SD 1

745 63 32
                                    

Apa Kamu Siap?

Inesh kembali ke Pennslyvania. Hidup bahagia bersama Elios. Ini bukan pula kisah seorang Putri dan Pangeran. Bukan kisah impian para gadis biasa yang berubah menjadi Putri.

Ini hanyalah sebuah kisah sederhana. Kisah kecil antar makhluk immortal dengan seorang manusia biasa.

6 bulan kemudian

Pagi ini, Inesh tak henti-hentinya tersenyum pada Elios. Bahkan sikapnya lebih dari biasanya. Jauh lebih bermanja-manja diri pada sang suami.

" Sayang. Ada apa? Kau terlihat bahagia dari kemarin? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Elios saat keduanya tengah duduk santai di bawah rumah jamur.

Tempat yang Elios bangun untuk membuat sang istri tidak merasa panas saat memandang taman bunga.

" Aku bahagia. Bahagia karena kau masih ada disisiku sekarang."

Elios tersenyum lebar.

" Aku tahu itu." ucapnya seraya mengelus pipi sang istri.

" Ada kejutan?" tebaknya lagi. Mata Inesh memincing tajam.

" Hey!" protes Inesh." Itu tidak adil."

" Katakan. Apa yang kau ingin tunjukkan padaku? Sampai dimana kau berhasil mempelajari bahasa monster?"

Bibir Inesh mengerucut. Di tatapnya Elios dengan pandangan kesal.

" Ck. Bukan itu. Aku tak kan sebahagia ini karena mempelajari bahasa monster." ungkap Inesh dengan pipi menggengbum

" Lalu?" Elios berusaha berpikir untuk menebak

" Kau berhasil melakukan sesuatu?" tanyanya lagi

" Bukan aku. Tapi kita."

Lagi-lagi Inesh mengembangkan senyum lebar. Matanya berbinar-binar menatap sang suami.

" Ayo tebak. Kau pasti bisa."

" Tidak, aku tidak bisa. Wanita itu sulit di tebak." keluh Elios.

Elios benar. Wanita adalah makhluk yang sulit di tebak. Saat tebakannya tidak sesuai. Terkadang mereka akan marah. Dan terkadang marah tanpa alasan yang jelas.

" Tutup matamu." pinta Inesh. Elios menurut. Dia menutup matanya. Walau terpenjam, ia masih tetap tersenyum menanti kejutan yang akan ia dapatkan.

Elios harap. Sang istri tidak memberikannya sekotak kecoak atau serangga apapun padanya. Elios benci serangga. Dan Inesh tahu itu.

" Apa kau siap?" tanya Inesh

" Siap untuk apa?"

" Jadi ayah."

Kelopak mata Elios terbuka. Irish hitamnya langsung tertuju pada hasil test kehamilan yang memiliki dua garis merah. Yang sedang di pegang sang istri.

" I- Ini?"

Inesh mengganguk. Matanya terasa perih. Menatap netra Elios yang kini telah berkaca-kaca.

" Kau hamil?"

Inesh mengganguk pelan.

" Seorang perempuan?"

" Dan dua orang lelaki."

Elios langsung bangkit dari tempat duduknya. Menghambur Inesh dalam pelukan. Bulir kristalnya menetes dan membasahi pipinya. Dia menangis. Terharu akan karunia sang pencipta.

__________

" Eliosss!!!" teriak Inesh " Menjauh dariku!!"

Elios terperangah melihat Inesh yang tiba-tiba saja tidak ingin dipeluknya lagi. Padahal biasanya sang istri menyukai hal tersebut. Sekali Elios tidak memeluk Inesh dalam sejam. Inesh akan marah dan merajuk seharian pada Elios.

Dan sekarang, Elios dibuat pusing tujuh keliling.  Ketika Inesh tiba-tiba tidak mau di peluknya lagi.

" Istriku." keluh Elios " Sapaan yang selalu ia gunakan untuk membujuk Inesh saat ia merajuk.

" Jangan mendekat!!! Aku tidak suka baumu. Busuk!!" tekan Inesh seraya menutup hidungnya.

Busuk? Elios merasa terguncang. Di endusnya bau dirinya sendiri. Bau maskulin kesukaannya. Masih terasa harum dan menyegarkan. Aneh jika Inesh menganggap baunya sangat terasa busuk.

" Baiklah. Jadi aku harus apa?" Elios mengalah. Dia yakin, ini mungkin bawaan bayi. Saat ini Inesh telah mengandung selama 6 bulan.

Elios betul-betul memanjakan sang istri. Tidak, ia lebih memanjakan Inesh lebih dari biasanya.

" Aku ingin ketemu Arkey dan River." rengek Inesh.

Binar mata Elios berubah. Setelah Inesh jadi miliknya. Ia tipikal suami yang sangat pencemburu berat. Jika mendengar Inesh menyebutkan cowok lain dari bibirnya.

" Elios!!" tegur Elios " Kamu hanya boleh menyebutkan namaku!"

" Masa bodoh." bantah Inesh. " Riverrrrrr.... Arkeyyyy."

" Hentikan!!" geram Elios. Wajahnya memerah semu.

" Aku mau ketemu mereka!"

" Ada aku. Suamimu."

" Tapi aku bosan melihatmu Elios. Aku mau lihat laki-laki lain."

" Mereka sudah punya istri." jelas Elios

" Lalu?" tanya Inesh acuh. Elios memutar bola matanya dengan malas.

" Jangan jadi pelakor."

Kali ini justru Ineshlah yang memutar bola mata dengan malas.

" Aku bukan pelakor!!"

" Lalu yang tadi itu apa?"

" Aku hanya ingin lihat pria lain yang memiliki paras tampan. Hitung-hitung cuci mata, Eliosss!!"

Pupil mata Elios membulat besar. Terbelak tak percaya dengan apa yang di ungkapkan sang istri.

" Kurang apa aku?" protes Elios.

Inesh mulai memandang sang suami dengan tatapan menilai barang dari ujung kaki hingga ujung rambut.

" Hmm... Tidak ada."

" Lalu? Kenapa kau perlu melihat pria lain. Saat kau memiliku."

" Dasar bodoh." ketus Inesh. Ia sudah mulai merasa jengah dengan kebawelan sang suami.

" Ini permintaan putrimu. Dia ingin melihat cowok lain selain ayahnya. Bukan keinginanku. Dasar... Ayah tidak berperi-keayahan."

Tangis Inesh pecah. Dan itu adalah ending dari perdebatan mereka berdua. Elios mengalah, membujuk inesh dengan sekuat tenaga agar tidak menangis.

Air mata Inesh adalah kelemahan Elios. Dan Elios selalu merasa bersalah. Jika Inesh menangis di hadapannya.

" Maafkan aku." Elios mencoba memeluk Inesh dalam dekapannya. Berhati-hati dengan perut sang istri yang semakin membuncit.

Inesh tak menjawab. Ia juga bingung dengan dirinya sendiri. Bawaan hamil memang selalu aneh dan tak terduga. Namun ia selalu menjalani semuanya dengan lapang dada.

Karena ia percaya. Elios akan selalu ada di sisinya. Kapanpun saat ia membutuhkannya.

Apa Kamu Siap?
.
.
The End

Halloween Love Secret ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang