Chapter 22

868 74 23
                                    

Chapter 22
Terbalaskan

Aku ingin menangis. Tapi rasanya air mataku telah kering. Sepanjang jalan aku hanya menundukkan kepala. Tak ingin lagi melihat dunia luar.

Rasanya seluruh duniaku telah hancur. Dan kini hanya ada rasa penyesalan yang terus membuatku tersiksa.

Pria bernama Jonathan itu tidak banyak berbicara. Ia lebih banyak diam. Dan aku sedikit merasa lega. Aku tidak ingin bercerita apapun padanya.

Pada akhirnya mobil yang ku tumpangi berhenti di depan sebuah rumah yang cukup megah.

Rumah mewah itu terlihat seperti istana dengan pilar-pilar putih yang berdiri kokoh diantara pintu masuk.

" Keluar!!"

Aku menurut untuk turun. Mungkin ini rumah Jonathan. Entah apa yang akan menyambutku ketika aku masuk kedalamnya.

Mungkin istri-istri tuanya. Atau sesuatu yang berada diluar dugaan ku. Jonathan berjalan di depanku. Aku mengikutinya dengan kepala menunduk.

Saat masuk didalam rumah. Aku tidak merasakan akan hadirnya orang lain selain aku dan Jonathan. Rumah ini terlihat sepi tanpa penghuninya.

Jonathan terus berjalan menaiki undakan anak tangga. Mungkin saja aku bisa melarikan dari sini.

Tapi mengingat bagaimana perlakuan Jonathan pada kedua orangtuaku. Membuatku harus berpikir dua kali untuk kabur.

" Masuk!!"

Suara dingin Jonathan kembali memerintah. Kamar itu luas. Dan aku yakin apa yang akan diinginkan oleh pria seperti Jonathan.

" Maafkan aku." lirihku " Aku tidak bisa melayani anda, Tuan Jonathan. Aku... Aku sudah menikah." jelas ku dengan suara bergetar.

Sudah ku putuskan untuk memberitahu statusku pada Jonathan. Saat ini, aku masih status istri sah-nya Elios. Dulu mungkin aku memunafikannya. Tapi sekarang, tidak. Aku ingin menegaskan hubunganku bersama Elios.

" Aku tahu."

" Ta-- Tahu?? Maksud anda apa?"

Saat punggung Jonathan berputar. Buru-buru aku menundukkan pandangan. Langkah kakinya terlihat mendekat dan itu membuatku reflek untuk berjalan mundur.

Hingga pada akhirnya. Punggungku membentur dinding dan itu langsung membuatku mati kutu.

" Inesh."

Bersamaan dengan sebuah mantel yang tersemat pada tubuhku.

" Tatap mataku!!"

Aku menggeleng.

" Kenapa?"

" Maafkan aku."

" Kau tak ingin melihat wajahku?"

Dari pada menjawab. Aku memilih untuk menggigit bibir bawahku.

" Inesh. Apa kau lupa dengan wajah suamimu ini?"

Daguku terangkat. Aku terperangah menatap Irish biru langit itu. Biasanya warna matanya selalu hitam. Jarang berwarna biru, kecuali saat hari pernikahan kami.

Halloween Love Secret ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang