malah lebih salah, jadi gue mending nyuruh anak gue buat balas sendiri, biar ini jadi masalah anak dengan anak.

Who Feels Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang