16-Dear Starla-

309 71 8
                                    

Bagian Enam Belas

****

"Jangan jatuh cinta, kalau kamu tidak siap untuk jatuh sejatuh-jatuhnya"

-

FAJAR mulai menampakan raganya, gelombang pantai mulai menari-nari memainkan alunannya, angin semilir membangunkan puteri-puteri dari tidurnya. Iya, pagi hari telah tiba. Sudah saatnya RAKS, Starla, Melody, dan Mytha bersiap-siap untuk kembali ke rumah setelah liburan singkatnya.

Mungkin kejadian tadi malam sudah cewek mungil itu lupakan, tapi, tidak dengan Raka. Dia sampai tidak bisa tidur, selain kehadirannya selalu menyusahkan teman-temannya, ia juga tak ingin menepati salah satu syarat dari Queen of Qualters, Ajeng Callysta untuk pulang bersama.

"Rak, lo ngapain ngelamun? Ayo, cewek-cewek udah nungguin. Cepet lo angkut barang-barang lo!" ucap Kevin sembari menata rambutnya.

"Gue bingung, gue kayanya harus pulang sama Ajeng," ucapnya miris.

"What? Demi gue kangen Mba Wati, lo pulang sama Ajeng? Ga salah denger? Rak, lo kesurupan ya?" sahut Saga syok mendengar pernyataan tersebut.
"Brengsek, dia tadi malam chat ke gue. Dia ngancem, jika gue ga pulang bareng dia, Starla bakal dalam keadaan bahaya," imbuhnya lanjut.

"Tapi, Rak, pikirin jangka panjangnya. Ajeng bakal berbuat aneh-aneh, kalo lo pulang bareng dia." Jawab Aslan.

"Dia juga akan lebih aneh-aneh, jika gue ga nurutin kemauan dia, Slan. Lo tau kan, dia kaya apa kalo udah nekat?"

-skip.

"Ya Tuhan, ini abang gue kemana lagi. Kok nggak keluar-keluar." Desis Mytha yang sedari tadi menunggu Raka, dan teman-temannya.

"Sabar, Myth. Mungkin lagi otw." Sahut Starla.

"Oiya, Star, pipi lo masih sakit?" tanya Mytha yang dari tadi memperhatikan Starla sibuk mengusap-usap pipinya.

"Nggak papa kok, cuma sedikit nyeri aja, nanti, di rumah pakai antiseptik juga sembuh." Ujarnya ringan.

"Gile tu orang, nampar Starla ga tanggung-tanggung. Jahat benar jadi kakak kelas. Kalau dia disini, udah gue ajar tu orang." Gumam Melody kesal.

"Lo berani ngajar gue?" Suara lengking itu menyahut di tengah - tengah tiga perempuan itu, "Woi, cewek tengil, masih berani lo di sini. Gue kira, setelah kejadian malam itu, lo nangis-nangis, terus rengek minta pulang, terus di puk-puk sama mamcu lo. Punya nyali juga lo, masih berani di hadapan gue sekarang." Jelas Ajeng Callysta yang masih berada di penginapan ini bersama teman-temannya.

"Hahaha, belum takut kayaknya, nih." Sahut Beryana.

"Brengsek ya, kalian. Bukannya gue ga sopan sama kakak kelas. Tapi, kakak kelas macam lo lo ini yang bikin kesabaran gue habis. Lo itu ga patut di contoh sama sekali. Terutama lo, Jeng! Apa sih yang lo banggain? Lo kaya, iya gue tau. Lo cantik, gue juga tau. Tapi cantik lo cuma diluar, dalem lo busuk, kaya mangga yang jatuh dari pohon, bukan karena waktunya matang, tapi karena mangganya udah habis digerogoti ulet. Iya, itu persis kek lo. Temen - temen lo, berada di samping lo, muji-muji lo, karena cuma pengen kecipratan ketenaran lo, cuma pengen kecipratan harta lo. Bukan tulus jadi temen lo. Lo sadar ga sih? Dengan sikap lo yang ga baik, nampar, ngejek, ngancem orang seenaknya, bikin reputasi lo jadi jelek sejelek-jeleknya. Maaf, kalo gue lancang. Gue berhenti ngomong karena gue masih ngehormati lo sebagai kakak kelas gue." Ucap Melody dengan lantangnya. Ajeng Callysta pun terbungkam tanpa suara. Sedari tadi, ia hanya menatap Melody dan mencerna setiap kata-kata yang ia keluarkan, "Dan.... Kak Raka ga mungkin suka sama lo, kak. Kalau sikap lo masih kaya gini!" Seru Melody dipungkasnya.

Dear Starla✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang