Butuh waktu cukup lama untuk menunggu Renjun bangun dari pingsannya. Jeno selaku orang terakhir yang bersama dengan dirinya mau tak mau juga dengan rasa cemas, setia menunggunya.
"Apa kau sudah tidak apa-apa?" tanya Jeno dan memberikan satu botol air minum pada Renjun.
Selepas Renjun bangun dari pingsannya, mereka pergi ke luar ruangan untuk mengobrol.
Yang di tanya menoleh, tersenyum tipis di sertai anggukan pada kepalanya, "Hmm. aku sudah tidak apa-apa."
Jeno bisa menghela napas lega setelah mendengarnya. Mengambil tempat kosong di samping Renjun, Jeno tampak merenungkan sesuatu sehingga membuat Renjun yang sejak tadi mengamati sekitarnya tertarik untuk bertanya, "Apa ada yang menganggu pikiranmu?" menoleh pada Renjun, Jeno menggeleng sambil tersenyum. "Tidak ada."
"Jeno-ya," Renjun memanggil di sela-sela keheningan di antara keduanya.
"Ada apa? apa kau butuh sesuatu?" Renjun menggeleng sebagai jawaban, membuat Jeno mengerutkan keningnya, "Lalu?"
"Geunyang...terima kasih. Juga maaf karena membuat mu harus menunggu ku." mendengar itu, Jeno menatap pada Renjun lamat. Tangan nya yang sejak tadi memegang botol berpindah pada sisi kosong tubuh Renjun setelah menaruh botol miliknya di sampingnya.
Renjun tersentak dengan gerakan Jeno yang tiba-tiba itu, badannya yang terhimpit oleh tubuh Jeno membuat Renjun berdebar bukan main. Dominannya itu terkekeh ketika merasa lucu dengan wajah Renjun saat ini, dengan jahil mengecup sekilas bibir Renjun dan menegakkan tubuhnya, "Asal kau tahu, aku bisa melakukan apapun untuk kekasih manisku ini." ujarnya lalu mengacak surai Renjun.
Renjun tertegun, otaknya benar-benar tidak berfungsi dengan baik saat ini. Jeno benar-benar berhasil mengambil kewarasannya!
"Oh ada telfon dari Yeonjun hyung." ujar Jeno ketika mengecek pelaku yang membuat ponselnya bergetar. Ia pergi sebentar untuk mengangkat panggilan itu, lalu kembali untuk berpamitan pada Renjun karena dia harus kembali ke studio atas paksaan dari Yeonjun.
"Renjun-ah, sepertinya aku tidak bisa mengantarmu ke kelas karna Yeonjun hyung memintaku untuk segera kembali. Apa tidak apa-apa?" Renjun yang memang masih belum kembali dari alam bawah sadarnya hanya mengangguk memandangi Jeno yang berjalan menjauh darinya.
Kesadaran Renjun kembali saat ponselnya berdering dengan lantang hingga berhasil membuat beberapa orang di sekitarnya menoleh. Ia yang kelewat malu tanpa melihat siapa si penelfon langsung mengangkatnya dan agak terkejut ketika mendengar suara yang familiar di sebrang sana. "Oohh Junkai ge, ada apa?"
📞Kau dimana? aku datang ke kelasmu tapi tidak menemukan mu disana maka dari itu aku menelfon.
Pantas saja!
"Apa ada masalah?" tanya Renjun. Ia tadi hampir terkejut ketika mendengar suara Junkai, mengingat jika kakak sepupunya itu jarang sekali menelfon kecuali jika ada urusan mendesak.
📞Aku tidak tahu apa kau sudah tahu soal ini atau belum, tapi tadi Mama ku menelfon dan memberitahuku jika Minghao sedang dalam perjalanan untuk menjemputmu ke sini (re: Korea).
"APA? Minghao? Dia datang untuk menjemputku?" dengungan terdengar di sebrang sana.
📞Selebihnya bisa kau tanyakan langsung pada adikmu ketika sudah bertemu.
Sambungan telfon terputus. Jelas jika Junkai lah yang mematikannya.
Sementara Renjun yang masih terkejut dengan fakta adiknya yang datang ke Korea untuk menjemputnya.
"Kenapa Minghao mau menjemputku? bukankah kondisi Mama baik-baik saja? Apa ada masalah lainnya?" Renjun tidak bisa untuk tidak berspekulasi sendiri, mengingat jika beberapa waktu lalu ketika dirinya menelfon keluarganya yang ada di China semuanya tampak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[四]Dear Lee | Noren ft.Jaemin✔
FanfictionHanya mengenai Huang Renjun yang menyukai Lee Jeno, seseorang yang berjuang mendapatkan cinta pemuda lain. WARN⚠ 📎 Content Boys Love 📎 Alternative Universe 📎 Fantasy 📎 Out of Character 📎 Typo(s) 📎 Etc.