Chabelita menatap tajam pada nona mudanya. Mika benar-benar sebuah ujian kesabaran paling sulit yang pernah Tuhan berikan padanya. Sudah kesekian ratus kali Chabelita mengumpat dan merutuki pikiran mesumnya pada adik sahabatnya ini. Perpaduan antara kepolosan dan godaan laknat melekat apik pada sosok Mika. Setelah semalam berhasil menganggu waktu intimnya bersama Saaya-nya yang seksi, sekarang Mika memaksa Cha untuk melihat tubuh polosnya yang selama ini dihindari setengah mati. Good job Mikaila Rivera Demariez!"Bantu aku mandi Cha. Gerah.." Rengek Mika.
'Oh astaga! Aku lebih gerah dari yang kau kira Mika!'
Selalu seperti itu, Chabelita akan menjawab setiap kalimat Mika dalam hatinya. Chabelita mengumpat, berteriak, mengutuk dirinya sendiri dalam diam.
"Nanti saya panggilkan pelayan yang biasa sekal—"
"Pelayan yang biasanya sedang tidak masuk, kemarin dia bilang ibunya sakit." Sela Mika.
"Kalau begitu nanti saya panggilkan pelayan lain."
"Kenapa tidak kau saja, toh sama saja kan?"
Sontak Chabelita menyenggol gelas yang sudah berada di atas nampan, untungnya hanya terguling dan tidak pecah, hanya saja suara dentingan kaca antara gelas dan piring terdengar nyaring.
"Apa ada yang salah Cha?"
"Tentu saja nona. Kontrak kerja saya sebenarnya hanya sebagai bodyguard anda, bukan memandikan anda." Tegas Chabelita pada Mika yang memelas.
"Itu juga terhitung melindungi. Aku tidak percaya orang lain lagi kecuali dirimu. Mana kita tau kalau tiba-tiba ada seorang lelaki yang menyusup jadi pelayan." Celoteh Mika.
Nona mudanya sedang mengajak bercanda rupanya. Mika takut ada lelaki yang menyelinap menjadi perempuan? Terlambat Mika sayang, Chabelita yang kau mintai tolong untuk memandikanmu itu adalah pria tulen! Batin Cha memekik tak santai menanggapi kekuatiran nona mudanya.
"Memang nona tidak curiga saya adalah lelaki berkedok perempuan?" Tantang Chabelita kemudian, namun Mika hanya menghela nafas,
"Kau perempuan tulen, bukan?"
Pertanyaan ini dijawab dengan anggukan tipis dari Chabelita, jelas anggukan tersebut adalah sebuah kebohongan yang terlampau mulus untuk diucapkan. Chabelita nampak berpikir mencari jalan tengah, karena percuma mendebat Mika jika gadis itu sudah mulai keras kepala. Dan akhirnya jalan tengah tersebut muncul secara genius dalam otak Chabelita.
"Atau begini saja nona, saya siapkan air hangat untuk anda berendam, nanti saya gendong ke kamar mandi, sisanya bisa nona lakukan sendiri. Masa buka baju saja harus saya bantu." Jelas Chabelita diselipi sedikit ledekan.
Mika mendelik pada bodyguardnya tapi tetap menyetujui saran darinya.
Chabelita menyiapkan air hangat di dalam bathub kemudian memasukan garam mandi dengan poudery scent kesukaan Mika. Wangi yang selalu menggelitik indra penciuman Chabelita setiap kali ia berdekatan dengan nona mudanya itu.
Wangi garam mandi itu menyeruak seketika, mengingatkan Chabelita pada aroma menggoda tubuh nona mudanya. Chabelita menarik nafas dalam sebanyak tiga kali untuk menenangkan dirinya sebelum keluar. Cha menggendong Mika lalu menurunkanya di dekat bathub. Ketika Chabelita telah memastikan bahwa nona mudanya tersebut sudah siap ia tinggalkan, Cha keluar kamar mandi untuk membiarkan Mika dengan urusan kamar mandinya.
•
•Hampir satu jam, dan Mika belum juga keluar dari kamar mandi. Bahkan kamar Mika sudah kembali bersih dan rapi. Beberapa lama menunggu dan akhirnya suara Mika terdengar memanggil Chabelita, gadis itu berteriak panik.
"Cha! Chabelita! Aku pusing, Cha! Tolong aku!"
