Mobil sedan itu berhenti disebuah gedung yang cukup besar. Tampak tulisan Moonlight Sunset di depanya. Mika tahu tempat tersebut adalah club malam milik Mikail. Jelas club malam tersebut belum buka karena ketika Mika tiba di area parkirnya, jam masih menunjukan pukul sepuluh pagi. Cha memberikan cardigan miliknya untuk Mika lilitkan dipinggangnya, cukup menutupi tubuh bagian bawahnya sebatas paha. Kejadian memalukan sebelumnya membuat Mika nampak tidak nyaman. Bukan karena traumanya tapi karena roknya yang sudah kotor.Meskipun malu yang dirasakan Mika tidak lagi masuk akal, gadis itu masih dapat menjawab ketika Chabelita menanyainya. Mika bilang dia tidak ingin pulang ataupun sekolah ketika Cha bertanya kemana mereka selanjutnya. Chabelita sendiri tidak memiliki banyak pilihan tempat tujuan selain sekolah ataupun mansion Mikail, hanya Moonlight Sunset tujuanya.
Mika mengekori Chabelita memasuki Moonlight Sunset melalui pintu belakang. Di dalam, mereka sudah ditunggu oleh seorang wanita dewasa yang teramat cantik dimata Mika. Wanita tersebut tersenyum ramah dan mulai memperkenalkan diri dengan nama Layla. Yang mengejutkan bagi Mika adalah tidak adanya satupun laki-laki disana bahkan hingga Chabelita memasuki sebuah ruangan.
Ruangan itu tidak bisa dibilang minimalis, karena memiliki tiang untuk penari dengan sofa panjang nan elegan. Meja panjang terisi dengan berbagai jenis minuman. Tidak ketinggalan lampu chandelier yang terbuat dari kristal menggantung cantik ditengah-tengah ruangan bernuansa merah hati tersebut. Mika mengedarkan pandanganya ke setiap sudut ruangan, mengamati setiap ornamen yang ada di dalamnya.
"Kamar mandinya di sebelah sana, tidak akan ada baju ganti yang layak untuk nona di club malam seperti ini. Nona bisa menggunakan bathrobe yang ada di kamar mandi. Baju kotor nona bisa anda letakan disana."
Cha mulai menunjuk beberapa tempat. Ia tidak lagi menggunakan suara kemayunya dan Mika nampak tidak terkejut sedikitpun. Mika melakukan setiap perintah yang bodyguardnya katakan tanpa membantah. Gadis itu keluar dari kamar mandi hanya menggunakan bathrobe dengan baju kotor ditanganya. Mika memalingkan wajah karena tersipu ketika mendapati sosok Chabelita sudah berganti wujud menjadi seorang Augusto yang sedang mengancingkan kemeja putihnya.
"Sudah?" Tanya Augusto singkat dan Mika mengangguk.
"Semua? Benar-benar semua? Bukan seragam saja yang perlu dicuci tapi—"
"Sudah semua bahkan tanpa sisa. Aku tidak perlu menunjukanya padamu 'kan?"
Augusto menaikan sebelah alisnya mendengar Mika dapat berbicara lantang kepadanya. Entah itu sebuah kemajuan atau apa, tapi cukup memuaskan bagi Augusto.
Mika menyerahkan baju kotor ditanganya pada Augusto untuk dicuci di tempat laundry. Sembari menunggu Augusto selesai berbincang dengan Layla, Mika duduk dengan kikuk di atas sofa panjang yang ada. Matanya menelisik setiap sudut ruangan. Tidak lama kemudian Augusto kembali lalu mengunci pintu kamar tersebut. Bukanya takut atau panik, Mika hanya menatap Augusto sesaat kemudian kembali mengedarkan pandanganya keseluruh ruangan.
"Sepertinya anda tidak takut sama sekali." Komentar Augusto memecah suasana kaku.
"Tidak tau, sudah sering aku katakan kalau aku saja bingung." Jawab Mika ringan.
"Sejak kapan nona tau?"
"Malam ketika penyusup datang ke kamarku."
Augusto terdiam cukup lama, Mika pada akhirnya dibuat penasaran karena lelaki itu tidak mendebatnya. Akhirnya Mika memalingkan wajahnya untuk menatap Augusto dan mendapati lelaki itu sedang menatapnya tajam. Dari tatapan itu Mika diingatkan oleh perbuatan tangan laknatnya pagi itu. Gadis itu kembali mengutuk dirinya sendiri kemudian menunduk karena gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard : Man with a Girl's Uniform [ COMPLETE √ ]
FanfictionBayangkan jika orang terdekatmu adalah jenis manusia yang selama ini kamu hindari. Mikaila Rivera Demariez adalah gadis tujuh belas tahun yang mengidap Androphobia. Ini adalah fobia yang membuat seseorang merasa takut saat melihat pria di sekitarnya...