21

3.6K 324 9
                                    

Flashback.

"ibu, Ibu aku takut, tolong aku"isaknya memeluk tubuh disudut ruangan.

"Maafkan aku, ibu maafkan Hyori. Jangan mengurung Hyori, disini gelap ibu. Hyori lapar ingin makan."isaknya berubah menjadi rintihan. Tangannya melingkar diperut, berharap tekanan yang ia berikan bisa mengurangi rasa sakit yang mendera.


Lelah sebenarnya. Ia sudah terlalu sering dikurung. Ia tak masalah karena ia memang dibesarkan diruangan ini sedari bayi. Ruangan yang tampak seperti ruang pasien. Hanya saja tidak ada jendela.

Ruangannya tak terlalu besar. Tapi tidak kecil juga. Dengan ventilasi di tengah-tengah atas dinding. Satu keranjang pasien berwarna putih gading-karena memang seluruhnya isi ruangan berwarna putih gading. Satu cctv yang dipasang pada letak yang strategis agar dapat mencakup seluruh sudut ruangan. Kedap suara, ada pendingin ruangan disudut langit-langitnya. Tetapi tidak ada pemanas ruangan disana, hal itu juga yang membuat gadis kecil ini selalu kedinginan dan terbiasa dengan udara dingin.

"Nona, ayo keluar. Nyonya Jeon menunggu anda menunggu."panggil seorang wanita dari depan pintu ruangannya. Membuat nya langsung berlari ketika mendengar panggilan itu.

"Ibu!"teriaknya kegirangan. Berlari sembari melebarkan tangan berharap ibunya akan menyambutnya dengan pelukan hangat. Mengabaikan air mata juga rasa sakit yang masih meleleh dan mendera.

"Astaga, jauhkan ia dariku! Mengapa diam saja?!" bentaknya  memerintah pada bawahannya ketika tubuhnya dipeluk hangat.

"Ibu!. Aku merindukanmu, ibu-ah! ..."ia meronta. Menjerit pedih kala benda itu menyambut bagian betisnya berkali-kali. Meninggalkan bekas lebam keunguan pada betisnya. Membuatnya jatuh berlutut.

"Cukup."ucap wanita yang disebut ibu itu mengangkat tangan.

"Kau ikut kerumahku. Aku akan menampungmu dirumahku sekarang. Bersamaku, suami, juga anak laki-lakiku. Jangan banyak bertingkah, bersyukurlah karena kau dibutuhkan oleh Jungkook, jika tidak aku tidak akan sudi datang kesini dan menjemputmu."

Hyori tak mengerti. Umurnya masih cukup kecil saat itu, ditambah ia tak pernah bersosialisasi dan spikisnya sedikit terganggu akibat terlalu lama dikurung tanpa ada hiburan apapun. Yang tahu hanyalah ia akan pulang. Bertemu keluarga yang akan menyayanginya. Rasa bahagia itu menyeruak. Terlampau bahagia hingga ia selalu mengumbar senyum yang jarang ia berikan. Tak bertahan lama. Senyumnya luntur digantikan mimik kecewa juga benci. Ia membenci mereka. Membenci seluruh keluarganya termasuk Jungkook.


Meski tak bertahan lama. Bencinya hilang tepat saat ia merasakan hangatnya pelukan juga kasih sayang yang Jungkook curahkan dan berikan padanya di tiap harinya. Ucapan dipagi, siang, dan malam hari. Sekotak yoghurt dan selembar roti sandwich isi coklat saat sehabis bermain. Mengikatkan rambut, tali sepatu, menyiapkan buku, memilihkan baju. Semuanya, hidupnya dipenuhi oleh limpah ruah kasih sayang Jungkook. Membuatnya menjadi tamak akan Jungkook, menjadi protective untuknya.


Hingga pada peristiwa dikala langit senja hendak berganti kelambu. Peristiwa yang membuat belah pipinya menghangat. Membuat ia meremang, merinding kala merasakan sentuhan itu. Hingga pada ujungnya, hatinya berdesir hangat kala merasakan kenyamanan yang luar biasa absolut. Ia memang tidak pernah berpacaran, tapi ia juga tak bodoh untuk menyadarinya.

Ia menyukainya. Tidak. Cinta, ia mencintai Jeon Jungkook. Mencintai saudara kembarnya.


TBC

Dabel kan,  lagi senggang soalnya wkwk

Jangan lupa vote dan komen!!

[M]The Incest Twins✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang