18. The Silent Night

230 25 0
                                    



Mika terus saja mengoceh tentang kejadian akhir pekan lalu. Sudah yang kesekian kalinya dalam sehari Mika menceritakanya kepada Chabelita. Cha yang sebenarnya adalah Augusto itu sendiri hanya bisa tersenyum gemas setiap kali Mika menyebutkan nama aslinya dengan ekspresi yang berbeda-beda. Terkadang ada rasa penasaran, terkadang terdapat rasa kesal, dan juga ada senang disana. Gadis itu jarang sekali bisa mengekspresikan perasaanya, akan tetapi kali ini seorang Augusto dapat melakukanya hanya dalam waktu kurang dari dua hari.

"Dia mirip sekali denganmu, apa karena itu tubuhku tidak bereaksi secara berlebihan? Tapi pertama kali aku melihatnya tubuhku tetap bereaksi secara berlebihan. Haruskah aku mencoba berdekatan lagi denganya?"

Mika terus saja mengoceh hal yang sama. Gadis itu sedang duduk didepan meja riasnya sementara Cha menyisiri rambut panjangnya.

"Sepertinya nona menyukainya."

Mika menekuk wajahnya sembari mengerucutkan bibirnya. Cha nampak tidak perduli dan tetap fokus menyisir rambut nona mudanya.

"Aku hanya heran, kenapa aku baik-baik saja ketika berdekatan denganya. Mikail saja butuh waktu yang tidak singkat untuk dapat sedekat sekarang denganku, tapi si Agus itu... Alah! Sudahlah, jangan dibahas lagi."

"Nona yang terus membahasnya." Sanggah Cha.

"Tapi kau meladeniku."

"Dari kemarin saya tidak berkomentar apapun, saya hanya mencoba menjadi pendengar yang baik."

"Kau menyebalkan!" Desis Mika.

"Anda bukan orang pertama yang mengatakan itu."

"Chabelita!!"

Mika meraung sambil melotot kepada Cha melalui pantulan cermin di depanya. Tapi Cha justru membalasnya dengan senyuman lebar, membuat pipi Mika memerah lalu menunduk karenanya.

"Saya perhatikan akhir-akhir ini nona sering sekali menunduk ketika di depan saya. Orang-orang yang tidak tau akan mengira saya yang majikanya disini."

Komentar Chabelita sontak membuat Mika mengangkat kepalanya, lalu kembali menunduk ketika tatapanya bertemu dengan mata Chabelita.

"Nah kan! Apa nona masih merasa risih dengan saya?"

"Kapan aku pernah merasa risih denganmu?"

"Waktu tuan Mikail memegang dada saya."

Mika mengangkat kepalanya lalu kembali menunduk saat menyadari Chabelita masih menatapnya melalui pantulan cermin.

"Nona langsung menerapkan peraturan tiga meter." Lanjut Chabelita.

"Waktu itu aku hanya tidak mau kau dekat-dekat denganku."

"Itu namanya risih."

Mika tidak lagi mendebat, gadis itu melotot dengan mengerucutkan bibirnya. Cha seperti biasanya tetap menatap datar.

"Sudah selesai. Malam ini saya akan berjaga disini."

"Tidur saja di ranjangku, itu cukup bahkan untuk tiga orang." Tawar Mika sambil mulai merangkak naik keatas tempat tidur.

Chabelita nampak berpikir. Mika yang sudah sengaja menempati sisi kiri tempat tidur dibuat tidak sabar. Gadis itu hampir membuka mulutnya tapi Cha cukup tanggap dengan segera naik kesisi tempat tidur yang masih kosong.


Cha tidur terlampau nyenyak hingga lupa bahwa dirinya sedang bertugas menjaga nona mudanya. Ia terbangun oleh pergerakan tubuh Mika yang entah bagaimana telah dipeluknya erat-erat. Detik kemudian lampu tidur kamar Mika mati secara tiba-tiba. Chabelita menajamkan telinganya dan berhasil menangkap suara-suara ganjil di dalam kamar Mika. Chabelita sengaja tidak melakukan pergerakan apapun, ia hanya melonggarkan pelukanya, memancing siapapun itu untuk segera melaksanakan niatnya.

Yang tidak Chabelita duga adalah penyusup tersebut hampir saja menusukan jarum suntik pada Mika. Reflek luar biasa dari tubuh Cha menyelamatkan nona mudanya dari cairan apapun yang akan disuntikan penyusup tersebut. Gadis jadi-jadian itu menangkis tangan pria penyusup itu dengan keras lalu Cha turun dari tempat tidur cepat tanpa mengganggu nona mudanya.

Si penyusup menyerang mencoba memukul Cha tapi dengan cepat Cha mampu menghindar. Ia membalikan semua pukulan si penyusup dengan mudah. Perkelahian itu terjadi tidak lama. Chabelita langsung menghantam titik lemah si penyusup yang langsung dapat membuat pingsan. Cha benar-benar berhati-hati dalam setiap pergerakanya, mencegah agar tidur Mika tidak terganggu.

Ketika sang penyusup telah berhasil dilumpuhkan, Cha merapikan kembali penampilanya sebelum melalui ear-in ia memanggil para penjaga. Dan beberapa saat kemudian para pria bertubuh kekar mulai berdatangan untuk membereskan kekacauan yang ada.

Saat kamar Mika telah rapi kembali seperti semula, Cha memastikan keadaan Mika. Gadis itu masih tertidur nyenyak di atas tempat tidurnya yang nyaman. Chabelita menatap lekat sosok gadis yang baru saja diselamatkanya dari bahaya apapun yang mengancamnya. Dibelainya pipi kemerahan milik Mika dengan pelan. Sejenak ia lupa bahwa dirinya masih menyamar sebagai Chabelita. Suara maskulinya keluar tanpa permisi.

"Siapa yang mengincar nyawa gadis polos sepertimu?"

Mika sedikit menggerakan tubuhnya, tidurnya terganggu oleh usapan tipis dipipinya. Mika membuka matanya, mengerjap sesaat sebelum menatap Chabelita dengan mata sayunya.

"Apa saya mengganggu tidur nona?" Suara Khas Chabelita sudah kembali.

Mika tidak menjawab, sepertinya dia masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang menghilang ketika gadis itu baru saja terganggu tidurnya. Chabelita menaikan selimut ditubuh Mika, sementara dirinya kembali merebahkan diri diatas tempat tidur yang sama dengan nona mudanya.

"Ma-maaf... K-kau harus terjaga karenaku.." Ucap Mika terbata.

Chabelita mengerutkan dahinya menatap Mika. Tatapan gadis jadi-jadian itu penuh telisik mencoba mencari sesuatu yang Cha sendiri tidak tau. Bukanya merespon, Mika malah menaikan selimutnya sebatas hidung menutupi separuh wajahnya. Chabelita tersenyum hangat kemudian membelai pucuk kepala Mika.

"Sudah menjadi tugas saya."

Mika mulai memejamkan matanya, usapan yang Chabelita berikan membuat Mika nyaman dan akhirnya kembali terlelap.

.
.
.
.

♡ —————— ♡ TBC ♡ —————— ♡

.
.




.
.
.
.
.

The Bodyguard : Man with a Girl's Uniform [ COMPLETE √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang