Chapter 13

869 73 0
                                    

Chapter 13
Hujan

Dengan cepat, aku menepis tangan Elios menjauh. Dia malah tertawa cengengesan melihatku.

" Sudah malam. Ayo tidur." ajaknya. Aku memilih tidak langsung menurut. Bersikap pongah untuk tindakannya barusan.

Ku akui ada perasaan hangat yang mengalir didalam dadaku. Tapi ku tepis itu jauh-jauh. Sudah ku katakan pada diriku sendiri. Bahwa aku, Inesh Claretta Adenza. Tak kan melanggar peraturan pertama yang ku buat.

" Inesh. Kau tidak mau tidur?"

Pria itu masih berdiri menungguku. Apakah seperti ini sikap makhluk-makhluk immortal.

" Aku mau tidur." ujarku seraya bangkit berdiri. Elios tersenyum

" Tapi tidak seranjang denganmu!!" ucapku penuh penegasan. Raut wajah Elios berubah muram. Huh, dia pikir aku ingin berbagi ranjang dengannya.

" Baiklah."

Elios lalu melangkah pergi. Entah mengapa aku seakan merasa telah melakukan sebuah kesalahan padanya. Sorot matanya, membuat hatiku merasa terluka.

Menuju ke kamar, Elios benar-benar tidak menampakkan dirinya. Well... Mungkin ia mengikuti apa yang ku minta. Itu jauh lebih baik untuk kami berdua.

Ku putuskan untuk menarik selimut saat tubuhku terbaring sempurna. Entah sudah berapa jam tertidur. Aku tiba-tiba terbangun karena mendengar suara petir dan hujan yang menggeledar di luar kastil.

Aku takut. Aku benar-benar takut dengan petir. Ku tarik seluruh selimut hingga menutupi kepalaku. Aku benci hujan. Benar-benar membencinya.

Bunyi gemuruh terus terdengar. Seakan-akan mereka ingin merubuhkan atap kastil. Walau aku tahu itu tidak mungkin terjadi atau bisa saja mungkin terjadi. Jika kastil ini memiliki kerapuhan yang sudah usang.

Aku merasakan derik tempat tidur. Lalu sedetik kemudian aku merasakan sebuah tangan melingkar di perutku. Merasakan sebuah tubuh atletis sedang mendekatkan dirinya padaku.

" Jangan takut." lirih Elios. Aku tertengun dalam sekian detik. Mencoba untuk berunding pada pikiran sendiri.

Mungkin saja aku akan menendangnya lagi. Tapi harusnya aku tidak melakukan hal itu. Elios berusaha menenangkanku. Aku seharusnya menghargainya.

Kubiarkan diriku berada dalam dekapannya. Bunyi petir kembali menggeledar. Seolah-olah ada sesuatu yang telah di sambarnya. Dekapan Elios semakin mengerat.

Alu berusaha membalikkan badan. Walaupun seluruh tubuhku masih di tutupi oleh selimut.

" Jangan pergi." gumamku pelan.

" Tak akan."

Ada gejolak aneh pada perutku. Tapi rasanya nyaman dan menghangatkan. Dengan takut-takut aku meraih kaos baju Elios. Memegangnya kuat dan sedetik kemudian. Aku kembali ke alam mimpi.

.
.
.

Hujan. Suasana yang buruk saat menyambut hari ini. Aku tertengun mendapati diriku sendiri berada di atas ranjang.

Halloween Love Secret ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang