Chapter 8

1K 82 10
                                    

Chapter 8
Belanja Bersama

Tidak perlu berucap untuk mengungkapkan kekesalan hati. Aku lantas membenturkan kepalaku ke jidat Elios. Hasilnya-- kami berdua meringgis kesakitan.

" Sakittt." keluhku.

Elios mengusap-usap jidatnya. Ia tidak mungkin kena gegar otak hanya karena hal sepele seperti ini.

Elios menatapku, dia tersenyum. Aneh, apa dia langsung gila karena terbentur oleh kepalaku. Ku pikir ia akan marah. Bukankah itu reaksi yang wajar.

" Kita pergi."

Elios membunyikan mesin mobil. Aku masih terperangah menatapnya yang sedang menyetir.

" Mulai menyukaiku, Ya?" Elios melirik ku dengan senyum yang ku anggap sangat-sangat menyebalkan.

" Jangan geer!" bantahku " Kepalamu?"

" Kau mengkhawatirkan ku?" Senyum di wajahnya ingin membuatku ingin menghajarnya.

" Aku hanya ingin memastikan otakmu tidak bergeser karena perbuatanku tadi." jelasku padanya.

Elios hanya terkekeh. Ia tidak menjawab. Baiklah, aku anggap otaknya baik-baik saja. Tidak perlu ada yang di khawatirkan.

Dari pada berkicau pada Elios yang membuat hati semakin kesal. Aku mengedarkan pandangan menatap pemandangan di luar mobil.

Orange, Pennslyvania lebih dominan dengan warna tersebut. Banyak sekali pohon maple yang di tanam di sepanjang jalan. Pohon-pohon itu sedang dalam masa musim gugur yang sangat indah.

Baru ku sadari. Udara di Pennslyvania tampak sedikit lembab dan terasa hangat. Rasanya nyaman jika berjalan-jalan di luar dan menikmati pemandangan yang ada.

Beberapa orang nampak berjalan di trotoar jalan. Aku agak terkejut, saat melihat rupa mereka. Apa yang ku pikirkan. Aku ada di dunia para monster. Tentu saja, hanya monster yang tinggal di Pennslyvania.

Elios memberhentikan mobilnya di sebuah lahan parkir yang sudah penuh mobil dengan berbagai jenis. Aku bingung bagaimana para monster disini mendapatkan mobil.

Buru-buru aku melepaskan sabuk pengaman sebelum Elios bertindak duluan. Aku berhasil dan segera turun dari dalam mobil.

Orang-orang ah maksudku para monster sedang berlalu lalang melewati kami. Sebagian besar melempar senyum padaku. Yang ku balas dengan senyum yang agak kikuk.

" Inesh?"

Aku berbalik menatap Elios yang kini memakai kacamata hitam. Oh tidak, dia terlihat sangat tam--pan. Buru-buru aku menggelengkan kepala.

Ayo Inesh, jangan terpesona oleh ketampanannya. Ingat peraturan pertama.

Aku berjalan mendekat ke sisinya. Rasanya ingin tertawa melihat Elios. Di balik ketampanan dan kharisma yang ia miliki. Rasanya sangat lucu melihatnya menenteng tas belanjaan.

" Ini untukmu."

Elios menyodorkan secarik kertas yang berisi daftar belanjaan padaku. List-nya cukup panjang.

Halloween Love Secret ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang