Chapter 21

651 74 15
                                    

Chapter 21
Aiden

Aku tidak bisa tidur. Mataku terus terbuka hingga bunyi dentang bel jam tua di kastil berbunyi 12 kali.

Aku harus menunggu hingga bel itu berhenti berbunyi. Ku balikkan badanku dengan hati-hati.

Elios tengah tertidur lelap. Apa mungkin ia akan terbangun ketika aku beranjak turun. Kalau pun seperti itu. Aku bisa berbohong dengan mengatakan ingin ke toilet.

Bunyi dentang jam telah berhenti. Itu tandanya aku harus pergi. Dengan gerakan perlahan. Aku mulai menurunkan kaki ke atas lantai dengan hati-hati.

Masih dengan perasaan waspada. Aku kembali menatap Elios. Ia masih terlelap. Dengkur napasnya masih terdengar teratur.

Dengan langkah kaki berjinjit. Aku segera berjalan menuju pintu kamar. Tak lupa mantel tidur aku kenakan. Tak ada derit pintu yang terdengar saat aku membuka pintu.

Aku bernapas lega. Lalu melangkah keluar. Dan saat aku ingin menutup pintu kembali. Aku masih melihat Elios masih terlelap diatas tempat tidur seorang diri. Aku harap ia tidak akan menyadari pelarianku.

" Ck. Kau lama sekali, Inesh."

Liora tengah berdiri disamping Jiji yang ukurannya telah membesar seperti kaum manusia serigala di depan kastil.

" Kita harus pergi." ucapnya seraya naik di punggung kucing neraka itu.

Aku melangkah mendekat. Perasaanku masih terasa tidak enak.

" Inesh! Ayo!!"

Aku berbalik memandang ke kastil. Haruskah aku pergi? Tidak, seharusnya aku tidak perlu menanyakan hal ini. Aku harus pergi.

Sejak awal aku memang tidak ingin berada di tempat ini. Dengan tekat bulat. Aku ikut naik ke punggung Jiji. Liora membantuku naik.

Dan tepat saat itu, Jiji melompak ke udara. Dua pasang sayang terentang di kedua sisi secara tiba-tiba. Aku memandang takjub. Kucing neraka ini bisa terbang.

Kastil terlihat semakin kecil dan menjauh. Ya... Aku benar-benar bebas. Aku telah berhasil kabur.

Di depan kami. Aku bisa melihat cahaya bulan sabit yang menerangi Pennslyvania. Aku tidak pernah melihat bulan dengan jarak seperti ini.

Bulan itu terlihat lebih indah dari biasanya. Suasana kota Pennslyvania terlihat berkelap-kelip di bawah. Setelah itu pemandangan hutan belantara menyambut kami.

Kecepatan Jiji mulai berkurang. Lalu menukik ke bawah tanah secara perlahan-lahan.

Hutan berkabut, mungkin itu yang bisa ku ucapkan untuk mendeskripsikan tentang hutan perbatasan ini. Pohon-pohon menjulang tinggi.

Hutan ini sepi dan menakutkan. Hawa udaranya terasa dingin. Suara binatang malam terdengar sangat jelas.

Tiba-tiba saja, aku teringat tentang pelarianku tempo hari di hutan belakang kastil. Hutan ini jauh lebih menyeramkan.

" Jembatan itu berada tak jauh dari sini. Kita harus berjalan kaki."

Aku menatap Liora.

Halloween Love Secret ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang