Mika dan Cha bersikap biasa saja seperti tidak pernah terjadi apapun. Sepulang mereka dari Moonlight Sunset, Mika tidak menunjukan perubahan sikap yang signifikan, yang terlihat jelas hanya rona merah dipipinya yang semakin sering nampak ketika gadis itu berada disekitar Chabelita. Alasan penyusup sebelumnya berhasil digunakan Mika agar Cha tetap dekat denganya. Setiap malam Mika akan memasang penghalang berupa guling dan beberapa bantal ditengah-tengah tempat tidurnya. Gadis itu tidak bisa membiarkan Cha tidur diatas sofa yang tidak nyaman, ataupun tidur terlalu dekat denganya.Keduanya kembali pada rutinitas harianya tanpa terganggu. Mungkin nampak luar, mereka seakan tidak terganggu dengan ingatan akan kejadian didalam mobil sedan itu. Namun yang sebenarnya baik Mika maupun Cha tetap mengingat setiap detailnya.
Masalahnya bukan hanya pada ingatan mereka, namun juga jejak yang tertinggal dileher Mika. Kulit yang semula mulus tanpa satupun goresan, kini memiliki bercak kemerahan mirip seperti ruam. Awalnya Mika tidak peduli dan dengan santai mengatakan bahwa muncul ruam dilehernya. Tapi tanda tersebut mulai ditutupinya menggunakan riasan ketika Hana menyadari bahwa itu bukanlah ruam biasa. Mika kesal dibuatnya karena ia terpaksa menghabiskan waktu jauh lebih lama ketika memakai make-up, ruam palsu itu mempersulit dirinya.
•
•Hari itu sekolah menjadi tuan rumah pengganti pertandingan basket wanita antar sekolah. Kebetulan sekolah dimana diadakanya pertandingan tersebut baru saja mengalami musibah, sehingga pelaksanaanya dipindahkan ke Kirin International High School. Sekolah yang berpartisipasi dalam pertandingan tersebut tidak hanya terbatas pada sekolah kusus perempuan saja, akan tetapi sekolah umum juga. Akibatnya, banyak siswa laki-laki dari SMA tamu mulai berdatangan sebagai penyemangat.
Kedatangan para lelaki tersebut memicu gejala penyakit Mika. Gadis itu tidak mau dipulangkan dan memaksa untuk tetap berada dilingkungan sekolah. Mika terpaksa harus lari kesana-kemari karena hampir disetiap langkahnya ia akan bertemu dengan sosok lelaki dari SMA tamu. Beruntung Mika bertemu dengan Leslie yang langsung mengajaknya ketempat biasa ia menghabiskan waktu istirahat.
"Cha sebentar lagi akan menyusul kesini." Ucap Leslie menjawab tatapan benci dari Mika.
Tidak lama kemudian Chabelita benar-benar datang, dia membawa jersey pemain basket ditanganya. Cha melempaskan jersey tersebut hingga tepat menutupi kepala Leslie, gadis itu meraung kesal sambil menatap nyalang pada Chabelita.
"Jangan buat masalah, turun sebelum sekolahmu kalah." Titah Cha tegas.
"Sekolahmu juga." Kesal Leslie.
"Jangan memulai perdebatan denganku."
"Kenapa tidak kau saja yang turun, Gus."
"Tidak adil jadinya."
"Jadi kalau murid laki-lakinya yang turun kau bersedia bermain?"
"Satu bantahan lagi akan kubuat kakakmu menjemputmu pulang."
"Agus!!"
"Apa? Pergi sana!"
Chabelita mengusir Leslie begitu saja. Disisi lain, Mika hanya bisa melongo melihat keduanya berdebat sangat akrab.
Cha sengaja keluar karena dia tahu Leslie akan mengganti seragamnya di dalam gudang. Memang benar, tanpa ragu gadis itu mulai menanggalkan seragamnya dan diganti dengan jersey dari Cha. Dari ekor matanya, Leslie mendapati ekpresi bingung dari Mika. Pasalnya yang baru saja berdebat dengan Leslie adalah Chabelita dengan suara Augusto. Mika bingung sekaligus merasa ngeri. Kalau dipikir-pikir Chabelita bersuara Augusto ternyata menyeramkan. Pertanyaanya, bagaimana Chabelita terlihat begitu santai ketika berbicara menggunakan suara aslinya dengan Leslie barusan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard : Man with a Girl's Uniform [ COMPLETE √ ]
FanfictionBayangkan jika orang terdekatmu adalah jenis manusia yang selama ini kamu hindari. Mikaila Rivera Demariez adalah gadis tujuh belas tahun yang mengidap Androphobia. Ini adalah fobia yang membuat seseorang merasa takut saat melihat pria di sekitarnya...