Dengan tanpa berpikir, Chabelita menghambur memasuki kamar mandi. Dilihatnya Mika berdiri menggunakan lututnya memegangi kepalanya, tubuhnya masih berada di dalam bak mandi. Untuk menutupi tubuh polos Mika, Chabelita melakukan gerakan cepat meraih handuk yang tergantung rapi. Tubuh berbalut handuk putih milik Mika digendong keluar lalu didudukan di atas kasur. Segelas air diberikan pada Mika yang langsung ditenggaknya.
Chabelita terpaksa harus membuang muka saat tanpa Mika sadari handuk yang terlilit sembarangan ditubuhnya mulai melorot. Semakin kebawah setiap detiknya hingga Chabelita berinisiatif mencarikan jubah mandi untuk Mika kenakan. Demi mengakhiri semua siksaan tersebut, Cha memanggil beberapa pelayan untuk membantu Mika. Chabelita merasa sangat lega saat nona mudanya terlelap setelah meminum obatnya.
Dengan menahan seluruh dahaga kelelakianya yang kembali diuji oleh Mika, Chabelita mencari Mikail, ia merasa harus membicarakan hal tersebut pada majikanya itu. Cha menemukan Mikail sedang sarapan dimeja makan, sendirian, dengan wajah datar seakan menyimpan banyak beban. Mikail menyadari keberadaan Chabelita dan tanpa mengangkat kepalanya sedikitpun ia mulai mengeluarkan suaranya,
"Ada masalah apa?" Tanya Mikail dingin.
"Saya ingin mendiskusikan beberapa hal dengan anda." Jawab Chabelita sopan.
"Tunggu di ruang kerjaku, setelah sarapan akan ku temui kau disana."
"Baik tuan. Permisi."
Chabelita membungkuk kemudian melenggang pergi, menunggu di dalam ruang kerja Mikail.
10 menit...
20 menit...
30 menit...
1 jam...
Satu jam sudah Chabelita menunggu Mikail yang tak kunjung menampakan batang hidungnya. Sepertinya dugaan Cha benar bahwa Mikail sedang kesal padanya. Menunggu Mikail terus-terusan seperti ini sangat membuang waktu. Gadis jadi-jadian itu menghentakan kakinya untuk mencari dimanapun Mikail berada saat ini, dan tujuan pertamanya adalah kamar sang majikan.
Tanpa ragu dan tanpa memperdulikan tatapan menelisik dari beberapa pelayan, Chabelita mendorong pintu kamar Mikail hingga terbuka lalu kemudian memasukinya dan menutupnya rapat-rapat. Di sudut lain, beberapa pelayan mulai bergosib dan pelayan yang sebelumnya menangkap basah Chabelita bersama majikanya sudah menunduk dengan wajah semerah kepiting rebus, mungkin ubun-ubun dan telinganya kini telah mengeluarkan asap bagai teko berisi air panas.
Sementara di dalam kamar Mikail, Chabelita membuka pintu walking closet untuk menuju kamar mandi Mikail yang terletak di dalam sana.
Brak!
Dentuman keras suara gebrakan pintu kamar mandi sukses membuat Mikail yang sedang mengguyur diri di bawah shower terlonjak, untung tidak sampai terpeleset. Efek samping syok terapi yang Cha berikan membuat Mikail mundur terlampau jauh, hingga punggungnya menempel pada dinding kamar mandi mirip seperti cicak. Dada bidang Mikail bergerak naik-turun tidak karuan seiring dengan degup jantung yang juga kencang.
"Teman laknat!! Kau sengaja ingin aku mati, Gus!!" Umpat Mikail menggebu-gebu.
"Kau sengaja membuatku menunggu sampai mati, teman durjana!" Cha sudah mengeluarkan suara maskulinya dengan wajah datar tanpa ekspresi berarti.
.
.
.
.♡ — setob dulu deh ah 😑 — ♡
.
.♥
♥
♥
♥.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard : Man with a Girl's Uniform [ COMPLETE √ ]
FanfictionBayangkan jika orang terdekatmu adalah jenis manusia yang selama ini kamu hindari. Mikaila Rivera Demariez adalah gadis tujuh belas tahun yang mengidap Androphobia. Ini adalah fobia yang membuat seseorang merasa takut saat melihat pria di sekitarnya...